Apa yang Salah dengan Media Sosial?
Menurutmu apa yang salah dengan media sosial? Kenapa sampai ada yang menjauhinya bahkan sampai tutup akun segala? Memangnya apa salah media sosial?
Waktu bulan April kemarin saya sempat baca postingan di blog Mbak Grace Melia tentang si Papi Ubii yang sudah dua bulanan deactivated akun facebook dan instagramnya. What it means?
Yap suami dari blogger parenting yang akrab disapa Gesi itu ternyata sudah nggak main media sosial lagi. Seketika saya langsung merasa suami saya nggak ada apa-apanya, haha.
Lha iya suami saya masih berada di fase main medsos tapi nggak maniak banget kayak istrinya ini, sementara suami Mbak Gesi sudah di tahap yang benar-benar ninggalin media sosial lho. Wah, keren ya?
Well saya selalu salut sama orang-orang yang bisa hidup tanpa media sosial. Secara kamu tahu sendiri kan, zaman sekarang medsos itu sudah kayak kebutuhan primer hampir semua orang.
Jadi kalau hari gini masih ada orang yang nggak punya akun facebook atau instagram bakal dianggap aneh. Yah kecuali kalau kamu tinggal di daerah pedalaman yang memang sama sekali belum terpapar teknologi.
As we know rata-rata orang di kota mah hidupnya sudah nggak lepas dari yang namanya media sosial. Yang sampai kecanduan facebook, instagram, twitter, dkk banyak. Bahkan sehari saja tidak buka medsos rasanya seperti makan sayur tanpa garam. Hampa rasanya hidup, bener nggak? Eh itu juga sih yang saya rasain kalau kuota internet habis, hehe.
Makanya saya takjub banget sama orang yang bisa menjalani hari-harinya tanpa berselancar di jejaring sosial. Of course, karena saya tahu meninggalkan media sosial sungguh bukan perkara yang mudah apalagi yang sudah kena candu.
Namun ternyata di luar sana ada lho orang-orang seperti Papi Ubii yang memutuskan untuk deactivated akun medsosnya. Memang apa salahnya media sosial? Kenapa sampai tutup akun segala?
Baiklah, mungkin kamu penasaran kira-kira apa saja alasan yang bikin sejumlah orang memilih meninggalkan media sosial, yuk kita bahas satu-satu.
Baca Juga
Alasan Meninggalkan Media Sosial
Tak dimungkiri, media sosial membawa dampak yang begitu besar dalam kehidupan manusia. Kehadirannya memang sangat memudahkan kita berinteraksi dengan keluarga/kerabat/teman-teman yang terpisah jarak. Kita juga bisa dapat informasi dengan sangat cepat.
Lebih dari itu, beberapa platform media sosial seperti instagram, facebook, twitter maupun youtube kini bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Sayangnya dampak dari media sosial tidak melulu positif. Itulah sebabnya ada orang-orang seperti Aditya Suryaputra, suami dari Grace Melia yang memilih angkat kaki dari hiruk pikuk dunia media sosial. Why?
Buang-Buang Waktu
Segala sesuatu jika dilakukan secara berlebihan pasti jatuhnya nggak baik. Begitupula dalam bermedia sosial. Tak dimungkiri banyak orang yang sering kebablasan saat berselancar di media sosial.
Ini salah satu alasan yang menguatkan si Papi Ubii hingga mengambil keputusan menutup akun media sosialnya, dalam hal ini facebook dan instagram. Papi dari Ubii dan Aiden ini mengaku rata-rata screentimenya dalam sehari mencapai 6 jam dimana 50% dari 6 jam itu dia habiskan untuk media sosial saja.
Menurutnya 3 jam untuk media sosial itu terlalu berlebihan, karena dia bukan seorang influencer, bukan pula content creator, hanya pengguna medsos biasa yang tidak membutuhkan banyak waktu di beranda facebook maupun home instagram.
Lalu dia merasa menyesal atas 3 jam yang terbuang percuma sebatas untuk scrolling dan kepo aktivitas orang lain, padahal waktu selama 3 jam itu bisa dia gunakan untuk aktivitas lain yang produktif.
Harus saya akui saya pun sering lupa waktu ketika buka media sosial. Padahal niatnya cuma mau rehat sejenak sembari ngecek medsos selagi anak tidur eh tapi pas liat ada status atau foto teman yang menarik jiwa kekepoan saya seketika muncul.
Ujung-ujungnya saya malah keasyikan stalking berlama-lama di akun profil teman saya tersebut. Itu baru satu akun, belum yang lainnya. Pas sadar anak sudah keburu bangun dan pekerjaan domestik saya belum ada yang beres, hiks.
