Pengalaman Cek Retina Mata Sebelum Melahirkan dengan BPJS di RS Awal Bros Makassar
Bismillaahirranhmaanirrahiim
Periksa mata bukanlah hal yang baru bagi saya. Saya sudah mengalami miopi (baca : mata minus) sejak duduk di bangku SMP sekira tahun 2005 dan selama itu nyaris setiap tahun selalu melakukan periksa mata. Walau nggak rutin sih, itupun periksanya hanya karena saya ingin ganti kacamata which is hampir setiap tahun saya selalu ganti kacamata. Dan kerennya setiap kali ganti kacamata mines saya bukannya turun tapi terus bertambah, malah sekarang sudah ada silindernya pula, hiks.
That's why, waktu hamil tahun kemarin saya sempat dilanda worry gara-gara gangguan yang ada pada mata saya ini. Gimana nggak worry coba, wong saya sering dengar omongan orang-orang kalau mata minus itu nggak bisa lahiran normal. Bahkan mama juga sampai menyarankan agar saya melahirkan secara sesar saja karena begitu khawatir. Pasalnya ada anak temannya yang terpaksa harus melahirkan di meja operasi karena indikasi mata minus seperti saya.
Menurut cerita beliau, si Dokter kandungan anak temannya itu tidak berani mengambil risiko. Ya, siapa juga yang mau membantu persalinan normal bila risikonya akan membuat si Ibu mengalami kebutaan. Mending sesar dan terhindar dari risiko kebutaan ketimbang memaksa normal namun kemungkinan akan mengalami gangguan penglihatan, ya kan?
Namun meski sudah tahu risikonya yang kebanyakan cuma saya dengar dari omongan-orang-orang itu, saya tetap berharap agar bisa melahirkan normal nantinya. Ya, siapa pula yang tidak ingin melahirkan secara normal. I think, melahirkan secara pervaginam merupakan impian (hampir) semua perempuan. Sengaja saya sertakan kata hampir dalam kurung karena ada juga lho perempuan yang lebih memilih melahirkan secara sesar daripada pervaginam. But for me, mau sesar atau pervaginam sama saja, sama-sama merasakan sakitnya melahirkan. Toh yang penting dan paling utama ibu dan bayinya selamat.
Nah, karena berharap agar bisa lahiran normal walau diiringi rasa pesimis, saya dan juga suami tetap melakukan sejumlah ikhtiar. Salah satu ikhtiar kami adalah mencari provider yang mendukung persalinan normal. Bersyukur, kami bertemu dengan dokter Tiwi Palma. Beliau dokter di RSIA Ananda Makassar yang benar-benar pro normal banget. Bagaimana tidak? Di saat saya merasa pesimis bahkan nyaris pasrah dengan persalinan normal justru beliaulah yang optimis dan meyakinkan saya dengan suami agar ikhtiar normal. Untuk lebih meyakinkan, dr Tiwi juga mempersilakan saya periksa mata terlebih dahulu sebelum konsul selanjutnya.
Well, sejak awal kehamilan saya memang sudah berencana akan periksa mata. Ini juga merupakan saran dari Dokter Yusry yang pertama kali memeriksa kandungan saya saat masih menginjak trimester awal. Alhasil sebelum kembali periksa kehamilan dengan dokter Tiwi di RSIA Ananda, saya menemui dokter spesialis mata di RS Awal Bros Makassar.
Oya, sebenarnya saya nggak kepikiran sama sekali mau periksa mata di RS Awal Bros. Dokter faskes 1 saya di klinik Kimia Farma Pettarani yang merekomendasikan. Dan karena saya hanya sering lewat, belum pernah masuk ke dalamnya sehingga tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan tawaran dokter ketika hendak merujuk saya ke RS yang terletak di jalan Urip Sumaharjo itu.
Saya mendapat surat rujukan untuk rawat jalan (periksa di poli mata) dari faskes 1 tanggal 5 April 2018 dan esok harinya, tanggal 6 April saya segera mendatangi RS Awal Bros masih ditemani Aya. FYI, waktu itu surat rujukannya masih offline dan saya tidak sempat cari informasi terkait persyaratan apa saja yang perlu dibawa saat akan melakukan rawat jalan dengan BPJS. Saya cuma pastikan membawa KTP, Kartu BPJS dan Surat Rujukan dari Faskes 1.
