Keladi Tumbuk, Makanan Khas dari Hutan Papua
Keladi Tumbuk Makanan Khas dari Hutan Papua - Papua tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang eksotis, melainkan juga makanan khasnya yang lezat dan kaya gizi. Sebut saja papeda, makanan yang terbuat dengan bahan utama tepung sagu ini sungguh nikmat dilahap dengan sayur kangkung plus bunga pepaya tumis dan ikan kuah kuning. Atau ada juga bubur sagu yang rasanya begitu manis menggoda dengan tambahan gula aren dan santan kental.
Sebagian besar makanan khas Papua memang terbuat dari bahan dasar sagu. Tidak heran, karena seperti yang kita ketahui sagu adalah makanan pokok orang Papua. Bahkan ada pula sate ulat sagu yang dibakar seperti sate daging pada umumnya, namun daging yang digunakan di sini adalah ulat yang berasal dari pohoh sagu sehingga dikenal sebagai ulat sagu.
Bagaimana rasanya? Jangan tanya karena meskipun dari lahir hingga besar di Papua, saya belum pernah mencicipinya. Pernah ditawari sih tapi saya tolak mentah-mentah karena baru membayangkan saja saya sudah merasa jijik dan geli duluan.
Padahal kata teman-teman saya yang asli Papua, sate ulat sagu ini memiliki rasa yang sangat enak, kandungan nutrisinya juga tinggi. Bahkan kebanyakan mereka lebih suka menyantap ulat sagu langsung hidup-hidup tanpa dibakar sebelumnya. Unik sekali ya, sayangnya saya tidak tertarik sama sekali dengan menu sate ulat sagu ini apalagi memakannya hidup-hidup, hehe.
Oya berbicara tentang makanan khas Papua tidak selalu terbuat dari bahan dasar sagu. Papua juga punya kok makanan khas yang terbuat dari bahan umbi-umbian, baik singkong, petatas maupun keladi. Nah, salah satu makanan khas Papua yang berasal dari umbi-umbian dan menjadi favorit saya adalah keladi tumbuk.
Oya berbicara tentang makanan khas Papua tidak selalu terbuat dari bahan dasar sagu. Papua juga punya kok makanan khas yang terbuat dari bahan umbi-umbian, baik singkong, petatas maupun keladi. Nah, salah satu makanan khas Papua yang berasal dari umbi-umbian dan menjadi favorit saya adalah keladi tumbuk.
Keladi Tumbuk, Makanan Khas Papua yang Sama Lezat dan Bergizinya dengan Papeda
Jika menyinggung makanan khas Papua, tentu semua orang akan menyebut papeda. Makanan yang teksturnya menyerupai lem ini memang populer hingga ke mancanegara. Beda halnya dengan keladi tumbuk, yang mungkin hanya dikenali oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Papua saja. Barangkali kamu pun baru tahu orang Papua punya makanan khas yang terbuat dari bahan umbi keladi. Atau mungkin kamu bertanya-tanya, seperti apa umbi keladi itu dan bagaimana penampakan keladi tumbuk.
Baiklah, umbi keladi yang saya maksud di sini adalah talas. Kalau sebut talas tentu tidak asing lagi ya karena pangan ini pun sering diolah oleh masyarakat di luar Papua sebagai cemilan mulai dari keripik, puding, hingga kue lapis talas yang terkenal sebagai oleh-oleh kota Bogor.
Hanya saja orang papua menyebutnya keladi bukan tua-tua keladi ya, hehe. Jadi seperti yang sudah saya singgung di atas, tanaman keladi atau talas termasuk pangan pokok khas Papua yang oleh masyarakatnya biasa diolah dengan cara direbus lalu ditumbuk hingga halus. Itulah sebabnya disebut keladi tumbuk.
Hanya saja orang papua menyebutnya keladi bukan tua-tua keladi ya, hehe. Jadi seperti yang sudah saya singgung di atas, tanaman keladi atau talas termasuk pangan pokok khas Papua yang oleh masyarakatnya biasa diolah dengan cara direbus lalu ditumbuk hingga halus. Itulah sebabnya disebut keladi tumbuk.
