|
Foto : Instagram/@kemenparekraf |
Selama ini saya selalu bangga mengaku diri sebagai orang Papua walau dilihat dari ciri fisik sama sekali tidak menunjukkan itu.
Orang Papua kan identik dengan warna kulit hitam, rambut keriting, lha saya? Banyak yang malah mengira saya orang Jawa padahal aslinya saya keturunan suku Bugis-Makassar yang lahir dan besar di tanah Papua.
Yup, Papua adalah kampung kelahiran saya, belasan tahun saya hidup di Bumi Cendrawasih, orang tua juga sudah lama menetap di sana. Jadi kalau mau mudik ketemu orang tua, ya saya pulang kampungnya ke Papua.
Karena itu pula sebagai orang Papua saya selalu antusias cerita tentang keindahan kampung kelahiran saya ini, termasuk membahas kekayaan budayanya.
Mengenal Noken, Tas Rajutan Mama-mama Papua yang Mendunia
|
Foto kiriman dari Papa di Papua |
Bicara mengenai pulau yang terletak di Ujung Timur Indonesia memang tidak ada habis-habisnya karena Papua menyimpan banyak sekali keunikan.
Salah satu keunikan Papua yang secara khusus ingin saya bahas di postingan ini adalah kerajinan tangannya yang mendunia, apalagi kalau bukan noken.
Jika teman-teman masih ingat, tahun lalu saat akan menghadiri pembukaan PON XX di Papua sempat viral video Pak Jokowi membeli noken yang dijual mama-mama Papua di pinggir jalan.
Noken juga terpilih menjadi merchandise resmi pada PON XX Papua 2021. Tentu bukan tanpa alasan pemerintah menjadikan noken sebagai tanda mata pada perhelatan akbar tersebut.
Noken adalah tas khas tradisional masyarakat Papua. Berbeda dengan tas rajutan pada umumnya, kerajinan tangan ini termasuk kekayaan budaya Papua sekaligus merupakan ikon kearifan lokal Papua yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Hal inilah yang menjadi alasan terpilihnya tas rajutan para mama Papua sebagai souvenir pada PON XX tahun lalu, yakni sebagai upaya pemerintah mempromosikan noken agar lebih dikenal masyarakat luas khususnya di luar Papua.
Fakta unik tentang Noken Papua
Mungkin teman-teman ada yang penasaran, mengapa tas tradisional Papua ini bisa diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Apa keistimewaan noken dibanding tas anyaman lainnya?
Sebelum lanjut mungkin saya perlu jelaskan terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan Warisan Budaya Tak Benda.
Dilansir dari Wikipedia, Warisan Budaya Tak Benda adalah praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, atau keterampilan, serta instrumen, objek, artefak, dan ruang budaya yang dianggap oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya suatu tempat.
Perlu diketahui juga bahwa Warisan Budaya tak Benda sendiri bersifat tidak dapat dipegang sehingga sifatnya dapat berlalu dan hilang dalam waktu seiring perkembangan zaman seperti bahasa, musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lain.
Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa Warisan Budaya Tak Benda yang diakui UNESCO diantaranya kesenian wayang, keris, batik, angklung, kapal phinisi, termasuk juga noken.
Tentu saja semua keterampilan, kerajinan atau kreativitas yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda memiliki keunikan tersendiri.
Berikut ini beberapa fakta unik tentang noken :
Menggunakan bahan-bahan alam
Keunikan pertama yang dimiliki noken Papua dapat kita lihat dari bahan baku pembuatannya. Berbeda dengan tas rajutan pada umumnya yang biasa terbuat dari benang wol, benang nylon atau benang katun, tas tradisional Papua dirajut langsung dengan bahan-bahan baku yang berasal dari alam.
Bahan-bahan alam yang dimaksud berupa kayu maupun kulit atau serat kayu, ada pula yang menggunakan akar tanaman anggrek, beberapa jenis dedaunan, bahkan ilalang.
