Misi Memaknai Karakter Moral Ibu Profesional
Bismillahirrahmaanirrahiim
Libur lebaran telah usai. Waktunya melanjutkan perjalanan bersama para penjelajah samudera di Bahtera Matrikulasi batch 8. Masih di misi penyelaman. Kali ini widyaiswara mengajak kami untuk menyelami makna Karakter Moral Ibu Profesional.
Menurut saya ini misi yang cukup menantang karena saya harus menengok ke dalam diri saya sendiri, kira-kira karakter moral Ibu Profesional mana yang saya miliki?
Karakter Moral Ibu Profesional
Salah satu bekal yang mungkin selama ini tidak kita sadari ada dalam diri kita adalah KARAKTER MORAL. Ya, pada dasarnya setiap ibu sudah punya karakter moral masing-masing, hanya saja masih banyak yang luput mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lewat misi kali ini para widyaiswara mengingatkan sekaligus mengajak kami menyelami makna karakter moral yang ada di Ibu Profesional. Bahwa karakter moral itu sebenarnya bisa jadi kekuatan dan solusi untuk kita menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani peran kehidupan.
Lalu apa saja karakter moral ibu profesional?
- Never Stopped running, The Mission Alive, Ibu Profesional tidak mudah menyerah. Ia tidak akan berhenti menjalankan misi dan tugas hidupnya dengan suka cita. Ia terus bergerak, misinya tak pernah mati.
- Don't Teach Me I Love to Learn, Ibu Profesional adalah ibu yang senang belajar, ia punya semangat belajar yang tinggi untuk meningkatkan kualitas dirinya baik sebagai istri, ibu maupun individu.
- I Know, I Can Be Better, Ibu profesional selalu ingin menjadi lebih baik dari hari ke hari. Ia tahu bahwa jika hari ini dirinya lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya jika hari ini dirinya tidak lebih baik dari hari kemarin maka ia akan menjadi orang yang merugi.
- Always on Time, Ibu profesional adalah orang yang pandai mengatur waktu. Ia menghargai waktu dan akan selalu berusaha hadir dalam kegiatan atau perkuliahan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama.
- Sharing is Caring, Ibu profesional tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia peduli terhadap sesama. Karena itu ia suka berbagi apa saja, termasuk berbagi ilmu dan pengalaman. Namun ia hanya membagikan apa yang sudah ia alami dan praktikkan.
Kelima karakter itulah yang harus kami selami. Seperti biasa kehadiran para WI turut membantu kami menyelesaikan misi. Mereka membagikan kisah dan pengalaman kepada kami terkait tantangan yang pernah mereka hadapi, baik dalam proses mengasuh anak maupun proses untuk meningkatkan kualitas diri.
Dari membaca dan atau mendengar kisah yang mereka bagikan via podcast saya merasa seperti tidak sendiri karena apa yang saya alami dalam menghadapi tantangan selama berproses dan menjalani peran baik sebagai istri, ibu dan sebagai individu juga dialami oleh mereka.
Bedanya, kami punya kisah masing-masing. Para widyaiswara telah menunjukkan bagaimana karakter moral ibu profesional bisa menjadi kekuatan yang berhasil membantu mereka mengatasi tantangan.
Nah, sekarang tugas saya berbagi kisah dan cara yang saya lakukan untuk mengatasi tantangan selama berproses dan menjalani peran kehidupan.
Baca juga : Misi Menemukan Makna Core Value Ibu Profesional
Menyelami Makna Karakter Moral Ibu Profesional
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, ada 5 karakter moral Ibu Profesional. Yuk selami satu per satu.
Never Stopped Running, The Mission Alive
Menjadi ibu rumah tangga, itu adalah cita-cita saya semenjak lulus kuliah. Mungkin kedengarannya aneh ya sudah menyandang gelar sarjana kok cita-citanya malah mau mengurus rumah tangga.
Kalau cuma mau bekerja jadi ibu rumah tangga ngapain sekolah tinggi-tinggi? Begitu celetukan yang kerap terlontar dari orang-orang yang masih memandang sebelah mata pekerjaan di ranah domestik.
Tapi saya mah nggak terlalu peduli dengan apa kata orang. Terserah mereka mau komen apa yang pasti keputusan saya untuk jadi IRT setelah dipersunting oleh sang jodoh sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.
