Cerita Kehamilan Kedua Trimester Ketiga
Cerita Kehamilan Kedua Trimester Ketiga. Alhamdulillaah wa syukurillaah saat menulis postingan ini trimester ketiga yang saya jalani telah berlalu dengan lancar. Artinya apa? Yup, adiknya Zhafran sudah brojol. Nggak nyangka juga brojolnya pas Harbolnas tanggal 12.12 kemarin. Hari kelahirannya maju sekira 9-11 hari dari HPL.
Oya, trimester ketiga yang saya jalani pada kehamilan kedua ini waktunya hampir sama dengan kehamilan pertama. Hanya sampai usia kehamilan 38 weeks. Si Kakak lahir saat usia kehamilan saya masuk 38 weeks 6 days sedangkan adiknya lahir saat usia kehamilan saya menginjak 38 weeks 5 days. Lebih cepat dari yang saya perkirakan. Proses kelahirannya juga tidak kalah cepat lho.
Sampai sekarang saya juga masih nggak nyangka kalau ingat pengalaman melahirkan adiknya Zhafran. Bayangkan, saya baru merasakan kontraksi persalinan yang mulai teratur sekira jam setengah 8 malam. Itu kontraksinya masih ringan namun tidak lama berselang semakin kuat dan intens. Jadi malam itu juga, sekira setengah 10 saya putuskan ke RS. Jam 10 tiba di RS, diperiksa ternyata sudah pembukaan 9. Kurang lebih sejam kemudian si adik lahir.
Maa syaa Allaah, secepat itu proses melahirkan anak kedua yang saya jalani. Benar-benar speechless dan terharu banget. Apalagi mengingat pemberdayaan saya semasa hamil sangat-sangat minim. Bahkan jauh lebih minim bila dibanding saat hamil Zhafran tahun lalu.
Waktu hamil Zhafran mah masih mending, ada persiapan fisik yang saya lakukan. Setidaknya saya masih rajin jalan pagi selama kurang lebih 30 menit sejak masuk usia kandung 36 weeks. Rajin pula sujud lama-lama. Lha pada kehamilan kedua ini? Saya nyantai banget. Jalan pagi cuma sesekali doang, itu juga nggak nyampe setengah jam. Melakukan sujud pun hanya ketika shalat saja.
Trus dengan pemberdayaan diri yang minus gitu ngarep bisa melahirkan dengan santuy, lancar dan nyaman? Rasanya mustahil, tapi buktinya?
Eh ini kok saya malah bahas persalinan adeknya Zhafran sih. Ok, soal itu skip dulu ya, sekarang waktunya saya sharing cerita kehamilan kedua yang saya jalani selama trimester akhir.
Kira-kira ada cerita apa saja di trimester ketiga pada kehamilan kedua saya? Yuk, simak :)
Kondisi Kehamilan Kedua Trimester Ketiga
Setiap trimester punya keluhannya masing-masing, begitupula dengan trimester ketiga. Beidewei, waktu hamil anak pertama keluhan yang sempat saya alami di trimester ini antara lain; kaki bengkak, begah, badan pegal-pegal, sering BAK dan diare.
Nah, pada trimester ketiga kehamilan kedua keluhan yang saya alami kurang lebih juga seperti itu. Hanya bedanya, kali ini saya sama sekali tidak mengalami kaki bengkak. Padahal waktu hamil anak pertama, kaki saya bengkak dari usia kehamilan 7-9 bulan lho.
Keluhan lain yang kerap dirasakan ibu hamil pada trimester tiga adalah badan pegal-pegal. Ini wajar, karena masuk usia 28 weeks ke atas perut bumil semakin buncit dan BB naik drastis. Bawa beban di perut itu nggak ringan, Gaes. Makanya jangan heran kalau ketemu bumil yang sering ngeluh badannya pegel-pegel even kerjaannya seharian cuma leyeh-leyeh di rumah.
Well, saya sering keluhin ini sama suami. Bukan maksudnya nggak bersyukur. Justru dari hamil anak pertama saya sudah tanamkan dalam pikiran bahwa setiap keluhan yang saya rasakan semasa hamil adalah sesuatu yang harus saya nikmati.
Kalau saya ngeluh ke suami, itu cuma cara saya ngasih kode biar dia peka. Seperti kalau saya ngeluh badan pegal-pegal itu artinya mau dipijit. Tapi kalau sudah ngeluh dan suami nggak respon yowes saya langsung tu de poin saja, hehe.