Cara penyajiannya tidak jauh berbeda dengan papeda, sebagai pengganti nasi. Kalau menu papeda sering disajikan bersama ikan kuah kuning dengan sayur kangkung mix bunga pepaya tumis maka keladi tumbuk pun demikian atau bisa juga dihidangkan bersama ikan bakar dan sayur pakis lodeh, tergantung selera.
Cara membuat keladi tumbuk mudah sekali, bukan? Soal rasa tentu tidak diragukan lagi, setidaknya bagi saya lezatnya keladi tumbuk tidak kalah dengan papeda. Apalagi kalau kamu tidak terbiasa makan makanan yang terbuat dari tepung sagu, kamu bisa mencoba keladi tumbuk.
Masyarakat Papua sendiri biasa menyajikan keladi tumbuk sebagai menu tambahan pada acara-acara tertentu, seperti acara keluarga, perayaan agama, pesta adat dan lain sebagainya. Saat saya masih duduk di bangku sekolah, setiap ada praktik masak dan mengangkat tema makanan khas Papua, menu keladi tumbuk juga pasti ikut dihidangkan di atas meja untuk dinilai oleh guru.
Tidak hanya rasanya yang lezat, keladi tumbuk yang terbuat dari umbi talas ini kaya akan nutrisi. Termasuk bagi kamu yang ingin diet namun tetap ingin menyantap makanan yang mengandung karbohidrat bisa menjadikan talas sebagai alternatif karena kandungan gulanya yang rendah sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Selain rendah gula, keladi masih memiliki banyak manfaat lainnya lho terutama untuk kesehatan tubuh.
Masyarakat Papua sendiri biasa menyajikan keladi tumbuk sebagai menu tambahan pada acara-acara tertentu, seperti acara keluarga, perayaan agama, pesta adat dan lain sebagainya. Saat saya masih duduk di bangku sekolah, setiap ada praktik masak dan mengangkat tema makanan khas Papua, menu keladi tumbuk juga pasti ikut dihidangkan di atas meja untuk dinilai oleh guru.
Tidak hanya rasanya yang lezat, keladi tumbuk yang terbuat dari umbi talas ini kaya akan nutrisi. Termasuk bagi kamu yang ingin diet namun tetap ingin menyantap makanan yang mengandung karbohidrat bisa menjadikan talas sebagai alternatif karena kandungan gulanya yang rendah sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Selain rendah gula, keladi masih memiliki banyak manfaat lainnya lho terutama untuk kesehatan tubuh.
Manfaat Konsumsi Keladi untuk Kesehatan Tubuh
Keladi atau talas merupakan jenis umbi-umbian yang kaya akan nutrisi dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Adapun kandungan nutrisi lengkapnya seperti yang tertera pada situs alodokter.com, di dalam seporsi keladi (sekitar 150 gram) yang sudah dimasak, kita bisa mendapatkan:
- 150 – 200 kalori
- 5 – 7 gram serat
- Sekitar 4 gram protein
- 150 – 170 mg kalsium
- 450 – 600 mg kalium
- 30 – 50 mg magnesium
- 60 – 70 mg fosfor
Tidak hanya itu, tanaman yang bernama latin Colocasia esculenta ini mengandung banyak senyawa organik, mineral, serta berbagai vitamin A, C, E, vitamin B6, dan folat. Bahkan dalam keladi juga terdapat magnesium, zat besi, seng, fosfor, kalium, mangan, dan tembaga.
Kandungannya banyak sekali ya, maka wajar bila keladi masuk dalam kategori pangan yang sangat penting untuk memelihara kesehatan dan fungsi organ tubuh.
Untuk lebih jelasnya yuk simak manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dari mengonsumsi keladi ;
Menjaga kadar gula tetap normal
Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, tubuh kita membutuhkan asupan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan serat. Keladi memenuhi asupan tersebut. Apalagi dengan kandungan gulanya yang rendah membuat umbi yang mirip kentang ini aman untuk dikonsumsi, pun baik untuk penderita diabetes.Mencegah penyakit jantung dan Tekanan Darah Tinggi
Manfaat serat pada keladi tidak hanya untuk menjaga kadar gula darah tapi juga baik untuk memelihara kesehatan jantung karena kandungan serat, kalium, dan antioksidannya yang cukup tinggi.