Kalau sudah begini apa saya juga harus meninggalkan medsos?
Menjauhkan yang Dekat
Salah satu fungsi media sosial memang dapat menghubungkan kita dengan keluarga, teman-teman maupun kerabat dengan mudah. Berkat media sosial pula kita bisa tahu kehidupan orang-orang di sekitar kita dengan cepat.
Bahkan sering banget ya kejadian orang-orang yang aktif di media sosial bisa lebih dulu tahu kabar tentang kita ketimbang tetangga dekat rumah. Kendati demikian, sadar nggak sadar medsos sudah menjauhkan kita dengan orang-orang terdekat di sekeliling kita.
See! Kalau ada acara kumpul-kumpul dengan teman atau sanak saudara paling hanya sebatas formalitas belaka. Bilangnya saja lagi ngumpul atau reunian, tapi semuanya pada asyik dengan gawai masing-masing.
Ada yang sibuk update status dan balas-balas komen, ada yang asyik bikin konten untuk youtube atau live di IG, ada juga yang sibuk foto-foto dan keliling cari spot yang bagus demi mendapat konten yang bagus untuk feed.
Semua fokus dengan media sosialnya sendiri, sampai tiba waktu berpisah, nggak ada kesan dan kebersamaan sama sekali yang dibawa pulang.
Nah, mereka yang menyadari media sosial telah menjauhkannya dengan orang-orang di sekelilingnya mungkin akan mengambil langkah seperti suaminya Grace ini.
Kehilangan Privasi
Sstiap orang pasti punya privasi masing-masing yang seharusnya bisa dijaga dengan baik. Namun semenjak munculnya media sosial banyak orang yang justru kehilangan privasi karena hampir semua yang ada dalam kehidupannya dia umbar ke media sosial, termasuk masalah dalam rumah tangganya.
Media sosial yang seharusnya cukup dijadikan sebagai tempat silaturahmi malah dijadikan ladang curhat. Ada masalah sedikit larinya ke media sosial, tersinggung sedikit curhatnya di media sosial, emosi dengan seseorang, pelampiasannya juga di media sosial. Orang-orang yang saling sindir dan sampai berantem di media sosial juga ada, buanyaaak. Miris banget ya?
Padahal menjaga privasi diri dan keluarga sangat penting. Apalagi kehidupan kita sepenuhnya ada di dunia nyata jadi tidak perlulah semua masalah dalam hidup kita bawa ke media sosial.
Itulah sebabnya pilihan untuk meninggalkan media sosial dirasa tepat bagi sebagian orang yang sering kecolongan curhat di ranah maya.
Banyak Racun
Tidak hanya di kehidupan nyata, justru orang-orang beracun alias toxic people lebih banyak berkeliaran di media sosial. Ingat, racun yang ada di media sosial bukan hanya dalam bentuk komen negatif dari si toxic people.
Kalau kamu liat postingan orang lain dan itu bikin hati kamu panas, kamu cemburu, gelisah, iri, dan mulai membanding-bandingkan dirimu dengan yang lain lalu menjadi tidak percaya diri itu juga termasuk racun yang bisa mengganggu kesehatan mentalmu.
Banyak lho orang terserang racun jenis ini. Termasuk saya salah satunya. Ya saya pernah merasa insecure karena media sosial. Bahkan ada masa dimana saya sering menangisi diri sendiri hanya karena melihat postingan-postingan berupa foto selfie yang diunggah oleh teman saya di akun media sosialnya.
Entah kenapa setiap kali lihat postingan selfie teman saya itu bikin dada saya sesak, rasa iri dan cemburu yang langsung menyeruak. Mungkin karena hasil dari foto selfie saya nggak sebagus foto selfie miliknya kali ya, hehe.
Eh tapi gara-gara itu juga sih saya sampai menghapus semua foto selfie yang ada di semua akun media sosial saya. So far, jangan heran, kalau kamu berkunjung ke akun media sosial saya baik di IG, FB maupun Twitter kamu nggak bakal ketemu dengan foto selfie saya, hehe.
Baca juga Ada Apa dengan Selfie?
Padahal dulu aseli saya orangnya tukang selfie, dan lumayan eksis di medsos terutama Facebook dan Instagram. Di facebook saya rajin update status panjang-panjang hampir setiap hari sementara di IG penuh dengan unggahan foto wajah saya, haha.
Nah, kalau ada orang yang memilih detoks mesdsos dengan cara deactivated akunnya atau rehat sejenak dari aktivitas jejaring sosial, saya lebih memilih untuk nggak eksis di media sosial.