Dirajut oleh mama-mama Papua
Noken identik dengan para perempuan Papua. Ini merupakan keunikan noken selanjutnya. Pasalnya hanya perempuan Papua asli yang boleh membuat tas tradisional ini.
Bahkan noken dianggap sebagai tanda kedewasaan perempuan. Dewasa atau tidaknya perempuan Papua ditentukan dari bisa atau tidaknya ia membuat noken. Oleh karenanya sejak kecil perempuan Papua sudah diajarkan membuat noken.
Jika tidak pandai membuat tas rajutan dari serat kayu ini, para perempuan Papua belum dianggap dewasa. Sebaliknya, mereka baru dianggap dewasa dan boleh menikah bila sudah menguasai cara pembuatan noken.
Dibawa dengan kepala
|
Cara memakai noken yang unik yaitu diletakkan di kepala (foto : boombastis.com) |
Keunikan noken selanjutnya bisa kita lihat dari bagaimana orang Papua membawa noken. Jika orang-orang pada umumnya membawa tas dengan ditenteng di bahu atau dijinjing dengan tangan, tas rajutan Papua ini justru dibawa dengan i kepala.
Tepatnya tas ini diletakkan di dahi atau bagian depan kepala dan dikalungkan ke arah belakang punggung. Sangat unik, ya?
Bisa digunakan untuk membawa hasil bumi, hewan kecil hingga bayi
Dilihat dari fungsinya juga tidak kalah unik lho. Kegunaan noken sebenarnya sama dengan tas pada umumnya yakni membawa barang.
Namun barang yang dimasukkan ke dalam noken jauh lebih beragam. Bahkan bukan hanya benda mati, tas noken juga kerap diisi dengan hewan kecil maupun bayi.
Noken sendiri memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran kecil hingga ukuran besar. Noken yang berukuran besar disebut yatoo, biasanya digunakan untuk membawa hasil bumi seperti kayu bakar, tanaman hasil panen maupun barang belanjaan dalam jumlah banyak.
Selain itu mama-mama Papua juga sering membawa anak bayinya atau hewan kecil seperti anak babi dengan noken berukuran besar ini.
Untuk tas berukuran sedang yang disebut gapagoo biasanya digunakan untuk membawa belanjaan dengan jumlah sedang.
Sedangkan tas ukuran kecil atau mitutee biasa diisi dengan barang-barang kecil yang biasa dibawa sehari-hari termasuk sirih dan pinang yang merupakan cemilan favorit orang Papua.
Keunikan dalam menggunakan noken ini tentu menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Selain berfungsi sebagai wadah untuk mengisi berbagai barang bawaan, noken juga sering dijadikan cindera mata untuk mereka yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah Papua atau sebagai oleh-oleh khas Papua.
Bukan sekadar tas rajutan biasa
Sebagai salah satu kekayaan budaya Papua jelas noken bukan tas anyaman biasa. Selain memiliki berbagai keunikan seperti yang sudah disebutkan di atas, noken memiliki makna yang sangat dalam.
Bagi masyarakat Papua, noken bukan hanya sekadar tas untuk membawa barang, melainkan juga terdapat nilai yang diajarkan oleh nenek moyang masyarakat Papua dari generasi ke generasi.
Dilansir dari kompas.com, mengutip penuturan ketua Yayasan Noken Indonesia, Titus Christoforus Pekei, noken mengajarkan masyarakat Papua tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran.
Beliau mengibaratkan noken seperti rahim seorang ibu dimana ada kehidupan dan eksistensi untuk terus hidup dan lestari dalam noken.
Selain itu noken memiliki makna menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Hal ini lantaran noken terbuat dari bahan-bahan alam dan proses pembuatannya pun ramah lingkungan.
Noken memang dibuat secara manual sehingga proses pembuatannya pun terbilang cukup rumit. Bahan bakunya yang berupa kayu diolah dengan cara dikeringkan kemudian dipilah-pilah seratnya dan dipintal secara manual hingga menjadi benang.