Alhamdulillaah, tidak sampai tiga tahun lepas wisuda cita-cita saya menjadi IRT akhirnya terwujud. Awalnya tentu saja saya sangat bahagia.
Membayangkan betapa nikmatnya hidup yang bakal saya jalani setelah menjadi seorang istri dan ibu lalu hanya fokus dengan urusan domestik.
Tadinya malah saya pikir pekerjaan ibu rumah tangga itu gampang saja. Cuma mengurus suami, anak-anak, masak, mencuci, bersih-bersih rumah, itu saja, kan? Apanya yang susah?
Beda dengan pekerjaan saya sebelumnya yang harus menghadapi puluhan siswa dengan berbagai macam karakter. Belum lagi dengan kewajiban guru yang bukan sebatas mengajar di kelas namun harus membuat perangkat pembelajaran dan segala macamnya terlebih dahulu. Itu belum termasuk aspek penilaian lho.
Intinya mah di dalam benak saya yang tergambar pekerjaan sebagai guru jauh lebih mudah daripada ibu rumah tangga. But you know what?
Setelah menjalani sendiri baru saya rasakan, ternyata pekerjaan sebagai seorang istri maupun ibu di rumah nggak bisa dianggap sepele. Kalau mau dibilang berat ya mungkin sama beratnya atau malah bisa jadi lebih berat mengingat pekerjaan IRT non stop, nggak ada liburnya.
That's why saya salut dengan ibu-ibu yang bekerja di ranah publik, yang meski sudah seharian disibukkan dengan kegiatan di kantor namun tidak melupakan kewajiban utamanya di rumah. Pulang kerja dia masih harus melayani suami dan mengurus anak-anaknya tanpa mengeluh sekali pun. Maa syaa Allaah.
Kalau kayak saya, baru capek sedikit saja eh sudah banyak ngeluhnya. Dan yah saya sadari makin ke sini saya merasa semakin sering berkeluh kesah. Saya mulai jenuh dengan aktivitas yang itu-itu saja. Saya capek dengan pekerjaan rumah yang seolah nggak ada habis-habisnya.
Belum lagi menghadapi tingkah si Kakak yang di usia toodler-nya ini luar biasa aktif. Suka lari ke sana kemari, panjat sana-sini dan melakukan banyak hal yang bikin saya susah menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata jangan.
Mana yang saya urusin bukan cuma si kakak. Ada adeknya juga yang masih bayi. Selain itu yang juga cukup menguras energi karena saat ini saya masih menyusui kakak sekaligus dengan adiknya (tandem nursing), and you know-lah perjuangan untuk menyusui 1 bayi itu nggak mudah, apalagi dua bayi.
Jadi kalau belakangan ini saya sering mengeluh, mulai jenuh dan lelah dengan aktivitas yang saya geluti sebagai ibu rumah tangga, saya rasa itu hal yang wajar. Bukan berarti saya tidak bersyukur.
Seperti yang sudah saya singgung tadi, ibu rumah tangga adalah cita-cita saya, menjadi istri yang shalihah adalah impian saya pun sudah lama saya mendamba menjadi seorang ibu. Sejauh ini Allah sudah memberi apa yang saya pinta, seorang suami yang penuh perhatian, anak-anak yang lucu lantas setelah semua itu saya dapatkan mengapa pula saya harus mengingkari nikmat-Nya?
Kalau pun saya mengeluh itu karena ibu rumah tangga juga cuma manusia biasa, kan? Yang bisa capek, bisa jenuh, bisa stres bahkan depresi tapi itu bukan menjadi alasan bagi saya untuk resign dari pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
Barangkali memang saya hanya butuh jeda sejenak dari kepenatan mengurus rumah tangga. Setelah itu saya akan tetap terus bergerak, kembali menjalankan misi. Yah, never stopped running, the mission alive. Ternyata kondisi yang tengah saya alami ini menunjukkan bahwa dalam diri saya terdapat karakter moral Ibu Profesional yang pertama.
Don't Teach Me, I Love to Learn
Siapa bilang ibu rumah tangga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi? Bahkan sekali pun sudah menyandang gelar sarjana S1 saya merasa seperti anak yang baru belajar membaca saat akan menjadi ibu.
Bagaimana cara merawat bayi yang baru lahir? Apa itu IMD? Apa itu ASI Eksklusif? Apa yang harus saya lakukan jika ASI saya belum keluar setelah si bayi lahir? Bagaimana cara menyusui yang benar? Kapan bayi saya bisa mulai diberikan MPASI? Stimulasi apa yang harus saya berikan agar bisa membantu tumbuh kembang bayi saya dengan normal?