Mulai dari tidak lagi mengumbar foto wajah di medsos, tidak lagi sering update status atau unggah foto hingga memilih untuk fokus menulis di blog saja.
Setelah itu saya merasa hidup saya jauh lebih tenang. Bahkan sebenarnya nggak ada niatan saya mau kembali eksis di medsos. Saya sudah merasa cukup bahagia dengan menjadi blogger.
Sayangnya tuntutan untuk jadi blogger profesional di zaman sekarang nggak lepas dari media sosial. That's why sejak Kamar Kenangan ini dimonetisasi saya mulai aktif kembali bermedia sosial. Bahkan bisa dibilang jauh lebih aktif karena dulunya meski rajin update status dan unggah foto, saya masa bodoh dengan yang namanya followers dan engagement.
But now? Saya sampai ikut list saling follow, ajang follow loop hingga menjadi sponsor giveaway demi bisa swipe up dan memenuhi syarat agar bisa kebagian job😂
Begitulah kira-kira alasan mengapa ada orang yang butuh detoks media sosial, sampai tutup akun segala.
Baca Juga
Sebenarnya masih banyak alasan lain tapi cukup saya sebutkan 4 poin saja ya. Atau mungkin kamu termasuk orang yang saat ini juga sedang berhenti sejenak untuk buka medsos. Bisa dong share alasanmu di kolom komentar.
Kesimpulan
Sebelum mengakhiri postingan ini, jika ditanya apa yang salah dengan media sosial? Menurut saya nggak ada yang salah karena medsos sebatas platform yang membantu menghubungkan kita dengan banyak orang lewat jaringan internet. Pengaruh positifnya juga ada banyak kok.
Bahkan kalau kita pintar memanfaatkannya, medsos bisa kita jadikan ladang untuk menambah penghasilan dari rumah saja. Kalau pun ada yang salah, semua tergantung dari penggunanya. Yap tergantung bagaimana kita bisa menggunakan medsos dengan bijak.
Kalau saya sekarang aktif kembali di medsos tujuannya memang cuma untuk membangun branding dan menunjang aktivitas utama saya sebagai blogger. Andaikata blogger tidak butuh medsos, of course saya akan lebih nyaman main di blog saja. How about you? Share juga yuk opinimu tentang media sosial di kolom komentar.
Salam,
21 komentar untuk "Apa yang Salah dengan Media Sosial?"
Lain cerita kalau ada keperluan lainnya.
Tapi dari 2 bulan itu, aku ngerasa tenang aja jiwanya. Tapi disisi lain, jadi KUDET gitu, wkwk..
Btw, warbyasak ya suami mbak Gesi, mantul!
Kalo suami aku sih, malah merambat ke-dunia games, hadeh.. Tapi katanya sih mau menghasilkan pundi-pundi, hihi..
Saya juga termasuk orang yang susah keluar dari medsos kalau udah terlanjur buka.lupa waktu tanpa sadar....
Mending dikurang2in deh kalau di jam kerja wkkwkw
Kerasa banget bahwa medsos berpengaruh dlm hidup saya, apalagi kalo menengok ke belakang. Jadi, kalo skrg mah masih ditingkat ga deactivated tapi jarang posting2, tapi malah bnyk scrolling sih, haha. Ini malah buang2 waktu yaaa.
Emang balik ya, kita kudu bisa memenej waktu dan disiplin diri dgn medsos ini.
aku pun rasanya nggak bisa hidup tanpa medsos, ih ngeri bgt ya. wkwkw. nggak ding, aku nggak smpe ketahap yg kecanduan parah sih, cm ya memang main medsos ada sisi positif dan negatif, tinggal gimana kitanya aja ya
membuat privasi itu hilang.
pengen juga sih off sosmed
tp kok kayanya sekarang susah ninggalin sosmed karena banyak kegiatan blog yang harus di share di sosmed
dulu aku post di sosmed cuman buat hal hal pribadi,tapi sekarang agak berubah fungsi buat cari duit juga hehe
terlebih sebagai influencer atau blogger, dimana branding dna juga jumlah follower diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri dan juga blog
iyaah, sempat baca postingan Mami Ubii tentang ini, salut lah tuk Papi Adit itu, sekarang jadi lebih produktif pastinya ::)
Soalnya emang tkxic banget kalau keterusan. Malah sekarang main sosmed lebih sering buat sharing-sharing tipis aja. Udah jarang scrolling nggak penting. Waktunya terbatas sih.
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.