Proses pewarnaan noken juga berlangsung secara manual yakni menggunakan pewarna alami. Itu sebabnya proses pembuatan noken membutuhkan waktu cukup lama
Untuk tas berukuran kecil membutuhkan waktu pengerjaan hingga dua pekan sedangkan yang berukuran besar bisa memakan waktu hingga dua sampai tiga bulan.
Nah, dari proses pembuatannya yang rumit serta bentuknya yang transparan kita juga bisa menemukan makna noken yang lain
Dilansir dari tempo.co, La'a dan Sri S dalam Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan: Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timur Tengah Selatan menjelaskan bahwa bagi masyarakat Papua hasil tenunan noken dapat digambarkan dengan ketelitian, kesabaran, dan rasa indah pembuatnya.
Sedangkan berdasarkan jurnal karya Arie Januar, Fungsi, Makna, dan Eksistensi Noken Sebagai Simbol Identitas Orang Papua, noken memiliki filosifi mengajarkan nilai kejujuran dan pentingnya menghargai kepemilikan seseorang.
Bentuk noken yang transparan tersebutlah yang menjadikan pengingat masyarakat untuk melakukan aktivitas secara jujur.
Wah, luar biasa sekali ya makna yang terkandung dalam tas kerajinan mama-mama Papua. Mulai dari bahan, proses pembuatan, hingga bentuk, semua memiliki filosofi tersendiri.
Itu dia beberapa fakta unik dan menarik tentang noken. Dengan semua keunikan yang dimilikinya tidak heran bila tas ini diakui dan ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Noken Papua, Warisan Budaya yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak
|
Foto diambil dari Canva (pro) |
Tahun 2012, tepatnya pada 4 Desember 2012 UNESCO akhirnya resmi menetapkan noken Papua sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang harus dilindungi. Sejak saat itu setiap tanggal 4 Desember diperingati sebagai Hari Noken.
UNESCO memasukkan noken dalam kategori In Need of Urgent Safeguarding karena dianggap sebagai warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.
Dalam situs UNESCO terdapat keterangan bahwa jumlah orang yang membuat dan menggunakan noken berkurang karena menghadapi persaingan dari tas buatan pabrik, juga masalah dalam memperoleh bahan baku.
Hal tersebut tentu patut mendapat perhatian khusus. Jangan sampai noken hilang, jangan sampai warisan budaya yang telah diakui ini punah.
Oleh sebabnya, bukan hanya masyarakat Papua yang memiliki peran melestarikan noken melainkan kita semua selaku warga negara Indonesia.
Apalagi di era digital seperti ini, melestarikan kekayaan budaya Indonesia termasuk noken seharusnya bukan hal yang sulit karena kita bisa memanfaatkan Internetnya Indonesia untuk menyebarluaskan berbagai kearifan lokal yang ada di negeri ini.
Cara Melestarikan Kekayaan Budaya dengan Internetnya Indonesia
Noken hanya merupakan satu dari sekian banyak kearifan lokal yang ada di Papua dan merupakan salah satu dari ribuan warisan budaya yang telah diakui.
Indonesia memang terkenal dengan keberagaman budayanya dimana setiap daerah memiliki budaya dengan ciri khasnya masing-masing.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Per Juni 2020, terdapat total 9.770 warisan budaya yang dicatat dan 1.086 di diantaranya telah ditetapkan.
Tentunya keberagaman budaya yang masih bertahan tersebut tidak lepas dari para pendahulu yang semangat melestarikan kebudayaannya sehingga masih bisa kita nikmati hingga hari ini.
Nah, sekarang tugas kitalah sebagai generasi pelanjut yang harus turun tangan untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia agar dapat juga dinikmati oleh anak cucu kita kelak.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, di era digital kita dapat menyebarkan berbagai informasi dengan mudah dan cepat melalui internet.
Dengan manfaat tak terbatas Internetnya Indonesia ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk melestarikan budaya.