Baca juga Pengalaman Mendapat Surat Rujukan (Online) di Klinik Kimia Farma Pettarani
Antrian BPJS di RS Awal Bros Makassar
Ternyata peserta BPJS yang ingin berobat jalan di RS Awal Bros Makassar bisa mengambil nomor antrian lewat layanan SMS atau pesan singkat. Informasi ini baru saya tahu belakangan. Coba tahunya dari awal pasti saya bisa mendapat nomor antrian lebih cepat, hiks tapi ah sudahlah. Sudah terlanjur.
Jadi bagi kamu peserta BPJS dan ingin rawat jalan di RS Awal Bros Makassar, kamu bisa mengambil antrian lewat layanan SMS dengan format #BPJS#No.KartuBPJS(13digit)#No.KTP#NamaPasien ke nomor 081228833789 dengan syarat
pengambilan antrian via SMS ini dimulai pukul 00.00-19.00 WITA di hari yang sama. Artinya kamu tidak bisa mengambil antrian via SMS bila lewat dari waktu tersebut.
Selain itu, satu nomor HP hanya berlaku satu nomor antrian. Bila kamu ingin mendapatkan dua nomor antrian (misal mendaftarkan teman atau keluargamu yang lain) maka kamu harus mendaftar dengan nomor lain. Terakhir, pengambilan antrian baru dinyatakan berhasil setelah kamu mendapat SMS konfirmasi yang memuat nomor antrian. SMS konfirmasi itulah yang harus kamu tunjukkan setelah dipanggil ke loket BPJS.
Tentu pengambilan nomor antrian via SMS ini sangat memudahkan peserta BPJS karena kita bisa mendapat antrian dengan nomor yang tidak begitu jauh. Namun pastikan juga kita tidak terlambat datang ke RS karena percuma juga ya sudah dapat nomor antrian awal-awal tapi saat dipanggil eh kitanya belum ada di tempat. Bisa-bisa nomor antrian kita malah hangus.
Saya dan Aya sendiri baru tiba di RS Awal Bros sekira jam 9 lewat. Saat kami datang antrian sudah membludak. Saya sampai lemes banget lihat nomor antrian berada di angka ratusan dan jumlah antrian pun mencapai ratusan. Saya lupa persisnya yang jelas saat itu masih ada sekira seratus antrian sebelum nomor antrian saya dipanggil. Syukurnya loket antrian di RS Awal Bros ini ada banyak. Ada 4 atau 5 loket kalau nggak salah. Trus panggilan ke tiap loket juga lumayan cepet tapi tetap sama saja sih. Saya dan Aya harus menunggu lama. Mana tempat duduk pada full semua.
Ya, siapa suruh datangnya telat. Wong kalau mau mengantri ke RS apalagi di RS kayak Awal Bros dan menggunakan BPJS harusnya pagi-pagi sekali.
Karena tidak ada tempat duduk yang kosong, saya dan Aya ikut duduk di tangga bersama beberapa pengantri lainnya. Tapi baru saja duduk eh pak satpamnya datang dan menegur. Kami dilarang duduk di tangga. Duh, saya nggak bisa bayangin harus mengantri lama sambil berdiri dengan kondisi perut buncit. Pegelnya itu lho. Syukur tidak lama kemudian ada satu kursi yang kosong. Aya menyuruh saya duduk duluan. Tidak lama dia juga dapat kursi yang kosong meski agak jauh dari tempat duduk saya. Yang penting dapat tempat duduk yah daripada berdiri, hehe.
Ada sekira dua jam saya dan Aya menunggu antrian. Lama banget ya? Tapi perjuangan menunggu saya belum belum berakhir setelah dipanggil ke loket BPJS. Saya lupa waktu itu dipanggil ke ke loket nomor berapa. Jelasnya sesampai di depan loket saya segera menunjukkan KTP, kartu BPJS dan surat rujukan dari faskes 1.
