Memaknai Cinta Sejati dari Kisah Cinta Habibie Ainun
Bismillaahirrahmaanirahiim
Memaknai Cinta Sejati dari Kisah Cinta Habibie Ainun. Berbicara tentang jodoh, siapa yang bisa menebak? Dulu saya menganggap jodoh itu cuma satu. Dan sama seperti anggapan orang-orang pada umumnya, jodoh itu ya sosok yang menggenapi hidup kita, pasangan yang menghalalkan kita dalam ikatan pernikahan.
Sederhananya, meskipun telah menjalin hubungan kasih tak halal bersama seseorang selama bertahun-tahun, tapi kalau orang itu bukan sosok yang bersanding bersama kita di pelaminan, berarti dia bukan jodoh. Sebaliknya, tidak pernah menjalin hubungan sama sekali, ketemu pun baru sekali dua kali, nyatanya bisa bersanding di pelaminan yang sama, itulah jodoh.
Sesederhana itu konsep jodoh yang ada dalam pikiran saya dulu. Namun setelah memikirkan lebih jauh tentang jodoh, saya jadi bertanya-tanya. Kalau memang jodoh cuma satu lalu bagaimana dengan para lelaki yang menikah satu, dua hingga empat kali? Atau bagaimana dengan mereka yang memutuskan bercerai lalu menikah lagi dengan pasangan yang lain?
Lantas bagaimana pula dengan seorang suami atau istri yang ditinggal mati pasangannya kemudian memutuskan untuk menikah lagi? Kira-kira mana yang menjadi jodohnya kelak di akhirat? Pasangannya yang telah wafat lebih dulu atau pasangannya yang baru?
Ah, bicara tentang jodoh memang penuh misteri dan begitu pelik. Tapi saya tertarik sekali membahas soal ini. Apalagi saat mendengar kabar wafatnya Habibie, pikiran saya langsung melayang pada Ainun. Banyak yang bersedih, banyak yang berduka, banyak yang merasa sangat kehilangan sosok Beliau. Namun sepertinya semua orang akan bersepakat mengenai satu hal, Habibie pasti bahagia menyusul cinta sejatinya di Keabadian.
Kesetiaan Habibie dan Ainun
gambar : detik.news |
Sosok Habibie memang tidak terkenal semata-mata hanya karena kecerdasannya. Pria yang dijuluki sebagai bapak teknologi ini juga sangat romantis dan setia terhadap mendiang istrinya, Ainun. Maka wajar bila banyak orang menjadikan beliau sebagai teladan. Para orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh cerdas seperti Habibie. Tak ketinggalan, para istri pun tentu mendamba suaminya bisa seromantis dan setia layaknya Habibie.
Menyoal kesetiaan di sini, sempat jadi bahan perbincangan saya dengan suami. Berawal dari celetukan yang sengaja saya lontarkan, "tuh lihat, Habibie sampai akhir hayatnya tetap setia sama istrinya". Suami hanya tersenyum menanggapi, dia jelas tahu maksud celetukan saya itu.
"Kalau saya yang meninggal duluan, kira-kira kamu bakal setia juga nggak kayak Habibie" itu pertanyaan yang hendak saya ajukan kemudian tapi urung. Lagipula jawabannya (sepertinya) sudah jelas. Saya masih hidup saja suami sudah sering-sering singgung masalah poligami apalagi kalau saya sudah nggak ada di dunia ini.
Jujur saja, saya bukan tipe perempuan yang nuntut suami harus tetap setia meskipun kami telah terpisah oleh kematian. Menurut saya, setia dalam hal itu adalah masalah pilihan. Kalau memang dia ingin tetap berjodoh sama saya hingga di akhirat (in syaa Allah di surga-Nya kelak) maka dia nggak boleh menikah lagi. Ini ada hadisnya ya, namun entah berlaku juga bagi lelaki yang ditinggal mati istrinya atau tidak. Wallaahu'alam.