Kehamilan kedua pun tidak lepas dari begah. Kondisi dimana saya kerap merasakan sesak atau sulit bernapas setelah makan. Begah yang saya rasakan sudah muncul dari akhir trimester kedua dan berlanjut hingga awal trimester ketiga. Kemunculannya sama seperti saat hamil anak pertama, hanya saja kalau mau dibandingkan begah yang saya rasakan pada kehamilan kali ini tidak terlalu parah.
Keluhan selanjutnya adalah sering BAK. Keluhan ini termasuk wajar dialami bumil karena pada trimester akhir posisi janin umumnya sudah berada di bawah panggul dan memberi tekanan pada kandung kemih. Yah, meski frekuensi BAK meningkat pada trimester ketiga namun efeknya tidak bikin saya sampai harus bolak-balik kamar mandi setiap saat. Tidak sampai mengganggu tidur malam juga.
Keluhan yang juga kerap dialami ibu hamil pada trimester tiga adalah sulit tidur. Entah sulit tidurnya karena terganggu dengan keinginan BAK tengah malam atau tidak nyaman dengan posisi perut yang semakin gede. Syukurnya, baik pada kehamilan pertama maupun kedua saya selalu bisa tidur dengan nyenyak.
Pada trimester ketiga bumil juga sering dilanda gatal-gatal di area perut. Waktu hamil anak pertama saya tidak mengalami keluhan ini, baru pada kehamilan kedua. Itu pun ngerasain gatal-gatalnya menjelang lahiran aka usia kehamilan sudah masuk akhir trimester tiga.
Gatal-gatal yang dialami bumil termasuk wajar tapi penyebabnya bukan karena rambut bayi yang tumbuh ya. Kalau ada yang bilang penyebab gatal-gatalnya karena rambut bayi, ketahuilah itu cuma mitos. Faktanya penyebab gatal-gatal pada bumil karena adanya perubahan hormon yang terjadi di kulit.
Terakhir, keluhan yang saya rasakan, bahkan termasuk keluhan yang paling parah adalah diare. Saking parahnya diare ini jadi drama yang saya alami menjelang persalinan kedua.
Saya jadi ingat waktu hamil anak pertama ada juga drama tentang diare tapi nggak parah-parah amat. Setidaknya mules diare yang sempat saya sangka kontraksi persalinan dan menyerang di usia 35 weeks itu berlangsung hanya sehari.
Tapi drama diare kali ini benar-benar parah. Berlangsung selama 5 hari, dari 3 hari sebelum persalinan hingga 2 hari setelah persalinan. See! Sementara lagi merasakan kontraksi persalinan pun menjalani persalinan dan saya masih diserang diare, kamu bisa bayangin nggak kondisi saya kala itu?
Haha, nggak usah bayangin deh nanti kamu malah bayangin yang macem-macem lagi, wkwkw. Tapi kalau kamu penasaran gimana saya bisa melewati persalinan dengan kondisi sedang diare parah, kamu bisa tahu cerita selengkapnya di postingan saya terkait persalinan anak kedua. Postingannya menyusul ya (in syaa Allaah)
Periksa Kehamilan Kedua Trimester Ketiga
Seperti halnya kehamilan pertama, kehamilan kedua ini juga tidak lepas dari galau bin dilema yang muncul di trimester akhir. Bedanya, waktu hamil anak pertama, saya galau bin dilemanya karena HPL semakin dekat dan masih belum ada kepastian terkait proses persalinan yang akan saya tempuh. Entah sesar atau pervaginam.
Pengennya bisa melahirkan normal pervaginam, tapi kondisi mata saya kan minus tinggi. Dengan kondisi mata yang konon berisiko mengalami perobekan jika mengejan, apa mungkin saya bisa melahirkan secara pervaginam?
Mulanya saya pesimis, bahkan sudah berencana pengen melahirkan secara sesar saja but qadarullaah Allaah pertemukan saya dengan dokter obgyn yang optimis dan menyarankan saya ikhtiar normal. Alhamdulillaah saya akhirnya bisa melahirkan anak pertama secara pervaginam.
Karena sudah ada pengalaman sebelumnya sehingga pada kehamilan kedua ini saya nggak galau lagi dengan proses persalinan yang bakal saya jalani. Rencananya saya juga akan menjalani persalinan kedua secara pervaginam, cuma masalahnya proses persalinannya bakal saya lalui dimana?