Kemudian petugasnya memberi saya lembaran berupa data diri yang harus diisi pasien. Mungkin karena saya baru pertama kali berobat di RS tersebut. Setelah selesai mengisi data saya kembali ke loket untuk menyerahkan kembali lembaran tersebut. Petugasnya lalu meminta fotokopi KTP saya tapi karena tidak ada, petugas menyuruh saya naik ke lantai atas (saya lupa persisnya di lantai berapa) untuk fotokopi. Yah, syukurlah ada tempat fotokopi di dalam gedung RS, jadi saya nggak perlu repot-repot lagi keluar. Setelah fotokopi KTP dan menyerahkan selembar ke petugas, saya dipersilakan menunggu di depan ruang poli mata.
Antrian di Poli Mata RS Awal Bros Makassar
Baru sampai di depan poli mata, saya tiba-tiba pengen BAK. Jadilah Aya menunggu di sana sementara saya segera cuss ke toilet. Baru juga masuk ke toilet, terdengar nama saya dipanggil lewat microfon. Saya disuruh datang ke loket kembali. Bergegaslah saya BAK baru meluncur kembali ke loket dengan penuh tanda tanya.
Sesampai di loket, petugasnya menginformasikan ke saya bahwa dokter poli mata yang dituju mendadak ada jadwal operasi sehingga saya ditawarkan untuk datang kembali jam 5 sore atau Senin pagi. Aya menyarankan saya untuk periksa di hari Senin saja karena dia tidak bisa menemani saya sore harinya tapi saya ngotot ingin periksa Sore itu juga.
Berhubung saat itu sudah masuk waktu Jumat saya dan Aya memutuskan untuk pulang ke Rumah, meski jarak dari Awal Bros ke rumah lumayan juga, mencapai belasan kilo. Ya, daripada menunggu berjam-jam di RS mending saya pulang untuk istirahat sejenak.
Sekira jam 4 lewat saya dan Aya kembali ke RS dan baru sampai saat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tapi kali ini Aya hanya mengantar, tidak bisa menemani karena dia ada urusan di tempat lain. Yowes, rencana pulangnya saya akan tunggu jemputan suami saja. Perkiraan saya mungkin paling lambat jam 8 baru kelar urusan saya di RS. Semantara suami pulang kerja jam 5 dan perjalanan dari tempat kerjanya (di luar kota Makassar) ke RS memakan waktu kurang lebih tiga jam. Jadi yah, mungkin saja hasil cek retina mata saya selesai bertepatan dengan kedatangan suami. Namun perkiraan saya sungguh jauh meleset.
You know what, saya sudah stand by di depan poli mata dari jam 5 sore dan nama saya baru dipanggil masuk ke ruangan sekira hampir jam 10 malam, menjadi pasien penutup alias pasien paling terakhir. See! Saya menunggu selama kurang lebih lima jam. Lebih parah dari menunggu antrian untuk mendaftar sebagai peserta BPJS. Beberapa kali saya sempat bertanya ke perawatnya kenapa nama saya tak kunjung dipanggil namun kurang ditanggapi dengan baik. Padahal saya cuma mau memastikan. Kan jadinya saya seperti menunggu tanpa kepastian.
Bayangkan sampai suami saya datang saat waktu sudah menunjukkan pukul 8 lewat masih belum ada tanda-tanda nama saya akan dipanggil. Padahal tadinya saya yang berniat menunggu suami eh ini malah suami yang ikut-ikutan menunggu. Well, saya jadi kapok periksa di poli mata RS Awal Bros jika harus kembali menunggu selama itu.
Cek Retina Mata Pertama Kali
Akhirnya setelah bosen plus sumpek menunggu berjam-jam, nama saya dipanggil juga masuk ke ruangan. Saat itu tinggal sedikit pasien yang ada di sekitar poli. Suasana juga sudah mulai sepi. Syukur ada suami yang menemani. Dia juga ikut membersamai saya masuk ke ruangan dokter.
Seperti yang saya bilang di awal postingan, periksa mata bukan hal yang baru bagi saya. Saya sudah sering melakukan periksa mata namun baru kali ini saya periksa mata khusus bagian retina. Yap, sebelum-sebelumnya tujuan saya hanya untuk ganti kacamata jadi saya cuma perlu tahu minus atau silinder mata saya sudah mencapai angka berapa. Nah, kali ini saya periksa mata dengan tujuan ingin memastikan langsung ke dokter spesialis mata apakah kondisi retina kedua mata saya memungkinkan saya untuk bisa mengejan dengan aman dan tak berisiko saat proses persalinan nanti atau malah sebaliknya.
