Cerita Kehamilan Kedua Trimester Pertama
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Cerita Kehamilan Kedua Trimester Pertama. Paska melahirkan saya memutuskan untuk tidak KB menggunakan alat kontrasepsi. Sebenarnya keputusan ini bukan baru saya ambil setelah melahirkan, toh, saya memang tidak pernah ada niatan mau KB dengan alat apapun. Baik itu dengan minum pil, suntik, implan maupun pasang IUD atau spiral.
Namun bukan berarti karena tidak menggunakan alat kontrasepsi saya dan suami tidak menjalani KB sama sekali. Kami tetap KB kok, dengan cara alami tapinya, tanpa perlu mengonsumsi obat atau menggunakan alat yang dapat membawa pengaruh hormon.
Setidaknya ada tiga metode KB alami yang dapat kami terapkan, yakni, metode kalender atau metode 'azl (mengeluarkan sperma di luar) dan metode barier/kondom dimana ketiganya dapat dikombinasikan
Tapi dari ketiga metode KB alami tersebut saya dan suami hanya menggunakan metode 'azl dan memperhatikan masa subur. Untuk metode barier malah tidak pernah sama sekali karena nggak tahu mau beli kondom dimana, dan malu bertanya, haha.
Oya, sebenarnya selain ketiga metode tersebut, masih ada satu lagi metode KB alami yang cukup efektif, yakni dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi sebelum berusia 6 bulan. Tapi metode ini ada syaratnya, yaitu ;
- Memberikan ASI secara eksklusif
- Si Ibu yang menyusui belum pernah haid
- Hanya berlaku 6 bulan atau sebelum si kecil masuk masa MPASI
Tadinya saya berharap bisa mengandalkan metode alami yang satu ini, paling tidak selama enam bulan saya bisa fokus menyusui Zhafran secara eksklusif tanpa khawatir bakal segera hamil lagi. Eh si kecil baru juga empat bulan saya sudah kedatangan tamu bulanan. Alhasil saya gagal dong menjalankan metode KB alami dengan cara menyusui eksklusif.
Baca juga Pengalaman Enam Bulan Menyusui Zhafran
Nyatanya KB alami dengan metode 'azl dan kalender yang saya dan suami jalankan juga gagal, wkwk. Kegagalan itu terjadi di bulan ketiga setelah saya kembali haid pasca melahirkan atau tepatnya saat Zhafran baru usia 7 bulan. Waktu itu saya sudah yakin sih, kemungkinan besar bakal tinggal eh ternyata benar. Di bulan berikutnya saya nggak haid lagi.
Saat Tahu Hamil Lagi
gambar : lifestyle.okezone.com |
Sama seperti kehamilan pertama, ekspresi saya saat tahu hamil lagi, kaget, tidak percaya, tapi nggak terlalu terkejut juga. Pasalnya kan saya sudah curiga duluan kemungkinan besar 'ini' bakal tinggal. Kalau reaksi suami yah begitu, sama juga seperti kehamilan saya yang pertama, biasa-biasa saja. Tidak heboh kayak istrinya ini, hehe.
Malah suami menyarankan kalau bulan ini saya telat atau nggak haid berarti sudah jelas tinggal jadi nggak perlu pake acara test pack segala. Karena sarannya itu pula waktu beli alat dan melakukan test pack sendiri saya nggak bilang-bilang ke dia. Baru bilangnya pas kami ketemu setelah sekian hari menjalani LDM. Itu juga pas nawarin mau nunjukin hasil test pack kedua saya yang menunjukkan dua strip merah, dia bilang nggak usah. Uhft gemesin deh punya suami kayak gini, haha.
Untuk urusan test pack sendiri, karena sudah pengalaman jadi nggak terlalu banyak drama seperti sebelumnya. Kalau dulu kan, untuk test pack saja saya heboh banget sampai minta pendapat suami berkali-kali😅
Sayang kayaknya saya telat deh? Saya test pack ya?
Jangan dulu, biar sekaligus test setelah sepekan telatnya
Tapi kayaknya ini gejalanya beda. Kayaknya saya beneran hamil deh. Saya test pack saja yah?
Oke, terserah sayang tapi jangan kecewa dengan apapun hasilnya ya.
Siap. Tapi beneran nih saya boleh test pack?
Iya, silakan.
Eh tapi kayaknya saya yang belum siap deh. Nanti kejadiannya kayak yang pertama lagi, sudah sangka hamil sekalinya TP malah hasilnya negatif.
Ya sudah kalau nggak siap. Biar nanti saja.