Di dalam tubuh, serat yang kita dapat dari mengonsumsi keladi dapat berfungsi untuk memastikan agar kadar kolestrol tetap normal. Nah, jika terlalu banyak kolesterol pembuluh darah kita akan tersumbat, dan itu bisa menyebabkan aliran darah menuju organ tubuh tertentu jadi terhambat. Jika pembuluh darah ke jantung yang tersumbat, itulah yang memicu terjadinya penyakit jantung.
Selain itu, kalium di dalam keladi juga baik untuk mencegah tekanan darah tinggi. Seperti kita ketahui, tekanan darah tinggi berkaitan dengan penyakit jantung. Beruntungnya, menurut alodokter, sekitar 20% kebutuhan serat dan kalium harian orang dewasa bisa dipenuhi hanya dengan mengonsumsi seporsi keladi. Namun perlu diingat, selain dari tanaman ini, serat dan kalium juga perlu didapatkan dari buah, sayur, kacang-kacangan, serta biji-bijian.
Meningkatkan kekuatan tulang
Mengonsumsi keladi juga dapat membuat tulang kita lebih kuat. Hal ini karena kandungan kalsium yang terdapat pada keladi terbilang cukup tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan tumbuhan sejenisnya.
Misalkan kita bandingkan dengan singkong. Singkong hanya mengandung 15 mg kalsium dalam setiap 100 gramnya. Sedangkan pada porsi yang sama, keladi atau talas mengandung sekitar 150 mg kalsium.
Mengurangi risiko kanker
Paparan radikal bebas tidak hanya mengganggu berbagai fungsi organ tubuh, tapi juga memicu pertumbuhan sel kanker. Itulah sebabnya tubuh kita membutuhkan antioksidan agar dapat menangkal efek radikal bebas yang datang dari berbagai sumber, seperti metabolisme alami tubuh, polusi dari asap rokok atau kendaraan bermotor serta yang berasal dari sinar matahari.
Nah, keladi atau talas ini dipercaya dapat mengurangi risiko kanker karena mengandung antioksidan. Beberapa jenis antioksidan yang terdapat dalam keladi adalah polifenol, vitamin C, dan vitamin E.
Membantu menjaga berat badan
Karena kandungan karbohidrat dan serat yang terdapat di dalamnya sehingga akan butuh waktu lebih lambat untuk mencerna keladi. Efeknya jelas membuat kita bisa merasa kenyang lebih lama. Itulah sebabnya umbi ini dianggap memiliki manfaat dapat membantu menjaga berat badan. Namun jangan harap bisa mencapai berat badan ideal bila tidak diiringi dengan pola makan yang sehat serta olahraga yang rutin ya.Merawat kesehatan kulit dan rambut
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, keladi mengandung vitamin A, E dan B6. Ketiga vitamin ini dapat berfungsi untuk memperbaiki sel kulit. Bahkan antioksidan yang terkandung dalam keladi juga mampu untuk mencegah penuaan dini.
Fungsi dari vitamin B6 sendiri adalah memperbaiki jaringan, sehingga jika kita rutin mengonsumsinya maka bukan tidak mungkin kita akan mendapati kulit yang cerah bersinar tanpa noda hitam. Kulit kepala kering juga bisa teratasi karena kandungan vitamin E pada keladi dapat memberikan kelembapan
Memelihara kesehatan mata
Vitamin A ternyata tidak hanya terdapat pada wortel namun juga tanaman lainnya termasuk pada keladi. Artinya mengonsumsi keladi juga dapat membantu kita dalam memelihara kesehatan mata.
Selain itu, keladi mengandung antioksidan yang terdiri dari beta-carotene dan cryptoxanthin. Kandungan tersebut dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya katarak.