Dan masih bertumpuk-tumpuk pertanyaan lainnya yang tumbuh di kepala saya saat akan menjadi seorang Ibu. See! semua jawaban dari pertanyaan tersebut tidak saya dapatkan di bangku kuliah. Banyak hal yang kemudian baru saya pelajari selama kurang lebih tiga tahun terakhir ini.
Semua ilmu yang saya butuhkan saya cari di buku-buku dan berbagai literatur terpercaya. Daripada mendengar apa kata orang, saya memang lebih suka belajar sendiri. Bukan bermaksud tak menghargai, hanya saja semenjak jadi ibu saya sering mendapat kritikan dari orang-orang terkait cara pengasuhan yang saya terapkan.
Sebenarnya nggak masalah kalau kritikannya benar, tapi setelah saya selidiki ternyata apa yang mereka sampaikan itu cuma mitos. Mana disampaikan dengan cara yang terkesan menggurui dan menyudutkan pula, gimana saya nggak illfeel coba.
Termasuk saat saya ngotot tidak ingin meyapih dini kakak. Saya ingin tetap menyusuinya hingga menginjak usia 2 tahun. Di sini banyak yang menentang. Katanya kalau ibu sementara hamil dan tetap menyusui, ASI-nya yang keluar akan jadi darah/nanah. Atau ada juga yang bilang si anak yang masih menyusu sementara ibunya hamil akan tumbuh jadi anak yang bodoh.
Tidak sampai di situ, setelah melahirkan pun masih ada saja orang yang mengkritik saya karena memilih tandem nursing. Katanya si adek nanti kecil karena makanannya diambil sama kakaknya.
Sebagai ibu yang senang belajar dan tidak suka dengan segala hal yang berbau mitos, masukan-masukan yang tidak ilmiah seperti itu saya anggap angin lalu. So, please don't teach me, i love to learn.
Tanpa didikte dan digurui pun dari sononya saya sudah senang belajar. Rupanya kecintaan saya terhadap ilmu ini juga merupakan bagian dari karakter moral Ibu Profesional.
Baca juga Misi Membumikan CoC Ibu Profesional
I Know I Can Be Better
Masih berkaitan dengan karakter moral ibu profesional yang kedua, saya jadi terngiang dengan penyampaian Bunda Rima saat hendak menyelesaikan misi menemukan makna Core Value Kebanggan Keluarga.
Saat itu Bunda Rima sempat menjelaskan bahwa hakikat dari belajar adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kalau misalkan tidak menunjukkan perubahan yang baik berarti kita belum benar-benar belajar.
Itulah sebabnya saya semangat mengikuti perkuliahan di Institut Ibu Profesional ini karena i know i can be better dengan belajar.
Ya harapan saya dengan bergabung di komunitas Ibu Profesional saya dapat meningkatkan kualitas diri, menjadi istri dan ibu yang lebih baik dari hari ke hari. Tekad saya yang kuat untuk belajar ini juga sesuai dengan karakter moral Ibu Profesional, bahwa saya tahu saya bisa menjadi lebih baik ke depannya.
Always on Time
Semenjak menjadi ibu saya masih belum berhasil mengubah kebiasaan jelek saya yang satu ini. Sering lelet, tidak cekatan dan suka terlambat. Manajemen waktu saya parah sekali.
Padahal salah satu karakter moral yang ada di diri ibu profesional adalah always on time.
Selalu tepat waktu dalam segala hal. Ya ibu profesional pandai mengatur waktunya dengan sangat baik.
Baginya setiap detik yang ia lewati itu berharga sehingga tidak ada waktu yang ia buang percuma. Semua ia gunakan untuk kegiatan yang produktif. Tentu karakter moral ibu profesional yang keempat ini akan jadi PR besar buat saya.
Sharing is Caring
Tahu nggak alasan kenapa saya suka ngeblog? Salah satu alasannya memang karena saya suka menulis namun lebih dari itu, saya ingin berbagi lewat tulisan di blog yang saya namai Kamar Kenangan ini.
Jujur saja, sebelumnya saya sempat pesimis kalau karena merasa tidak punya keahlian apa-apa. Tidak jago masak, tidak pintar bikin kerajinan tangan, tidak tahu menggambar, tidak kreatif pula dan masih banyaklah hal yang tidak bisa saya lakukan.