Nabi SAW, "Wanita mana pun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir." (HR Thabrani).
Kalau masalah poligami sendiri, saya pro karena itu aturan Allah, nggak mungkin saya menentang. Dalilnya jelas ada dalam QS An-nisa ayat 4. Lelaki diperbolehkan menikahi wanita satu, dua, tiga hingga empat kali tapi ada syaratnya, kan? kudu ADIL. Tapi saya nggak yakin suami saya bisa ADIL, hehe.
Selain itu, meski pro, bukan berarti saya sudi dipoligami. Ah, saya belum sanggup menjadi seperti Aisyah, saya maunya seperti Khadijah. Bukankah selama Khadijah masih hidup, Rasulullaah tak pernah menikahi wanita lain? Atau saya jelas akan sangat tersanjung bila suami saya bisa setia, se-setia Habibie pada Ainun.
Namun zaman sekarang, lelaki yang setia seperti Habibie sepertinya langka sekali ya? Istri masih hidup saja sudah berani sembunyi-sembunyi main cinta dengan perempuan lain. Apalagi bila si istri meninggal. Pemakaman masih basah sudah menikah lagi. Jadi salut banget dengan kesetiaan seorang Habibie. Lihatlah, cintanya pada Ainun, beliau bawa hingga ke liang kubur. Maka semua orang yang mengenang Habibie, pasti terkenang pula pada Ainun.
Kesetiaan Ainun semasa hidup pada sang suami juga tak kalah hebat. Setelah menikah, beliau rela melepaskan karirnya sebagai dokter di tanah air lalu menjadi ibu rumah tangga, membersamai sang suami yang melanjutkan program doktoralnya di Jerman. Itupun kehidupan awal pernikahan mereka selama tinggal di Jerman tidak langsung sejahterah, masih hidup serba pas-pasan. Tinggalnya saja di flat kecil dan jauh dari keramaian.
Ya, dari sosok Ainun kita bisa belajar, bagaimana setianya seorang istri yang mendampingi suaminya dari kondisi masih di bawah. Padahal jika Ainun mau, dia bisa saja memilih menetap di Indonesia, melanjutkan karirnya sebagai dokter, tanpa perlu hidup susah di negeri orang.
Begitupula saat Habibie dipanggil pulang ke Indonesia dan menjabat sebagai presiden. Ainun tetap ada membersamai. Saat itu mereka kembali menemui masa-masa sulit, karena suhu politik yang memanas dan kekacauan banyak terjadi dimana-mana. Sampai-sampai pada waktu itu Habibie dan keluarganya sempat diungsikan ke wisma presiden dengan menggunakan helikopter karena terancam keamanannya.
Sebagaimana kita ketahui, masa jabatan pak Habibie sebagai Presiden RI hanya berlangsung selama 17 bulan. Di saat banyak orang berlomba-lomba mengejar jabatan, Habibie dengan pertimbangannya bersama sang istri akhirnya memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai Presiden pada periode berikutnya. Ah, beliau benar-benar sosok pemimpin yang bijak, bersahaja dan tidak tamak. Pastinya sikap yang beliau ambil itu tidak lepas dari peran seorang istri. Tentu saja, karena dibalik sosok hebat seperti Habibie, ada wanita hebat seperti Ainun yang selalu setia mendukungnya.
Kalau begitu wajar dong, Habibie tetap setia pada istrinya sekalipun Ainun telah berpulang lebih dahulu. Toh, Ainun juga semasa hidupnya begitu setia pada Habibie. Tak pernah sekalipun meninggalkan sang suami baik dalam keadaan sulit sekalipun. Susah senang mereka hadapi bersama.
Maka mungkin ada yang ingin celetuk "Sebelum menuntut suami setia layaknya Habibie, pantaskan dulu kesetiaanmu serupa Ainun" Nah, lho?