Ini yang bikin galau bin dilema. Sampai memasuki pertengahan trimester akhir masih belum ada kepastian terkait rumah sakit yang bakal saya tempati untuk bersalin. Pengennya sih tetap di RSIA Ananda Makassar, rumah sakit yang sama dengan rumah sakit dimana saya menjalani persalinan pertama kali.
Masalahnya kalau bersalin di sana si Kakak nggak ada yang jagain. Makanya suami prefer saya melahirkan di RSIA yang ada di Parepare saja. Di Parepare banyak personil yang bisa jagain si Kakak tapi masalahnya lagi saya yang kurang sreg. Apalagi dengan kondisi mata saya yang minus. Belum tentu juga di Parepare saya bisa ketemu dokter pro normal kayak dokter Tiwi yang optimis saya bisa lahiran normal.
Sepulang dari periksa kehamilan di dokter Tiwi saat usia kehamilan saya telah menginjak 34 weeks barulah suami akhirnya mengalah dan mengikuti keinginan istrinya ini tapi dengan konsekuensi si Kakak akan dititipkan di rumah neneknya di Parepare. Sungguh itu konsekuensi yang sangat berat. Saya sampai bimbang dengan keputusan melahirkan di Makassar. Rasanya nggak kuat bila harus berpisah jauh dengan Zhafran. Eh tapi setelah dipikir-pikir, mau melahirkan di Parepare atau Makassar sama saja. Saya tetap akan berpisah dengan si Kakak menjelang persalinan. Hanya saja kalau melahirkan di Parepare, berpisahnya nggak jauh dan nggak bakal lama, paling cuma sehari atau dua hari.
Namun keputusan untuk melahirkan di Makassar sudah fix. Kami sudah mengantongi surat keterangan rawat inap dari dokter Tiwi. Rasanya rempong juga kalau mau berganti dokter obgyn dan cari tempat bersalin lain sementara HPL semakin dekat, jadi ya sudahlah. Saya terpaksa harus berpisah jauh dengan si Kakak menjelang persalinan dan cuma bisa berharap semoga berpisahnya nggak lama, nggak sampai lewat dari sepekan.
Oya di trimester ini saya cuma sekali check up kehamilan, yakni di usia kehamilan 34 weeks itu. Itu juga pas saya dan suami serta si Kakak ada kesempatan ke Makassar jadi sekaligus deh kami menyempatkan pula ke RSIA Ananda untuk periksa kondisi adiknya Zhafran dalem perut.
Fyi, periksa kehamilan kali itu saya tidak menggunakan BPJS ya. Pengennya sih bisa pake BPJS tapi ternyata kondisinya tahun ini nggak sama dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu saya masih bisa periksa kehamilan pake BPJS karena di faskes 1 saya belum ada aturat ketat terkait surat rujukan, dimana saya masih bisa request tempat rujukan sesuai keinginan. Sekarang, hanya dokter dari faskes 1 saya yang berhak menentukan tempat rujukan.
Kalau misalkan kita sendiri yang ingin minta dirujuk di RS tertentu, maka biaya berobat nantinya nggak bakal ditanggung BPJS. Kurang lebih seperti itu aturannya. That's why, waktu ingin periksa kehamilan dengan BPJS di trimester kedua kemarin, oleh dokter dari faskes 1 saya dirujuknya ke Bidan Praktik Mandiri (yang mungkin bekerja sama dengan faskes 1 tersebut) bukan ke RSIA Ananda seperti tahun lalu.
Kata dokter faskes 1 yang menangani saya saat itu, sebenarnya saya bisa dirujuk ke RS tapi harus ada indikasi. Nah, saya sempat jelaskan alasan saya pengen dirujuknya ke RSIA Ananda karena di sana ada dokter obgyn yang mendukung persalinan saya secara normal sekalipun dengan kondisi mata saya yang minus tinggi. Apalagi saya juga sudah punya pengalaman melahirkan secara pervaginam di sana.
Penjelasan saya tersebut ditanggapi si dokter dengan saran, saya bisa dirujuk ke RS yang dimaksud jika usia kehamilan sudah menginjak trimester akhir atau menjelang HPL. Itu pun setelah saya melakukan periksa mata terlebih dahulu di dokter specialis mata. Begitu saran si dokter yang menurut saya cukup ribet. Saya kan maunya dirujuk langsung ke dokter obgyn, tanpa harus periksa mata lagi kayak prosedur yang saya jalani tahun lalu.