Tapi saya penasaran dengan hasil TPnya
Kalau gitu TP saja langsung pas bangun besok .
Ok
*keesokkan harinya
Sayang, saya nggak jadi test pack hari ini
Lho kenapa?
Si M keburu datang hiks *pasang emot mewek
*gubrag
Begitulah kurang lebih drama test pack yang saya lakoni waktu masih masa penantian. Minta persetujuan berulang-ulang walau ujung-ujungnya nggak jadi juga gegara si tamu bulanan keburu datang. Untung suami saya cukup sabar menghadapi istrinya yang rada plin plan ini, wkwk.
Kali ini saya cukup sekali dua kali minta pendapat suami, test pack nggak? Dia bilang nggak usah. Ok saya tetap bakal test pack agar lebih meyakinkan even saya sudah curiga tengah berbadan dua. Duh, dasar istri nggak patuh nih. Upst.!
Yap, daripada mati penasaran, mending saya tetap test pack dengan atau tanpa persetujuan suami. Apalagi di malam sebelum test pack saya sempat mimpi. Dalam mimpi tersebut saya tampak sedih bahkan menangis karena mendapati hasil test pack saya menunjukkan tanda negatif. See! Saking excitednya saya mau test pack sampai kebawa mimpi gitu, hahah.
Untung hanya mimpi, karena keesokkan harinya ketika terbangun saya langsung test pack dan hasilnya, maa syaa Allaah, ada benih kehidupan baru yang kembali tumbuh di rahim saya. Benih yang kehadirannya tentu saja harus saya syukuri.
Bukankah setelah menikah saya harus menanti tujuh bulan dulu sebelum akhirnya dipercaya oleh Allah untuk menjalani masa kehamilan. Penantian yang kemudian berlanjut menjadi sembilan bulan sebelum akhirnya saya bisa bertemu dan mendekap erat sang buah hati yang telah lama saya nantikan. Sedangkan untuk kehamilan kedua ini, Allah langsung kasih bahkan sebelum saya meminta pun menantinya dengan doa dan ikhtiar yang panjang.
Baca juga Reminder di Tujuh Bulan Pernikahan
Sayang, reaksi yang saya dapatkan dari orang-orang sekitar adalah ekspresi yang seolah menyayangkan. Kehamilan kedua saya ini malah dianggap sebagai kesalahan saya dan suami.
Siapa suruh nggak KB?
Makanya, dibilang KB nggak mau, itu akibatnya.
Kasihan Zhafran masih kecil, belum setahun sudah mau punya adek lagi?
That's why, tadinya saya sempat berencana menyembunyikan kehamilan ini, terutama dari keluarga. Cukuplah saya dan suami saja yang tahu. Tapi yah mau disembunyikan bagaimana pun bakal ketahuan juga apalagi kalau perut saya sudah mulai tampak buncitnya.
Alih-alih menyembunyikan, saya memilih mengumumkan kehamilan kedua saya di medsos. Terlepas dari apapun komentar orang-orang. Toh, saya dan suami bahagia menyambut calon adiknya Zhafran ke dunia, lantas kenapa kehamilan kedua saya dianggap sebagai suatu kesalahan?
Baca juga Kehamilan Kedua
Kondisi Kehamilan Kedua di Trimester Pertama
Awal kehamilan kedua sudah saya mulai dihitung sejak HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) yang jatuh di bulan Maret lalu atau tepatnya saat usia Zhafran baru menginjak 7 bulan. Sayangnya saya kurang tahu persis HPHT saya jatuh tanggal berapa.
Sejak mulai haid kembali setelah melahirkan saya memang tidak lagi memperhatikan siklusnya. Kalau masa subur masih saya perhatikan sih. Itupun bisa dengan mudah saya tahu dengan mengecek lendir serviks setelah haid (makanya waktu gagal menjalankan KB alami itu saya yakin bakal tinggal karena pas lagi masa subur).
Waktu pertama kali tahu hamil Zhafran dulu saya dengan mudah bisa tahu HPHT saya jatuh tanggal berapa karena dibantu dengan aplikasi kalenderku. Masalahnya aplikasi tersebut sudah lama saya uninstall gegara memori hp penuh. Untung saja saya masih ingat dengan HTHT (hari terakhir haid terakhir) yang jatuh tanggal 23 Maret.
Itu juga saya ingatnya karena pas hari terakhir haid saya di bulan Maret lalu, saya sempat jalan-jalan sama suami, si kecil dan keponakan Al ke Mall Panakukang, sekaligus cari bukunya mbak Muyass yang berjudul Agar Suami Tak Mendua di Gramedia MP.