Jadi di sini saya ingin cek retina mata, bukan cek mata seperti biasanya. Etapi saat ditanya keluhan saya apa, saya tidak terang-terangan bilang ke dokter kalau saya ingin cek retina. Saya hanya terangkan ke dokter bahwa HPL saya semakin dekat dan saya ingin tahu apakah kondisi mata saya memungkinkan saya untuk bisa melahirkan secara pervaginam atau tidak? selanjutnya, suami juga ikut menjelaskan. Malah penjelasannya lebih panjang lebar daripada penuturan saya, hehe.
Dia sampai cerita, sebelum datang menemui dokter kami sudah konsul ke dokter Obgyn persoalan kondisi mata saya. Dokter Obgyn kami juga menyarankan untuk periksa mata terlebih dahulu sebelum konsul selanjutnya. Mungkin hasil dari periksa mata ini bisa jadi bahan pertimbangan. Sayangnya si Dokter tidak memberi kesimpulan, jadilah saya dan suami yang kebingungan, hehe. Tapi kita skip dulu soal ini.
Mungkin kamu juga bingung, kenapa saya pengennya dicek selaput retina, bukannya yang harus diperiksa itu minus/silinder?
Pasti kalau kamu ke dokter spesialis mata dan menyampaikan tujuan kedatangan kamu ingin tahu kondisi mata sebelum menghadapi persalinan maka dokter pasti akan mengecek kondisi retina mata kamu. Seperti yang dilakukan dokter poli mata yang menangani saya malam itu.
Prosedur pemeriksaan selaput mata ini pun berbeda dengan prosedur pemeriksaan mata pada umumnya. Kalau periksa mata yang biasanya kan saya langsung berhadapan dengan alat sementara untuk periksa selaput retina ini mata saya harus ditetesi obat yang berfungsi melebarkan retina terlebih dahulu sebelum diperiksa menggunakan alat.
Obat tersebut diteteskan oleh perawat ke mata saya sebanyak 3 kali. Tetesan pertama dilakukan saat saya masih berada dalam ruangan. Setelah itu saya disuruh menunggu 30 menit di luar. Selama menunggu di luar, mata saya kembali ditetesi dengan selang waktu dari tetesan kedua ke tetesan ketiga sekira 10-15 menit. Oya, saat ditetesi obatnya terasa perih banget di mata jadi agak lama baru saya bisa buka mata. Trus efeknya juga bikin penglihatan jarak dekat jadi kabur. Saya sempat panik karena tidak bisa melihat layar smartphone dengan jelas padahal pemandangan sekitar masih nampak jelas. Untungnya efek tersebut hanya berlangsung beberapa saat.
Nah, setelah genap tiga puluh menit menunggu, saya dipersilakan masuk kembali ke ruangan dokter. Tentunya bersama suami yang setia mendampingi, hehe. Di dalam ruangan, saya di suruh duduk di kursi yang berhadapan dengan alat seperti alat pada tes dasar mata. Dokter lalu memulai memeriksa kondisi retina saya dengan mengarahkan cahaya terang ke mata saya dan menginstruksi saya agar melihat ke kiri, kanan, atas bawah, dan hasilnya adalah jreng jreng jreng.
Kondisi retina mata saya masih bagus tapi memang selaput retina untuk sebelah mata kiri dan kanan sudah mengalami penipisan. Begitu penjelasan dokter yang menurut saya masih kurang jelas karena dokter tidak memberi kesimpulan atau setidaknya memberi rekomendasi apakah dengan hasil tersebut saya bisa melahirkan normal atau tidak.
FYI, selaput retina mata yang sudah tipis inilah yang rentan mengalami risiko. Makanya ibu yang hendak bersalin dengan kondisi selaput retina tipis tidak disarankan melahirkan normal karena risikonya bisa terjadi sobekan atau pecahnya retina saat proses mengejan berlangsung. Jadi yang berisiko melahirkan secara pervaginam bukan ibu dengan mata minus tinggi ya tapi ibu dengan selaput retina yang sudah tipis. Sekalipun mata kamu minus tinggi tapi kondisi retina kamu masih baik maka itu tidak akan membahayakan. Sebaliknya jika memang kondisi retina kamu sudah parah maka akan lebih aman bila kamu memilih persalinan secara sesar. Itulah alasan mengapa ibu hamil terutama dengan mata minus disarankan untuk cek retina terlebih dahulu. Begitu kira-kira penjelasan yang saya dapat dari berbagai sumber.