Yowes, karena nggak mau ribet mending periksa kehamilan di trimester ketiga ini saya daftar sebagai pasien umum saja, nggak usah pake BPJS. Apalagi pas tahu ada perubahan jadwal juga untuk pasien yang ingin mendaftar menggunakan BPJS di RSIA Ananda.
Seingat saya, tahun lalu, semua dokter obgyn di RSIA Ananda termasuk dokter Tiwi punya jadwal khusus melayani pasien BPJS. Dokter Tiwi sendiri jadwal praktiknya untuk pasien BPJS tiap Kamis pagi. Itu tahun lalu lho, but now?
Umumnya jadwal khusus pasien yang mendaftar menggunakan BPJS terbuka hanya di pagi hari sementara jadwal dokter Tiwi sekarang ini hanya ada di malam hari. Artinya apa?
Yup, dokter Tiwi tidak lagi melayani pasien yang daftar menggunakan BPJS. Kalau mau periksa kehamilan dengan BPJS berarti saya harus pilih dokter obgyn yang jadwal praktinya di pagi hari. Jadi yah sebaiknya memang saya daftar sebagai pasien umum saja, toh tujuan saya baik periksa kehamilan maupun berencana menjalani persalinan di RSIA Ananda karena ingin tetap ditangani oleh dokter Tiwi Palma.
Nah, kalau kamu berencana periksa kehamilan tanpa BPJS atau sebagai pasien umum di RSIA Ananda, kamu bisa mendaftar lewat aplikasi My Ananda atau lewat telpon. Bisa juga sih daftarnya langsung di tempat, tapi kalau saran saya sih sebaiknya kamu daftar jauh-jauh hari atau booking tanggal beberapa hari sebelumnya agar cepat dapat nomor antrian. Dengan begitu kamu tidak perlu mengantri terlalu lama.
Saya sendiri sudah pernah mendaftar via aplikasi My Ananda. Caranya praktis banget. Cuma dengan beberapa langkah. Setelah melakukan registrasi kamu tinggal pilih dokter, booking tanggal maka akan keluar review pemesanan. Tapi tentu sebelumnya kamu harus unduh dulu aplikasi My Ananda. Unduhnya bisa lewat play store atau app store.
Eh tapi waktu periksa kehamilan yang ini saya daftarnya lewat telpon. Tadinya mau daftar lewat aplikasi tapi nggak bisa karena telat booking tanggal. Untuk daftar lewat aplikasi My Ananda kamu kudu booking tanggal minimal sehari sebelumnya. Waktu itu saya daftarnya pas hari H, otomatis tanggal yang ingin saya booking nggak bisa kepilih.
Jadi saya inisiatif sendiri daftar lewat telpon, ternyata masih bisa. Saya daftarnya Senin pagi (11/11/2019), ke RSIA Ananda menjelang maghrib dan diperiksa sekira jam 7 lewat. Lumayan, ngantrinya nggak terlalu lama.
Di dalam ruangan dokter Tiwi juga cuma beberapa menit doang. Masuk ruangan langsung di-USG. Hasil pemeriksaan, alhamdulillaah semuanya bagus. Posisi janin OK, kepala sudah di bawah. Tidak ada lilitan tali pusat, plasenta tidak menutup jalan lahir, denyut jantung janin normal. Berat janin juga normal, sudah 2,2 kg.
Karena sama sekali tidak ada masalah dengan kondisi kehamilan saya sehingga saat itu juga dokter Tiwi memberikan surat keterangan rawat inap untuk persalinan normal yang akan akan saya jalani. Surat tersebut nantinya tinggal ditunjukkan saja ke petugas administrasi Ananda beserta dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar rawat inap dengan menggunakan BPJS.
Selain itu, dokter Tiwi menyarankan saya untuk kembali kontrol dua pekan atau sebulan ke depan jika dalam rentang waktu itu belum ada tanda-tanda kontraksi persalinan. Qadarullaah belum sempat kontrol untuk kali kedua eh saya sudah keburu brojol duluan.
Oya hampir lupa, selain ada perubahan pada jadwal praktik dokter Obgyn, gedung khusus klinik obgyn dan biaya periksa kehamilan di RSIA yang terletak di jalan Andi Djemma ini juga mengalami perubahan.