Baca juga Review Buku Agar Suami Tak Mendua
Sekilas Perjalanan Kisah Cinta Habibie Ainun
gambar : popbela.com |
Berbicara tentang kesetiaan, kita memang bisa berkaca pada kisah cinta Presiden RI ketiga dan istrinya ini. Kisah cinta mereka begitu luar biasa dan sangat menginspirasi banyak orang. Sampai-sampai kisah cinta keduanya diabadikan dalam sebuah buku, lagu, film hingga monumen.
Kalau kamu pernah membaca bukunya, atau menonton film Habibie Ainun, kamu pasti tahu bagaimana perjalanan kisah cinta mereka. Sebelum akhirnya bersatu dalam mahligai rumah tangga, Habibie dan Ainun sebenarnya sudah saling kenal sejak masa remaja karena keduanya sempat menempuh pendidikan di sekolah yang sama.
Bahkan keduanya sering dijodoh-jodohkan karena terkenal sama-sama cerdas. Namun saat itu Habibie mengaku belum ada ketertarikan sama sekali pada Ainun. Ia malah suka mengejek gadis yang kelak menjadi istrinya itu dengan sebutan "gula jawa". Siapa sangka di kemudian hari julukan "gula jawa" itu menjelma "gula pasir"?
Sejauh apapun berpisah, namanya jodoh pasti bakal bertemu kembali. Lepas SMA Habibie dan Ainun memang sempat berpisah jarak dan putus komunikasi lantaran Habibie melanjutkan studynya di Jerman sedangkan Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di UI.
Ketika bertemu kembali dengan Ainun sepulangnya ke Indonesia, Habibie terkejut melihat gadis yang pernah dijulukinya gula merah karena dianggap gendut dan hitam itu kini tampak jelita nan memesona. Tidak seperti saat Ainun masih remaja. Di sinilah benih-benih cinta itu mulai tumbuh. Habibie kemudian menjuluki Ainun si gula pasir, bukan lagi gula jawa. Jalinan cinta kasih mereka pun akhirnya berlabuh di pelaminan.
Saat diwawancara oleh Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa, Habibie mengaku bahwa ia sempat merasa sangat takut menghadapi kematian.
Tahu nggak apa alasan beliau sampai takut mati? Jawabannya adalah karena Ainun. Kalau Ia berpulang lebih dahulu siapa yang jaga Ainun? Siapa yang kawani istrinya? Tentu masih ada yang lain, tapi harus 24 jam? Who? Begitu tanya Habibie pada dirinya sendiri.
Karena tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, makanya beliau takut mati waktu itu, waktu Ainun masih hidup. Qadarullaah, Allah panggil Ainun pulang lebih dulu.
Dan jika sekarang ia meninggal (setelah wafatnya Ainun), kata Habibie, ia sudah tidak takut mati lagi. Bahkan Beliau sudah memesan kavling tepat di sebelah makam istrinya. Itu adalah persyaratan yang diajukan Habibie saat istrinya hendak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
Makam Ainun ada di kavling nomor 121 Kalibata, di Kavling nomor 120 Kosong, tempat saya nanti. Begitu ujar Habibie.
See! betapa cintanya Habibie pada Ainun. Habibie dalam wawancara yang sama juga menyebutkan bahwa cintanya pada Ainun bukan sekadar cinta sejati. Kata orang-orang kan cinta sejati itu hanya maut yang dapat memisahkan, namun bagi beliau tidak. Cintanya pada Ainun, bahkan maut pun tak dapat memisahkan. Itu namanya cinta Ilahi, kata Habibie.
Dan bukti dari cinta ilahi itu bisa kita simak sendiri dari penuturan Habibie, meski Ia dan Ainun telah berada dalam dimensi yang berbeda, cintanya tetap tumbuh, mekar dan terawat. Bayangkan, betapa sejak Ainun tiada di dunia, sejak 9 tahun silam, Habibie setiap hari rutin tahlil (membaca yasin) dan mendoakan Ainun, setiap jumat berusaha untuk tidak pernah absen mengunjungi makam sang Istri, tidur juga selalu dengan meletakkan kain kudung terakhir yang digunakan Ainun di bawah bantalnya. Bahkan sebelum meninggal pun, Habibie telah memesan makam tepat di samping makam sang istri.