Nah, berhubung lama haidnya saya biasa hanya sepekan jadi kemungkinan besar HPHT saya tanggal 16 Maret 2017. Sementara saya baru melakukan test pack tanggal 23 April, itu artinya saya baru benar-benar menyadari hamil setelah usia kandungan ini menginjak sekira sebulan lewat 7 hari.
Eniwei, awal kehamilan kedua saya ini kurang lebih sama dengan kehamilan pertama. Nggak ada tanda-tanda hamil seperti mengalami morning sickness, penciuman jadi lebih sensitif, dsb. Paling tandanya cuma karena telat haid, mengingat selama ini saya memang nggak ada riwayat telat.
Hanya saja bedanya kalau di kehamilan pertama setelah tahu hamil, kondisi saya makin lama makin buruk. Mulai dari mual muntah nyaris tiap hari di sepanjang trimester satu tanpa mengenal waktu, apalagi setelah sikat gigi, hingga nafsu makan berkurang sama sekali. Makan masakan sendiri saja rasanya eneg banget.
Sedang di kehamilan kedua ini, mulanya memang nafsu makan saya sempat berkurang. Selain itu saya jadi mudah lemes mungkin karena kondisi yang sementara hamil dan masih menyusui si Kakak. Namun alhamdulillah semakin hari kondisi saya semakin membaik, malah tidak seperti orang hamil yang biasa ngidam aneh-aneh. Ini malah ayahnya yang kelihatan ngidam, haha. Mual muntah pun jarang sekali.
Yang jelas kehamilan saya kali ini tidak separah saat hamil Zhafran di trimester pertama. Bahkan saya masih sanggup menjalani puasa dalam kondisi hamil dan menyusui even hanya 14 hari. Pengennya sih bisa tetap full puasa 30 hari seperti waktu kehamilan pertama. Namun karena pertimbangan usia kehamilan saya yang saat itu masih terlalu muda, baru masuk dua bulan pas bulan puasa kemarin, ditambah masih menyusui Zhafran sehingga saya tidak ingin memaksakan diri untuk full puasa
Lagipula Allah juga sudah memberi rukhsah (keringanan) bagi bumil dan busui, yakni bebas dari kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan bisa menggantinya dengan qodha' atau fidyah di kemudian hari.
Beda halnya dengan kehamilan pertama. Usia kehamilan saya sudah menginjak awal trimester tiga waktu masuk bulan Ramadhan tahun lalu. Saya juga sedang tidak menyusui jadi merasa sanggup saja untuk puasa sebulan penuh, termasuk tetap berpuasa meski ada dua hari dimana saya tidak makan sahur karena telat bangun.
Intinya, di trimester pertama kehamilan kedua ini saya minim akan keluhan. Satu-satunya keluhan yang muncul hanya ketika saya mendadak pusing, tubuh mendingin lalu pandangan seketika kabur seperti orang kurang darah. Keluhan ini sempat terjadi dua-tiga kali selama trimester ini. Padahal HB dan tekanan darah saya normal. Selain keluhan tersebut, nggak ada keluhan lain.
Oiya hampir lupa ding, masih ada keluhan lain tapi datangnya bukan dari saya melainkan dari si Kakak. Entah ini mitos atau tidak, jelasnya saat tahu hamil kondisi Zhafran yang malah mengalami perubahan drastis. Mulai dari sakit selama sepekan hingga menjadi lebih rewel terutama di malam hari. Kata orang-orang sih wajar bila si Kakak menjadi lebih rewel ketika ibunya hamil, begitu memang bawaan kalau punya adik. Apakah benar selalu seperti itu?
Periksa Kehamilan Kedua di Trimester Awal
Belajar dari pengalaman kehamilan pertama, di kehamilan kedua saya tidak lagi terburu-buru untuk segera periksa kehamilan ke dokter obgyn. Dibanding periksa kehamilan ke dokter, saya lebih memilih memastikan kehamilan kedua saya ini di bidan puskesmas.
Kenapa? Ya, kalau periksanya ke dokter obgyn pastinya langsung di-USG. Sementara kalau saya datang periksa saat usia kehamilan baru jalan dua bulan paling saat di-USG juga yang nampak baru kantung janinnya. Mana kalau periksa ke dokter obgyn kudu bayar, sementara kalau periksa ke bidan puskesmas gratisss, kan ada BPJS, hehe.