Berdasarkan pengalaman pribadi, berikut ini beberapa cara yang saya lakukan untuk mendukung kelestarian kekayaan budaya Indonesia :
Mempelajari Budaya Lokal
Bagaimana kita bisa melestarikan suatu budaya kalau kita sendiri tidak mengenal budaya tersebut. Karena itu mempelajari budaya suatu daerah merupakan cara pertama dan utama yang harus kita lakukan agar bisa melestarikannya.
Jika dulu saya mempelajari budaya lokal hanya dari buku, ensiklopedia, maupun surat kabar, maka saat ini saya bisa belajar keberagaman budaya Indonesia dengan cara yang lebih praktis.
Dengan mengandalkan gawai dan jaringan internet yang stabil saya bisa mendapatkan informasi terkait kekayaan budaya dengan mudah dan cepat.
Informasi yang saya dapatkan pun bukan hanya berupa teks bacaan namun dalam bentuk visual dimana saya bebas mencari video terkait kekayaan budaya di youtube dan mempelajarinya.
Ikut berpartisipasi dalam budaya lokal
Mempelajari budaya lokal tidak cukup lewat bacaan saja. Tentu akan lebih baik bila kita bisa terlibat langsung dalam berbagi acara budaya.
Saya sendiri dari dulu suka sekali menghadiri berbagai acara kebudayaan seperti pentas seni, pameran kebudayaan dan lain sebagainya.
Walau kehadiran saya seringnya hanya sebagai penonton tapi setidaknya itu membuat saya jadi lebih mengenal budaya lokal tersebut.
Sayangnya ketika pandemi segala aktivitas di luar rumah serba terbatas, termasuk kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan juga dibatasi secara offline.
Untungnya teknologi sudah canggih, sehingga berbagai kegiatan yang tadinya tatap muka beralih online.
Nah, bicara mengenai kegiatan kebudayaan saya jadi ingat dengan Indonesia Keren yang merupakan salah satu program unggulan IndiHome.
Sebagai internetnya Indonesia, di masa pandemi kemarin IndiHome terus mendorong masyarakat Indonesia agar tetap produktif dan beraktivitas tanpa batas dari rumah.
Salah satunya dengan menghadirkan Indonesia Keren yang merupakan program eksklusif untuk mencari insan kreatif dan peduli seni budaya Indonesia.
Adapun tujuan dari program tersebut adalah sebagai wujud dukungan IndiHome dalam melestarikan seni budaya khas Indonesia di tengah era globalisasi.
Program tersebut berlangsung secara virtual dimana setiap peserta yang ikut audisi cukup mengunggah karyanya yang berkaitan dengan seni budaya di link yang disediakan IndiHome dan juga di media sosialnya masing-masing.
Meski tidak sempat ikut audisinya tapi dengan melihat karya peserta yang diposting di media sosialnya saya ikut terhibur dan itu juga menambah pengetahuan saya terkait budaya.
Mengenalkan Budaya ke Orang Lain
Termasuk cara melestarikan budaya adalah dengan mengenalkannya juga pada orang lain.
Budaya yang sudah kita pelajari jangan disimpan sendiri tapi harus kita bagikan agar orang lain pun dapat mengenalnya.
Apalagi mengingat kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia ada banyak sekali. Setiap daerah punya kearifan lokalnya masing-masing. Mungkin kita tidak bisa mempelajari semuanya.
Tapi setidaknya ketika ada orang atau teman yang mengenalkan kita langsung dengan budaya daerahnya itu lebih membekas di ingatan.
Mengenalkan budaya daerah kita pada orang lain bisa secara lisan maupun tulisan. Seperti yang saya lakukan, mengenalkan noken tas unik dari Papua yang telah diakui oleh UNESCO.
Saya yakin di antara para pembaca Kamar Kenangan ini pasti ada yang belum tahu apa itu noken? Atau mungkin sudah kenal tapi tidak tahu kalau noken telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia sejak 2012 silam dan harus dilindungi.
Selain noken, di blog ini saya juga pernah membagikan postingan mengenai berbagai
tradisi unik Papua seperti tradisi bakar batu, potong jari, festival lembah baliem dan lain sebagainya.