Maa syaa Allaah, betapa beruntungnya Ainun bersuamikan Habibie. Bukankah tempat bagi seorang istri yang ketika meninggal dan suaminya ridho adalah surga. Dan sekarang mereka telah berdampingan kembali di alam kubur.
Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah itu berarti Habibie dan Ainun kini telah bertemu lagi di alam sana?
Jawabannya wallaahu a'lam bisshawab. Kehidupan setelah kematian adalah rahasia yang tidak akan pernah kita tahu sebelum kita sendiri yang menghadapinya. Jodoh pun merupakan rahasia yang masih menimbulkan banyak tanda tanya.
Namun belajar dari kisah cinta Habibie Ainun, ada banyak hal yang bisa kita petik, salah satunya tentang cinta sejati itu sendiri seperti apa. Sebelumnya saya sempat tergelitik dengan yang namanya cinta sejati. Apakah seperti cinta Habibie dan Ainun, yang ketika salah satunya telah dipanggil Tuhan lebih dulu, yang satu tetap menyetia? Apakah cinta sejati itu hanya tentang kesetiaan pada satu hati?
Soal cinta sejati ini juga sudah saya singgung ya. Silakan baca Merekam Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun
Yup, i think, sejatinya cinta adalah kepada Ilahi. Sebab semua cinta yang ada di dunia ini fana hakikatnya. Kecuali kecintaan kepada dan hanya karena Allah yang pastilah kekal hingga ke azali.
Akhirat yang kekal pun belum tentu menyatukan cinta yang tumbuh di dunia. Sebab di akhirat, masih ada surga dan neraka. Maka cinta yang tumbuh diantara sepasang insan dikarenakan kecintaan kepada Allah-lah yang menghantarkan keduanya sampai ke surga. Itulah hakikatnya cinta sejati. So, menurut saya cinta sejati bukan sebatas cinta dunia-akhirat. Melainkan cinta, sehidup-sesurga.
Nah, ternyata pemikiran saya tentang cinta sejati kurang lebih sama dengan gambaran Habibie mengenai cinta Ilahi, cinta yang tak lekang oleh waktu, cinta yang bahkan maut pun tidak dapat memisahkannya. Setidaknya dari bercermin pada kisah cinta Habibie Ainun ini kita bisa memaknai bahwa cinta sejati adalah cinta yang didasarkan pada Ilahi, sebagaimana diungkapkan Habibie dalam sebuah puisi saat mengenang 1000 hari kepergian sang istri tercinta.
Sudah seribu hari Ainun pindah ke dimensi dan keadaan berbeda
Lingkunganmu, kemampuanmu dan kebutuhanmu pula berbeda
Karena cinta murni, suci, sejati, sempurna dan abadi tak berbeda
Kita tetap manunggal, menyatu dan tak berbeda sepanjang masa
Ragamu di Taman Pahlawan bersama para Pahlawan Bangsa lainnya
Jiwa, roh, batin dan nuranimu telah menyatu denganku
Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun
Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa
Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun
Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah
Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya kami
Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa
Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami
Perekat kami menyatu, menunggal jiwa, roh, batin dan nurani kami
Di manapun dalam keadaan apapun kami tetap tak terpisahkan lagi
Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun.... sampai akhirat!
Selamat jalan Eyang Habibie. Selamat menemui Ainun, Cinta Sejatimu di Keabadian
Salam,
@siskadwyta
5 komentar untuk "Memaknai Cinta Sejati dari Kisah Cinta Habibie Ainun"
Urusan kesetiaan bagi saya sih cukup di dunia. Sebagai istri saya tidak mau egois. Kalo saya yang duluan pergi, Pak suami mau nikah lagi silakan. Yang penting anak²nya tidak terlantar hehehe
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.