Itulah beberapa manfaat dari tanaman keladi untuk kesehatan tubuh kita. Namun pastikan sebelum mengonsumsinya, sudah harus dicuci hingga bersih dan dimasak hingga benar-benar matang ya, sebab tanaman ini mengandung oksalat yang dapat menimbulkan gatal atau bahkan bisa menyebabkan kita terkena infeksi atau keracunan.
Itulah sebabnya keladi tidak bisa dimakan langsung, harus diolah terlebih dahulu. Oya, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, mengonsumsi keladi itu baik tapi tetap harus dalam batas yang wajar.
Untuk itu menurut saya diversifikasi pangan perlu dilakukan, dimana keladi bisa dijadikan alternatif sumber karbohidrat pengganti nasi yang murah dan mudah didapatkan. Bahkan kita bisa menikmati keladi secara gratis lho karena tanaman ini termasuk pangan dari hutan.
Barangkali itulah sebabnya sagu dan umbi-umbian termasuk makanan pokok orang Papua, karena dari sononya masyarakat yang tinggal di bumi Cendrawasih sudah menjadikan hutan sebagai sumber pangan.
Akan tetapi kini makanan pokok orang Papua yang berupa sagu dan umbi-umbian perlahan mulai tergantikan ke beras yang notabene bukan makanan asli Papua. Bahkan di sebagian wilayah Papua, beras sudah menjadi makanan utama bukan hanya di perkotaan tetapi sudah masuk juga di pedalaman.
Miris ya, karena konsumsi beras terus meningkat sementara produksi petani setempat belum mencukupi. Akibatnya, ketergantungan suplai beras dari daerah lain semakin besar. Terutama di tanah kelahiran saya di Kepulauan Yapen yang memang sama sekali tidak ada sawah di sana, tapi mayoritas penduduknya malah lebih suka makan nasi daripada umbi-umbian.
Ya, mungkin orang-orang di luar sana mengira mereka yang tinggal di Papua makannya hanya sagu dan umbi-umbian saja. Tapi buktinya saya sudah tinggal lama di Papua, sejak lahir malah tapi makannya tetap nasi. Makan papeda atau keladi tumbuk pun hanya sesekali, pada acara-acara tertentu saja.
Padahal semestinya dan idealnya kalau tinggal di suatu daerah, kita yang harus ikut makanan pokok orang setempat. Dan kalau memang kondisinya di daerah tersebut tidak ada sawah, ya kenapa harus konsumsi beras. Papua punya hutan yang sangat luas, kekayaan pangan di dalamnya melimpah, kenapa bukan itu yang dimanfaatkan?
Baiklah, meningkatnya konsumsi beras di Papua sebenarnya bukanlah sesuatu yang salah. Apalagi beras memiliki kandungan kalori jauh lebih tinggi dibandingkan sagu ataupun umbi-umbian. Namun, fenomena ini akan menjadi masalah tatkala tidak disertai dengan penguatan pangan lokal. Bila hal ini sampai terjadi, ketahanan pangan tanah Papua menjadi genting. Bahkan, lingkaran kemiskinan akan terus berputar.
Ini yang dikhawatirkan, bila konsumsi beras di tingkat rumah tangga bertambah besar, sedangkan konsumsi pangan lokal cenderung menurun, akan bagaimana nasib ketahanan pangan Papua di masa mendatang?
Referensi :
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/manfaat-talas-bagi-kesehatan/amp/
https://www.alodokter.com/mari-ketahui-segudang-manfaat-talas-bagi-kesehatan
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2012/06/25/03315919/Beras.Mengalir.Sagu.dan.Ubi.Tersingkir
https://wri-indonesia.org/id/blog/3-fakta-tentang-papua-harapan-terakhir-bagi-hutan-indonesia
https://www.mongabay.co.id/2017/05/25/nikmatnya-masakan-dari-hutan-papua-ala-the-jungle-chef/amp/
Itulah sebabnya keladi tidak bisa dimakan langsung, harus diolah terlebih dahulu. Oya, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, mengonsumsi keladi itu baik tapi tetap harus dalam batas yang wajar.