Klinik Obgyn telah dipindahkan ke gedung baru RSIA Ananda. Letaknya persis di samping gedung lama. Sementara biaya periksa kehamilan sendiri bisa dibilang lumayan naiknya. Kalau tahun lalu masih sekira Rp200.000 (untuk biaya administrasi, konsultasi dan USG 2D).
Sekarang, seperti yang kamu lihat sendiri, sesuai rincian di atas. Menurut saya harga segitu masih lumayan terjangkau kok karena saya sempat baca pengalaman ibuk-ibuk blogger yang periksa kehamilan di RS lain, rata-rata biaya yang mereka keluarkan dalam satu kali periksa menghabiskan uanh sekira 500 ribu ke atas, bahkan yang tembus 1 jutaan juga ada, tapi itu sudah termasuk dengan obatnya juga sih.
Pengennya bisa melahirkan normal pervaginam, tapi kondisi mata saya kan minus tinggi. Dengan kondisi mata yang konon berisiko mengalami perobekan jika mengejan, apa mungkin saya bisa melahirkan secara pervaginam?
Mulanya saya pesimis, bahkan sudah berencana pengen melahirkan secara sesar saja but qadarullaah Allaah pertemukan saya dengan dokter obgyn yang optimis dan menyarankan saya ikhtiar normal. Alhamdulillaah saya akhirnya bisa melahirkan anak pertama secara pervaginam.
Karena sudah ada pengalaman sebelumnya sehingga pada kehamilan kedua ini saya nggak galau lagi dengan proses persalinan yang bakal saya jalani. Rencananya saya juga akan menjalani persalinan kedua secara pervaginam, cuma masalahnya proses persalinannya bakal saya lalui dimana?
Ini yang bikin galau bin dilema. Sampai memasuki pertengahan trimester akhir masih belum ada kepastian terkait rumah sakit yang bakal saya tempati untuk bersalin. Pengennya sih tetap di RSIA Ananda Makassar, rumah sakit yang sama dengan rumah sakit dimana saya menjalani persalinan pertama kali.
Masalahnya kalau bersalin di sana si Kakak nggak ada yang jagain. Makanya suami prefer saya melahirkan di RSIA yang ada di Parepare saja. Di Parepare banyak personil yang bisa jagain si Kakak tapi masalahnya lagi saya yang kurang sreg. Apalagi dengan kondisi mata saya yang minus. Belum tentu juga di Parepare saya bisa ketemu dokter pro normal kayak dokter Tiwi yang optimis saya bisa lahiran normal.
Sepulang dari periksa kehamilan di dokter Tiwi saat usia kehamilan saya telah menginjak 34 weeks barulah suami akhirnya mengalah dan mengikuti keinginan istrinya ini tapi dengan konsekuensi si Kakak akan dititipkan di rumah neneknya di Parepare. Sungguh itu konsekuensi yang sangat berat. Saya sampai bimbang dengan keputusan melahirkan di Makassar. Rasanya nggak kuat bila harus berpisah jauh dengan Zhafran. Eh tapi setelah dipikir-pikir, mau melahirkan di Parepare atau Makassar sama saja. Saya tetap akan berpisah dengan si Kakak menjelang persalinan. Hanya saja kalau melahirkan di Parepare, berpisahnya nggak jauh dan nggak bakal lama, paling cuma sehari atau dua hari.
Namun keputusan untuk melahirkan di Makassar sudah fix. Kami sudah mengantongi surat keterangan rawat inap dari dokter Tiwi. Rasanya rempong juga kalau mau berganti dokter obgyn dan cari tempat bersalin lain sementara HPL semakin dekat, jadi ya sudahlah. Saya terpaksa harus berpisah jauh dengan si Kakak menjelang persalinan dan cuma bisa berharap semoga berpisahnya nggak lama, nggak sampai lewat dari sepekan.
Oya di trimester ini saya cuma sekali check up kehamilan, yakni di usia kehamilan 34 weeks itu. Itu juga pas saya dan suami serta si Kakak ada kesempatan ke Makassar jadi sekaligus deh kami menyempatkan pula ke RSIA Ananda untuk periksa kondisi adiknya Zhafran dalem perut.
Fyi, periksa kehamilan kali itu saya tidak menggunakan BPJS ya. Pengennya sih bisa pake BPJS tapi ternyata kondisinya tahun ini nggak sama dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu saya masih bisa periksa kehamilan pake BPJS karena di faskes 1 saya belum ada aturat ketat terkait surat rujukan, dimana saya masih bisa request tempat rujukan sesuai keinginan. Sekarang, hanya dokter dari faskes 1 saya yang berhak menentukan tempat rujukan.