Berarti kalau dilihat dari hasil cek retina mata saya yang kata dokter sudah mengalami penipisan seharusnya saya menempuh persalinan secara sesar ya bukannya normal tapi kok akhirnya saya bisa melahirkan normal dengan kondisi seperti itu.
Nah, di sinilah letak permasalahannya. Dokter yang mengecek kondisi retina mata saya tidak memberi kesimpulan atau merekomendasikan apa-apa, apalagi tidak ada surat pengantar atau tertulis juga yang saya bawa dari dokter Obgyn sehingga beliau merasa tidak punya wewenang menentukan soal jalur persalinan yang akan saya tempuh nantinya. Beliau hanya menulis hasil cek retina mata saya di secarik kertas yang kemudian diisi dalam amplop untuk ditunjukkan bila saya konsul kembali ke dokter Obgyn. Selain itu beliau juga menulis resep serta mengisi dan menandatangani surat rujukan kembali yang berlaku selama sebulan. Surat rujukan tersebut bisa saya gunakan jika ingin berobat kembali tanpa perlu mengambil surat rujukan lagi di faskes 1.
Demikian pengalaman saya cek retina mata di poli mata dengan BPJS di RS Awal Bros. Dengan penantian selama berjam-jam dan tanpa kesimpulan apa-apa. Keren banget yaak. Setidaknya saya bersyukur dokter matanya berbaik hati tidak memvonis saya harus SC. Andaikata dari hasil tersebut beliau langsung memberi keputusan terkait persalinan saya maka mungkin saja saya terhalang melahirkan normal. Oya. Lebih kerennya lagi karena suami, saya dan si Bunay yang masih anteng dalam perut kala itu baru sampai di rumah ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sungguh, benar-benar hari yang sangat melelahkan.
Salam,
@siskadwyta
Sumber gambar 1 : www.emc.id
Berarti kalau dilihat dari hasil cek retina mata saya yang kata dokter sudah mengalami penipisan seharusnya saya menempuh persalinan secara sesar ya bukannya normal tapi kok akhirnya saya bisa melahirkan normal dengan kondisi seperti itu.
Nah, di sinilah letak permasalahannya. Dokter yang mengecek kondisi retina mata saya tidak memberi kesimpulan atau merekomendasikan apa-apa, apalagi tidak ada surat pengantar atau tertulis juga yang saya bawa dari dokter Obgyn sehingga beliau merasa tidak punya wewenang menentukan soal jalur persalinan yang akan saya tempuh nantinya. Beliau hanya menulis hasil cek retina mata saya di secarik kertas yang kemudian diisi dalam amplop untuk ditunjukkan bila saya konsul kembali ke dokter Obgyn. Selain itu beliau juga menulis resep serta mengisi dan menandatangani surat rujukan kembali yang berlaku selama sebulan. Surat rujukan tersebut bisa saya gunakan jika ingin berobat kembali tanpa perlu mengambil surat rujukan lagi di faskes 1.
Demikian pengalaman saya cek retina mata di poli mata dengan BPJS di RS Awal Bros. Dengan penantian selama berjam-jam dan tanpa kesimpulan apa-apa. Keren banget yaak. Setidaknya saya bersyukur dokter matanya berbaik hati tidak memvonis saya harus SC. Andaikata dari hasil tersebut beliau langsung memberi keputusan terkait persalinan saya maka mungkin saja saya terhalang melahirkan normal. Oya. Lebih kerennya lagi karena suami, saya dan si Bunay yang masih anteng dalam perut kala itu baru sampai di rumah ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sungguh, benar-benar hari yang sangat melelahkan.
Salam,
@siskadwyta
Sumber gambar 1 : www.emc.id
4 komentar untuk "Pengalaman Cek Retina Mata Sebelum Melahirkan dengan BPJS di RS Awal Bros Makassar"
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.