Tujuannya ya itu tadi, agar pembaca blog yang tinggal di luar Papua bisa mengenal berbagai tradisi yang dimiliki masyarakat Papua.
Tentunya upaya saya untuk melestarikan kebudayaan lokal melalui blog dengan cara ini tidak terlepas dari manfaat internet.
Dukungan jaringan internet yang stabil sangat membantu dan memudahkan saya dalam membuat konten positig di blog.
Jadikan budaya sebagai identitas
Cara melestarikan budaya berikutnya adalah dengan menjadikan budaya sebagai identitas kita. Maksudnya, jika kita bercerita atau mengenalkan budaya kita ke orang lain, tunjukkan juga rasa bangga kita.
Yup, kita harus bangga dong dengan budaya kita
Jangan yang ditunjukkan malah rasa malu. Setiap daerah itu punya budaya yang unik, punya ciri khasnya masing-masing jadi tidak perlu dibanding-bandingkan.
Lagipula meski kekayaan budaya daerah yang satu berbeda dengan yang dimiliki daerah lain
toh sama-sama merupakan kebudayaan Indonesia. Seperti halnya semboyan
Bhineka Tunggal Ika, seperti itu pula
internet menyatukan Indonesia.
Nah, Justru dengan keberagaman tersebutlah yang membuat Indonesia kaya. Tidak hanya dengan kekayaan alamnya melainkan juga kaya dengan kebudayaannya.
Jangan mudah terpengaruh budaya asing
Tidak dimungkiri di era globalisasi ini banyak sekali kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Jika tidak berhati-hati kita bisa terpengaruh dengan budaya tersebut.
Masalahnya tidak semua budaya dari luar itu baik untuk diadopsi, sekalipun terkesan lebih modern. Lebih bahaya lagi jika kita sampai lupa dengan budaya sendiri gara-gara terpengaruh oleh budaya asing.
Untuk mengantisipasi hal tersebut saya berusaha tidak menelan mentah-mentah apa yang saya terima. Menumbuhkan rasa cinta terhadap Indonesia dan budayanya juga penting karena rasa itu dapat membentengi kita dari pengaruh luar.
Overall, manfaat internet memang tidak terbatas, dapat mendukung semua aktivitas kita tanpa batas, termasuk ketika ingin melestarikan kekayaan budaya Indonesia.
Namun tetap harus waspada, jika tidak bijak menggunakannya, internet juga bisa membawa dampak buruk. Jadi tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.
Penutup
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya. Noken sendiri merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang berasal dari Papua.
Jika tidak dilestarikan, warisan budaya ini bisa saja punah sewaktu-waktu. Hari ini kita masih dapat menikmati kebudayaan suatu daerah karena generasi terdahulu telah berupaya melestarikannya.
Begitu pula di masa mendatang, anak cucu kita masih bisa mengenal suatu warisan budaya hanya bila budaya tersebut dilestarikan.
Di sinilah peran kita. Sebagai generasi penerus kita memiliki kewajiban melestarikan kebudayaan Indonesia. Tentu ada berbagai cara yamg dapat kita lakukan untuk melestarikan noken maupun kekayaan budaya Indonesia lainnya seperti yang sudah disebutkan di atas.
Terlebih dengan adanya dukungan jaringan internet yang stabil dari IndiHome. Hidup di era digital memudahkan kita mengakses berbagai informasi.
Kita semua pun pasti sudah merasakan manfaat internet di berbagai bidang. Manfaat internet di bidang budaya juga tidak kalah besarnya. Alih-alih terseret arus globalisasi, kita dapat dengan mudah mengenalkan budaya Indonesia hingga ke mancanegara dengan manfaat internet yang tidak terbatas.
Yuk, ikut lestarikan noken maupun budaya Indonesia lainnya. Minimal kita tahu budaya tersebut sehingga dapat mengenalkan juga kepada anak cucu kita hingga warisan budaya seperti noken tetap terjaga!
Posting Komentar untuk "Manfaat Internet untuk Melestarikan Noken Papua dan Kekayaan Budaya Indonesia Lainnya"
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.