Kalau misalkan kita sendiri yang ingin minta dirujuk di RS tertentu, maka biaya berobat nantinya nggak bakal ditanggung BPJS. Kurang lebih seperti itu aturannya. That's why, waktu ingin periksa kehamilan dengan BPJS di trimester kedua kemarin, oleh dokter dari faskes 1 saya dirujuknya ke Bidan Praktik Mandiri (yang mungkin bekerja sama dengan faskes 1 tersebut) bukan ke RSIA Ananda seperti tahun lalu.
Kata dokter faskes 1 yang menangani saya saat itu, sebenarnya saya bisa dirujuk ke RS tapi harus ada indikasi. Nah, saya sempat jelaskan alasan saya pengen dirujuknya ke RSIA Ananda karena di sana ada dokter obgyn yang mendukung persalinan saya secara normal sekalipun dengan kondisi mata saya yang minus tinggi. Apalagi saya juga sudah punya pengalaman melahirkan secara pervaginam di sana.
Penjelasan saya tersebut ditanggapi si dokter dengan saran, saya bisa dirujuk ke RS yang dimaksud jika usia kehamilan sudah menginjak trimester akhir atau menjelang HPL. Itu pun setelah saya melakukan periksa mata terlebih dahulu di dokter specialis mata. Begitu saran si dokter yang menurut saya cukup ribet. Saya kan maunya dirujuk langsung ke dokter obgyn, tanpa harus periksa mata lagi kayak prosedur yang saya jalani tahun lalu.
Yowes, karena nggak mau ribet mending periksa kehamilan di trimester ketiga ini saya daftar sebagai pasien umum saja, nggak usah pake BPJS. Apalagi pas tahu ada perubahan jadwal juga untuk pasien yang ingin mendaftar menggunakan BPJS di RSIA Ananda.
Seingat saya, tahun lalu, semua dokter obgyn di RSIA Ananda termasuk dokter Tiwi punya jadwal khusus melayani pasien BPJS. Dokter Tiwi sendiri jadwal praktiknya untuk pasien BPJS tiap Kamis pagi. Itu tahun lalu lho, but now?
Umumnya jadwal khusus pasien yang mendaftar menggunakan BPJS terbuka hanya di pagi hari sementara jadwal dokter Tiwi sekarang ini hanya ada di malam hari. Artinya apa?
Yup, dokter Tiwi tidak lagi melayani pasien yang daftar menggunakan BPJS. Kalau mau periksa kehamilan dengan BPJS berarti saya harus pilih dokter obgyn yang jadwal praktinya di pagi hari. Jadi yah sebaiknya memang saya daftar sebagai pasien umum saja, toh tujuan saya baik periksa kehamilan maupun berencana menjalani persalinan di RSIA Ananda karena ingin tetap ditangani oleh dokter Tiwi Palma.
Nah, kalau kamu berencana periksa kehamilan tanpa BPJS atau sebagai pasien umum di RSIA Ananda, kamu bisa mendaftar lewat aplikasi My Ananda atau lewat telpon. Bisa juga sih daftarnya langsung di tempat, tapi kalau saran saya sih sebaiknya kamu daftar jauh-jauh hari atau booking tanggal beberapa hari sebelumnya agar cepat dapat nomor antrian. Dengan begitu kamu tidak perlu mengantri terlalu lama.
Saya sendiri sudah pernah mendaftar via aplikasi My Ananda. Caranya praktis banget. Cuma dengan beberapa langkah. Setelah melakukan registrasi kamu tinggal pilih dokter, booking tanggal maka akan keluar review pemesanan. Tapi tentu sebelumnya kamu harus unduh dulu aplikasi My Ananda. Unduhnya bisa lewat play store atau app store.
Eh tapi waktu periksa kehamilan yang ini saya daftarnya lewat telpon. Tadinya mau daftar lewat aplikasi tapi nggak bisa karena telat booking tanggal. Untuk daftar lewat aplikasi My Ananda kamu kudu booking tanggal minimal sehari sebelumnya. Waktu itu saya daftarnya pas hari H, otomatis tanggal yang ingin saya booking nggak bisa kepilih.