FYI, saat hamil trimester awal ini posisi saya lagi di Parepare tepatnya di rumah mama mertua, jauh dari faskes 1 saya yang lokasinya ada di Makassar. Walau demikian saya tetap bisa mendapatkan layanan BPJS di puskesmas tempat saya periksa kehamilan tapi layanannya hanya berlaku 3 kali. Oleh petugasnya saya disarankan untuk segera pindah faskes 1 ke puskesmas tersebut.
Oke, untuk urusan pindah faskes 1 ini memang gampang banget. Saya tidak perlu rempong-rempong ke kantor BPJS, cukup melakukan pindah faskes 1 sendiri secara online lewat aplikasi Mobile JKN. Tapi karena rencana tempat persalinan kedua saya masih abu-abu alias belum tentu di Parepare jadi tidak segera saya pindahkan.
Baca juga Cara Gampang Pindah Faskes 1 BPJS dengan Aplikasi Mobile JKN
Baca juga Cara Gampang Pindah Faskes 1 BPJS dengan Aplikasi Mobile JKN
Apalagi kenyataannya selama trimester pertama ini saya juga cuma dua kali pergi periksa di Puskesmas tersebut. Pertama di bulan Mei saat usia kehamilan saya baru masuk 8-9 weeks dan kedua di bulan Juni saat usia kehamilan saya sudah menginjak 14-15 weeks.
Mengenai pemeriksaan yang didapatkan ibu hamil di Puskesmas ini sudah pernah saya jelaskan di cerita kehamilan pertama saat trimester dua. Yup, berbanding terbalik dengan kehamilan kedua, pada kehamilan pertama saya malah baru periksa di puskesmas saat usia kehamilan sudah menginjak trimester dua.
hasil pemeriksaan kehamilan kedua trimester pertama |
Tapi prosedur pemeriksaan yang saya dapatkan tetap sama ya. Kalau pertama kali periksa di puskesmas, mau usia kehamilan baru trimester awal atau sudah menginjak trimester dua pasti harus cek laboratorium dulu. Dan sepertinya di semua puskesmas prosedur pemeriksaannya seperti itu karena patokannya ada pada buku KIA.
Hanya saja kalau boleh jujur, saya lebih sreg dengan pelayanan yang saya dapatkan di puskemas Parepare ini ketimbang puskesmas yang saya datangi di Barru. Why, karena petugasnya ramah banget dan tidak terburu-buru melayani. Bahkan sampai poin-poin periksa kehamilan yang ada pada buku KIA semua dijelaskan ulang ke saya
Jadi waktu pertama kali datang periksa di salah satu Puskesmas yang ada di kota Parepare ini, selain timbang BB dan cek tekanan darah saya juga mendapatkan tes laboratorium yang meliputi tes golongan darah, tes hemaglobin (hb), tes urine dan tes darah lainnya seperti HIV dan Sifilis. Alhamdulillaah hasilnya semua bagus. HB saya juga normal.
Tes laboratorium ini cuma dilakukan sekali ya, saat kita pertama kali periksa kehamilan di Puskesmas. So pas datang kedua kalinya saya nggak perlu lagi tes labarotorium, tinggal dicek kondisi janin saja di dalam lewat pemeriksaan perut yang dilakukan oleh bidan. Selain itu pada pemeriksaan kedua ini saya juga sempat mendapatkan suntik TT3, berhubung status TT terakhir saya waktu hamil pertama sudah masuk TT2.
Baca juga Cerita Kehamilan Pertama Trimester Kedua
Oya, sebenarnya saya masih dapat satu kali lagi kesempatan periksa kehamilan secara gratiss di Puskesmas yang bukan merupakan faskes 1 saya itu, tapi sayangnya saya nggak bisa datang periksa ketiga kalinya karena waktu bulan Juli itu saya sudah pindah dari rumah mama mertua di Parepare ke kontrakan di Barru. Yap, saya dan suami memutuskan kembali ngontrak di pondok yang pernah kami tinggali sebelum Zhafran lahir.
Oke, sekian dulu cerita kehamilan saya kali ini. Sampai jumpa di cerita kehamilan kedua trimester dua ^^
Salam,
@siskadwyta
13 komentar untuk "Cerita Kehamilan Kedua Trimester Pertama"
Sehat selalu buat kakak zhafran jangan rewel lagi ya menyambut sang adik
Semoga ALLAH mempermudah perjalanan kehamilan hingga persalinan ya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Makasih sharenya mba, manfaat nih, sehat selalu ya
Bedanya aku hamil lagi pas anak pertama usia 10 bulan.
Tapi sekarang mah uda gede-gede anaknya yg 1 3th yg 1 1,5th.
Mantaaap pokoknya, semangaaaat :)
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.