Yang saya tahu saya hanya suka menulis (meski nggak jago-jago amat kayak penulis ternama yang telah menelurkan puluhan hingga ratusan karya). Barangkali saya hanya salah satu penulis amatiran yang ketika bertemu blog langsung bangun cinta.
Blog kemudian jadi tempat dimana saya suka berbagi banyak hal. Kebanyakan sih tentang pengalaman terutama saat saya sudah berada di fase kehidupan baru bernama rumah tangga
Semenjak saat itu saya suka sekali mengabadikan momen-momen tertentu dengan bercerita panjang lebar mengenai bagaimana perjalanan kehamilan anak pertama dan kedua saya saya mulai dari trimester awal - akhir, juga tentang proses persalinan pervaginam yang saya lewati dengan mata minus tinggi dan selaput retina yang sudah menipis hingga cerita tentang masa-masa berat yang saya alami saat masih menjadi new mom.
Apa yang saya bagikan di blog ini mungkin terkesan receh tapi ketika menulis saya selalu berharap tulisan-tulisan yang saya tuangkan di sini bisa 'bermakna' ketika menemui pembacanya.
Siapa sangka, belakangan saya sering dapat DM terutama dari para ibu yang merasa tercerahkan setelah membaca postingan yang ada di blog ini.
Bukan bermaksud bangga tapi ketika mendapat pesan atau komentar dari orang-orag yang mengunjungi blog ini dan mengaku tulisan saya berdampak positif bagi mereka itu saja sudah membuat saya bahagia Karena memang itulah salah satu tujuan saya ngeblog, sharing is caring.
Nah, rupanya dalam diri saya juga sudah ada karakter moral ibu profesional yang kelima yakni suka berbagi pengalaman maupun ilmu yang sudah dipraktikkan.
Yah meski saya akui tidak semua yang saya bagikan di sini sudah saya alami dan praktikkan lantaran blog ini sudah dimonetisasi alias sudah bercampur dengan berbagai artikel yang ada iklannya.
Nah, dari hasil menyelam kali ini saya jadi menyadari bahwa dalam diri saya ada karakter moral ibu profesional seperti; saya yang tidak akan menyerah untuk mencapai misi, saya yang menyenangi belajar, mencari ilmu sesuai dengan kebutuhan, saya yang selalu berusaha ingin memperbaiki diri, menjadi lebih dari hari ke hari pun saya yang dengan senang hati suka berbagi ilmu maupun pengalaman di blog ini.
Keempat karakter moral tersebut ternyata bisa menjadi kekuatan atau solusi bagi saya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani proses maupun peran kehidupan. Saya hanya perlu mengasahnya sehingga bisa lebih peka dengan kondisi yang ada.
Sementara khusus untuk karakter moral yang berkenaan dengan waktu, memang itu masih menjadi PR besar yang harus saya selesaikan. Yah semoga saja ke depannya saya bisa juga meneladani karakter moral ibu profesional yang always on time.
Demikianlah hasil penyelaman saya kali ini untuk mendapatkan bekal permata. Ok, sampai jumpa di misi selanjutnya yang pasti akan lebih menantang.
Salam,
Siska Dian Wahyunita
IP Sulawesi
#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah
2 komentar untuk "Misi Memaknai Karakter Moral Ibu Profesional"
Cuma, memang ada sedikit rasa janggal juga kalau sekedar melihat judulnya. Bagaimanapun kata profesional itu berkenaan dengan profesi, yaitu melakukan sesuatu dengan bayaran. Pekerjaan berbayar (jual beli).
Jadi, kata profesional seharusnya tidak bisa lepas dari makna dasarnya, yang berbayar.
Kalau tidak membaca isinya mungkin banyak orang akan mengernyitkan dahi karena dasar seorang ibu pada dasarnya justru melakukan sesuatu bukan untuk imbalan materi, seperti seorang profesional. Istilah profesi juga memiliki kriteria dan standar yang ditetapkan sebuah asosiasi
Walaupun, setelah membaca, saya yakin bahwa pembaca juga menyadari arah penjelasan tentang ibu profesional, tetapi tidakkah ada istilah lain yang lebih cocok karena cara pemaknaan kata profesional yang agak menjauh dari makna dasarnya.
Btw, still a nice writing
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.