Keladi, Pangan dari Hutan yang Merupakan Sumber Karbohidrat Murah
tanaman keladi atau talas yang kaya gizi merupakan pangan dari hutan (gambar : idntimes.com) |
Selama ini masyarakat Indonesia terbiasa makan dengan nasi. Bahkan banyak yang merasa seolah belum makan jika tanpa nasi. Padahal sumber karbohidrat yang dapat kita konsumsi bukan hanya berasal dari tanaman padi. Sagu dan jenis umbi-umbian seperti keladi ini juga merupakan sumber karbohidrat yang tidak hanya kaya akan gizi. Setidaknya harga keladi jauh lebih murah dibanding beras. Apalagi sebagian produk pertanian merupakan bahan pangan impor sehingga harganya relatif mahal.
Untuk itu menurut saya diversifikasi pangan perlu dilakukan, dimana keladi bisa dijadikan alternatif sumber karbohidrat pengganti nasi yang murah dan mudah didapatkan. Bahkan kita bisa menikmati keladi secara gratis lho karena tanaman ini termasuk pangan dari hutan.
Barangkali itulah sebabnya sagu dan umbi-umbian termasuk makanan pokok orang Papua, karena dari sononya masyarakat yang tinggal di bumi Cendrawasih sudah menjadikan hutan sebagai sumber pangan.
Akan tetapi kini makanan pokok orang Papua yang berupa sagu dan umbi-umbian perlahan mulai tergantikan ke beras yang notabene bukan makanan asli Papua. Bahkan di sebagian wilayah Papua, beras sudah menjadi makanan utama bukan hanya di perkotaan tetapi sudah masuk juga di pedalaman.
Miris ya, karena konsumsi beras terus meningkat sementara produksi petani setempat belum mencukupi. Akibatnya, ketergantungan suplai beras dari daerah lain semakin besar. Terutama di tanah kelahiran saya di Kepulauan Yapen yang memang sama sekali tidak ada sawah di sana, tapi mayoritas penduduknya malah lebih suka makan nasi daripada umbi-umbian.
Ya, mungkin orang-orang di luar sana mengira mereka yang tinggal di Papua makannya hanya sagu dan umbi-umbian saja. Tapi buktinya saya sudah tinggal lama di Papua, sejak lahir malah tapi makannya tetap nasi. Makan papeda atau keladi tumbuk pun hanya sesekali, pada acara-acara tertentu saja.
Padahal semestinya dan idealnya kalau tinggal di suatu daerah, kita yang harus ikut makanan pokok orang setempat. Dan kalau memang kondisinya di daerah tersebut tidak ada sawah, ya kenapa harus konsumsi beras. Papua punya hutan yang sangat luas, kekayaan pangan di dalamnya melimpah, kenapa bukan itu yang dimanfaatkan?
Baiklah, meningkatnya konsumsi beras di Papua sebenarnya bukanlah sesuatu yang salah. Apalagi beras memiliki kandungan kalori jauh lebih tinggi dibandingkan sagu ataupun umbi-umbian. Namun, fenomena ini akan menjadi masalah tatkala tidak disertai dengan penguatan pangan lokal. Bila hal ini sampai terjadi, ketahanan pangan tanah Papua menjadi genting. Bahkan, lingkaran kemiskinan akan terus berputar.
Ini yang dikhawatirkan, bila konsumsi beras di tingkat rumah tangga bertambah besar, sedangkan konsumsi pangan lokal cenderung menurun, akan bagaimana nasib ketahanan pangan Papua di masa mendatang?
Ayo Lestarikan Pangan dari Hutan Papua bersama WALHI
Penampakan hutan yang ada di Papua (gambar : cahayapapua.com) |
Keladi hanyalah salah satu pangan dari hutan Papua. Aslinya pangan dari wilayah yang terletak di ujung timur Indonesia ini melimpah ruah. Bahkan boleh dibilang hutan papua adalah sumber pangan terbesar di Indonesia. Bagaimana tidak? Hampir tujuh puluh persen wilayahnya masih tertutupi oleh hutan tropis.