Jadi saya inisiatif sendiri daftar lewat telpon, ternyata masih bisa. Saya daftarnya Senin pagi (11/11/2019), ke RSIA Ananda menjelang maghrib dan diperiksa sekira jam 7 lewat. Lumayan, ngantrinya nggak terlalu lama.
Di dalam ruangan dokter Tiwi juga cuma beberapa menit doang. Masuk ruangan langsung di-USG. Hasil pemeriksaan, alhamdulillaah semuanya bagus. Posisi janin OK, kepala sudah di bawah. Tidak ada lilitan tali pusat, plasenta tidak menutup jalan lahir, denyut jantung janin normal. Berat janin juga normal, sudah 2,2 kg.
USG di usia kehamilan 34 weeks 2 days |
Selain itu, dokter Tiwi menyarankan saya untuk kembali kontrol dua pekan atau sebulan ke depan jika dalam rentang waktu itu belum ada tanda-tanda kontraksi persalinan. Qadarullaah belum sempat kontrol untuk kali kedua eh saya sudah keburu brojol duluan.
Oya hampir lupa, selain ada perubahan pada jadwal praktik dokter Obgyn, gedung khusus klinik obgyn dan biaya periksa kehamilan di RSIA yang terletak di jalan Andi Djemma ini juga mengalami perubahan.
Klinik Obgyn telah dipindahkan ke gedung baru RSIA Ananda. Letaknya persis di samping gedung lama. Sementara biaya periksa kehamilan sendiri bisa dibilang lumayan naiknya. Kalau tahun lalu masih sekira Rp200.000 (untuk biaya administrasi, konsultasi dan USG 2D).
Rincian biaya periksa kehamilan di Klinik Obgyn RSIA Ananda Makassar. Total sekali periksa Rp325.000,- |
Persiapan Menjelang Persalinan
Honestly, kehamilan kali ini saya jalani dengan santuy banget. Saking santuynya, menginjak penghujung trimester ketiga saya masih belum melakukan banyak persiapan. Beli perlengkapan baby dan memasukkan barang-barang yang perlu dibawa ke RS (hospital bag) saja baru saya lakukan saat usia kehamilan sudah menginjak 37 weeks. Syukurnya saya nggak melahirkan di usia kehamilan segitu, hehe.
Mengenai persiapan lainnya, terutama persiapan fisik, duh jangan ditanya. Minim banget eh bukan minim lagi tapi minus. Mengingat sepanjang kehamilan kedua ini saya nyaris tidak pernah olahraga, baik itu dalam bentuk senam hamil maupun yoga. Latihan hypnobirthing dan nafas juga nggak. Jalan pagi pun nggak rutin, hanya sesekali doang. Dengan persiapan fisik yang minus gitu, saya sempat pesimis bisa melahirkan dengan lancar.
Tapi buktinya?
Bahkan dari hamil anak pertama saya juga jarang olahraga, nggak pernah ikut kelas khusus bumil seperti senam hamil, pranatal yoga maupun hypnobirthing, gymball pun nggak punya tapi alhamdulillaah bisa melahirkan normal dengan lancar tanpa perlu diinduksi, dan hanya mendapat sedikit jahitan. Melahirkan anak kedua ini jauh lebih lancar lagi. Nggak sampai sejam di ruang bersalin, si adik langsung brojol, tanpa jahitan pula.
Padahal kalau saya baca pengalaman ibuk-ibuk blogger lain di blognya, banyak dari mereka yang melakukan pemberdayaan semaksimal mungkin; rajin olahraga, sampai ikut berbagai macam kelas khusus bumil namun
persalinannya tidak lepas dari kendala. Entah itu karena pembukaan macet, pecah ketuban dini, posisi janin sunsang dan lain sebagainya.
Maaf saya menyinggung hal ini bukan bermaksud membandingkan apalagi sampai merasa ujub karena sudah dua kali menghadapi persalinan dengan lancar tanpa hambatan. Bukan bermaksud pula menyimpulkan bahwa persiapan fisik itu tidak penting.
Tapi mungkin ada yang penasaran, kenapa saya bisa melahirkan lancar padahal minim bahkan minus persiapan fisik? Apa rahasianya?
Nah, kalau ada yang bertanya seperti itu maka saya cuma bisa menjawab "Maa Syaa Allaah". Yup, semua terjadi "Atas kehendak Allaah". Harus diakui persalinan yang seorang ibu jalani tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Pertanyaan terkait kapan, dimana dan bagaimana proses persalinan yang akan kita jalani, bukankah semua itu telah diatur Allaah. Tugas kita hanya mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Meski persiapan fisik saya minim pun minus bukan berarti saya tidak ada persiapan sama sekali menjelang persalinan. Untuk urusan olahraga memang dari sononya saya nggak suka tapi persiapan untuk melahirkan bukan hanya tentang olahraga saja, kan?
Toh, selama hamil saya banyak melakukan aktivitas fisik yang meski itu bukan dalam bentuk olahraga tapi lumayan menguras tenaga. Selain itu saya juga rajin mengonsumsi makan-makanan bergizi, minum susu dan suplemen kehamilan meski kadang-kadang masih makan mie instan juga. Upst.
Lagipula yang perlu dipersiapkan menjelang persalinan bukan cuma persiapan fisik saja. Soal persiapan menjelang persalinan ini sebenarnya sudah saya singgung panjang lebar pada postingan terkait cerita trimester ketiga yang saya jalani pada kehamilan pertama tapi nggak papa ya saya singgung lagi di sini.
Yup, persiapan yang tak kalah penting menjelang due date adalah mental. Setidaknya ibu hamil yang tinggal menunggu waktu lahiran harus punya mental yang kuat. Jangan lemah, jangan mudah percaya mitos dan jangan sampai dipengaruhi dengan omongan-omongan negatif terkait persalinan.
Melahirkan memang sakit. Tapi percayalah rasa sakit itu bisa diatasi dengan pikiran yang positif. Oleh sebab itu penting banget bagi bumil untuk menanamkan dalam dirinya pikiran-pikiran yang positif
"Bayiku kuat, persalinanku lancar, aku bisa melahirkan dengan aman, nyaman dan minim trauma. Aku bahagia menjalani persalinanku, persalinanku bukanlah proses yang menyakitkan, aku mampu melahirkan dengan rileks dan tanpa rasa takut"
Memberikan affirmasi positif ke debay juga penting, karena meski masih dalam kandungan janin sudah bisa mendengar dan merespon apa -apa yang kita ucapkan, sekalipun itu hanya terucap dalam hati.
Selain persiapan fisik dan mental, biaya yang akan dikeluarkan untuk proses persalinan termasuk hal yang tidak boleh luput dari perhatian. So, untuk persalinan kedua ini saya dan suami masih mengandalkan BPJS. Ya kali, ngapain tiap bulan gaji suami dipotong untuk bayar iuran BPJS trus nggak dimanfaatin. Apalagi biaya persalinan sekarang ini kalau nggak di-cover BPJS nggak murah, kan?
Oke sekian dulu sharing cerita kehamilan kedua yang saya jalani pada trimester ketiga. Sampai ketemu di cerita persalinan adiknya Zhafran atau kalau kamu tertarik pengen baca cerita kehamilan baik pada kehamilan pertama maupun kedua boleh banget. Silakan intip saja langsung di label pregnancy.
Salam,
57 komentar untuk "Cerita Kehamilan Kedua Trimester Ketiga"
Kekuatan pikiran itu memang sesuatuuuu ya mba. Ikut senang dengan kelahiran anak keduanya yaaa mba. Sehat sehatttt
Kehamilan enggak cuma membawa bahagia y mb tp drama
Sepakett wkk
Saya pun dulu BAK mulu hadeuh
Tp alhamdulillah y mb finally lahirrr
Smoga jd anak kebanggaan mm pp aamiin ya Allah
Selamat ya mbak Siska atas lahirnya anak ke-2. Tulisannya benar-benar detail. Seneng aja baca nama dokternya sama seperti aku, Tiwi :)
MasyaAllah TabarokAllah, semoga dimampukan untuk jadi ibunda yg baik dan shalihaat ya Mbaa
Dulu ku sampe abis luka2 kulitku karena saking gatelnya di garuk
Berpikiran tenang dna positif memang penting banget. Saya pun waktu hamil dulu juga gitu. Pokoknya sebisa mungkin jauh0jauh deh dari pikiran negatif
Selamat atas kelahiran anaknya yang ke dua. Sehat selalu ya mom
Inget kondisi diri.
Persiapan dana jd cukup besar ya utk kehamilan.
Sehat selalu kak
Lancar hingga proses persalinan
Tapi Allah pasti akan memberikan kemudahan seperti ceritamu.
Saya yg masuh single berasa ngeri2 sedaapp dan nikmattt ya mbaakk
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.