Kekayaan alam yang sungguh sayang jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Apalagi sekarang ini makin banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Yang dengan seenaknya menganggu ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan dengan melakukan pembalakan liar, penebangan pohon dan melakukan pembukaan lahan secara besar-besaran. Bahkan kebakaran hutan kerap melanda negeri ini akibatnya banyak hutan yang terpaksa tutup.
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, maka Papua kini menjadi harapan terakhir bagi hutan Indonesia yang utuh. Sebagaimana kita ketahui Papua merupakan salah satu wilayah yang memiliki hutan dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Setidaknya ada 20.000 spesies tanaman, 602 jenis burung, 125 mamalia dan 223 reptil.
Hutan di Papua juga menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagaian masyarakat setempat. Selama ratusan tahun, hutan telah membantu masyarakat Papua dalam mendapatkan pasokan makanan, obat-obatan dan kebutuhan kebudayaan mereka. Jadi bisa dibayangkan bagaimana bila paru-paru dunia yang ada di Papua ini pun ikut terancam seperti hutan-hutan yang ada di Provinsi lainnya.
Tentu sebagai masyarakat Indonesia khususnya Papua, kita harus bergandengan tangan untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan. Jangan sampai kekayaan alam yang ada di hutan terengut oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab karena dampaknya akan sangat fatal.
Yah, meski tidak dimungkiri, semakin ke sini semakin berkurang masyarakat yang memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan sehingga makanan asli Papua nyaris hilang. Namun saya optimis selama masih ada sosok seperti Charles Toto dan orang-orang yang bergabung dalam komunitas The Jungle Community yang didirikannya kuliner asli Papua akan tetap terjaga kelestariannya.
Fyi buat kamu yang belum tahu, The Jungle Chef Community adalah komunitas tukang masak di Papua yang aktif mengampanyekan pemanfaatan bahan pangan lokal dan organik dari hutan. Selain melestarikan hutan, juga memperkenalkan keanekaragaman pangan lokal Papua.
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, maka Papua kini menjadi harapan terakhir bagi hutan Indonesia yang utuh. Sebagaimana kita ketahui Papua merupakan salah satu wilayah yang memiliki hutan dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Setidaknya ada 20.000 spesies tanaman, 602 jenis burung, 125 mamalia dan 223 reptil.
Hutan di Papua juga menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagaian masyarakat setempat. Selama ratusan tahun, hutan telah membantu masyarakat Papua dalam mendapatkan pasokan makanan, obat-obatan dan kebutuhan kebudayaan mereka. Jadi bisa dibayangkan bagaimana bila paru-paru dunia yang ada di Papua ini pun ikut terancam seperti hutan-hutan yang ada di Provinsi lainnya.
Tentu sebagai masyarakat Indonesia khususnya Papua, kita harus bergandengan tangan untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan. Jangan sampai kekayaan alam yang ada di hutan terengut oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab karena dampaknya akan sangat fatal.
Yah, meski tidak dimungkiri, semakin ke sini semakin berkurang masyarakat yang memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan sehingga makanan asli Papua nyaris hilang. Namun saya optimis selama masih ada sosok seperti Charles Toto dan orang-orang yang bergabung dalam komunitas The Jungle Community yang didirikannya kuliner asli Papua akan tetap terjaga kelestariannya.
Fyi buat kamu yang belum tahu, The Jungle Chef Community adalah komunitas tukang masak di Papua yang aktif mengampanyekan pemanfaatan bahan pangan lokal dan organik dari hutan. Selain melestarikan hutan, juga memperkenalkan keanekaragaman pangan lokal Papua.
Moto lelaki Papua yang dijuluki the jungle chef ini adalah hutan itu ibarat pasar bagi orang Papua dimana bisa mendapat bahan makanan tanpa mengeluarkan uang. Moto yang seharusnya juga bisa kita pegang ya. Atau paling tidak kita punya kesadaran untuk turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan.
Apalagi selain the jungle chef ada pula WALHI yang sudah lama concern terhadap lingkungan hidup. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sendiri merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, dengan jumlah anggota sebanyak 487 organisasi dari unsur organisasi non pemerintah dan organisasi pencinta alam, serta 203 anggota individu yang tersebar di 28 propinsi di Indonesia.
Apalagi selain the jungle chef ada pula WALHI yang sudah lama concern terhadap lingkungan hidup. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sendiri merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, dengan jumlah anggota sebanyak 487 organisasi dari unsur organisasi non pemerintah dan organisasi pencinta alam, serta 203 anggota individu yang tersebar di 28 propinsi di Indonesia.
Sejak tahun 1980 hingga saat ini, WALHI secara aktif mendorong upaya-upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. WALHI bekerja untuk terus mendorong terwujudnya pengakuan hak atas lingkungan hidup, dilindungi serta dipenuhinya hak asasi manusia sebagai bentuk tanggung jawab Negara atas pemenuhan sumber-sumber kehidupan rakyat.
So, ayo tunjukkan kepedulian kita dengan mendukung berbagai program dari organisasi non pemerintah yang fokus pada lingkungan hidup ini.
Referensi :
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/manfaat-talas-bagi-kesehatan/amp/
https://www.alodokter.com/mari-ketahui-segudang-manfaat-talas-bagi-kesehatan
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2012/06/25/03315919/Beras.Mengalir.Sagu.dan.Ubi.Tersingkir
https://wri-indonesia.org/id/blog/3-fakta-tentang-papua-harapan-terakhir-bagi-hutan-indonesia
https://www.mongabay.co.id/2017/05/25/nikmatnya-masakan-dari-hutan-papua-ala-the-jungle-chef/amp/
57 komentar untuk "Keladi Tumbuk, Makanan Khas dari Hutan Papua"
Saya baru sekali makan papeda, tahun 2011 saat ada tugas di Jayapura, pas pertama lihat bingung juga gimana cara menyendoknya, kan lengket gitu
Btw, betapa kayanya ya hutan kita, memberi kita makanan yang berkhasiat penuh 😊
Etapi beneran sih, di daerah ortu kami juga banyak kok yang konsumsi keladi, bahkan ditanam sendiri.
Karena sejak dulu terbiasa makan, jadi aman.
Bahan pangan seperti Keladi dan Sagu harus tetap dilestarikan ya demi ketahanan pangan.
Sehat buat tubuh..
Sungguh kaya sekali hasil hutan indonesia
Tingal rebus dan cocol gula atau kelapa parut wenak juga hehe
Sungguh bersyukur banget dengan hasil hutan Indonesia ya Mbaaaa
Banyak menu makanan yg menyehatkan dan bisa didapatkan dari hutan INDONESIA!
Padahal rata-rata orang Papua begitu mencintai alam dan hutan , karena kebanyakan sumber makanan mereka dari hutan kayak keladi ini :)
Selama ini biasanya cuma direbus doang saking nggak kreatidnya aku :D
Kemarin juga ada orang posting gule ulat, komennya ampuun pada. Hahhaha
Saat ini aku lg diet nasi putih mbak, jadi lg rajinnya cari2 alternatif biar ga bosen juga sama kentang dan jagung wkwkwk jadi baca artikel macem gini buat inspirasi juga. Karna jujur bsoen bgt mkn kentang wkwkkw
Salam
Esai Edukasi
aku baru tau kalau namanya keladi tumbuk
tapi yang terkenal papeda ya
apa karena gak terlalu diboomingkan ya keladi tumbuk ini
harusnya disajikan di masterchef aja ini
Tapi kenapa mereka tumbuh subur di wilayah Indonesia Timur saja yaa...?
Kalau di hutan Jawa, adakah?
byk manfaatnya ya tapi kra2 bbisa iolah jadi apa yang paling simple, ahha
Bikin sendiri sih, aku engga bisa...Hehe
Kalau keladi tumbuk saya belum pernah coba. Makanya penasaran rasanya seperti apa hehehe.
Nah kan,alam nusantara ini emang kaya bgt! Semua adaaa..
astagaaa dasar aku
baca tulisan mbak siska ini bikin aku sadaf manfaat keladi yg ternyata byk ya mbakkk
Ternyata keladi alias talas ini banyak manfaatnya juga buat kesehatan. Baru tau kalau di Papua ada makanan unik dari keladi tumbuk
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.