Berawal Dari Mimpi, Kini Panggilan Bunda Kian Menjelma Nyata
Bismillaahirrahmaanirrahiim
“Mama” kata itu pertama kali diucapkan Bunay saat usianya baru empat bulan. Jelas saya sangat tersanjung mendengar kata pertama yang disebutnya. Sayangnya kata mama cuma bertahan sebulan di mulut Bunay. Menginjak usia enam bulan dia mulai suka mengoceh “a.. pa.. pa pa pa” yang terdengar seperti memanggil ayahnya dengan sebutan “papa”.
Kali ini hati ayahnya yang melambung tinggi karena hingga sekarang Bunay lebih sering menyebut nama pa pa pa pa daripada ma ma ma ma. Tak masalah, walau jarang disebut setidaknya saya sudah senang sekali karena “mama” menjadi kata pertama yang keluar dari mulut Bunay. Lagipula Bunay juga belum paham sama sekali saat mengeluarkan suara yang bunyinya terdengar seperti memanggil kami. Dasar, orang tuanya saja yang kegeeran, hehe. Toh, saya dan suami juga tidak membahasakan diri kami dengan panggilan papa dan mama.
Lha kalau bukan papa dan mama trus panggilan Bunay untuk orang tuanya apa dong?
Bagi pembaca yang sering berkunjung di Kamar Kenangan ini pasti tahu jawabannya. Yap! Kami membahasakan diri dengan panggilan ayah bunda. Panggilan tersebut sudah menjadi kesepakatan kami sebelum Bunay lahir. Bahkan jujur saja, sebelum menikah pun saya sudah mendamba ingin dipanggil bunda oleh anak-anak saya kelak.
Nah, di postingan kali ini saya bakal sharing alasan mengapa setelah menjadi orang tua saya inginnya dipanggil Bunda bukan ibu, ummi, mama mapun mami. Namun sebelumnya biar saya paparkan dulu pandangan saya terkait panggilan selain bunda.
Ibu
Sampai sekarang pun panggilan ibu masih melekat pada diri saya. Anak-anak didik saya dulunya juga masih kerap menghubungi baik sekadar bertanya kabar maupun menyampaikan kerinduan mereka.
Ibu kangen,
Ibu kapan balik lagi ke Serui?
Ibu sudah punya anak kah?
Ibu saya mau curhat *eh
Maklum, dulu itu saya guru termuda di sekolah mereka. Jadi tak heran kalau banyak siswa yang cepat akrab dan suka curcol dengan saya. Bahkan ada beberapa siswi yang menganggap saya seperti kakak mereka meski tetap memanggil saya ibu. Padahal kelihatannya saya memang lebih cocok dipanggil kakak daripada ibu, hehe.
But well, saya suka mendengar anak-anak yang (pernah) saya didik di sekolah memanggil saya ibu. Setidaknya dengan panggilan itu saya bisa tetap ada dalam ingatan mereka sekalipun tidak lagi membersamai. Yah, ingatan siswa terhadap guru biasanya kuat banget apalagi yang terlanjur melekat di hati, biar berpuluh-puluh purnama berlalu pasti tetap ingat. Beda dengan gurunya, baru beberapa purnama pergi eh sudah lupa dengan nama siswanya sendiri.
Saya jadi ingat, beberapa waktu lalu saat masih hamil Bunay saya sempat ketemu dengan salah satu siswa yang sudah lulus SMP dan melanjutkan sekolahnya di kota yang qadarullaah sama dengan kota tempat saya hijrah ikut suami. Si siswa itu langsung menyapa saya dengan panggilan ibu. Sontak saya kaget karena nggak nyangka bakal ketemu siswa saya di situ, yang sayangnya cuma saya kenali wajahnya. Soal nama saya benar-benar lupa, bahkan sampai berhari-hari saya berpikir keras. Berusaha mengingat-ingat nama siswa yang pernah saya ajar itu. Padahal kayaknya baru dua tahun deh si siswa lulus SMP dan saya sudah lupa namanya, ckck.
Nah, menurut saya ibu merupakan panggilan yang sangat umum. Panggilan ini pun bukan sebatas digunakan anak-anak didik pada guru perempuannya, melainkan juga digunakan sebagai bahasa baku dan melekat pada kata-kata seperti hari ibu, Ibu negara, ibu pertiwi, dan lain sebagainya. Karena keumumannya itulah sehingga saya tidak berminat dipanggil ibu, meskipun mertua dan suami sendiri sering membahasakan saya dengan panggilan ibu sejak kehadiran si Kecil. Baiklah, saya hanya ingin anak-anak saya memanggil ibunya dengan panggilan yang lebih khusus, panggilan yang tidak sama dengan panggilan anak-anak didik saya.
Mama
Mungkin ke depannya Bunay akan kembali menyebut kata mama. Panggilan mama memang lebih mudah diucapkan bayi seusia Bunay. Namun tak masalah ketika dia lebih dulu menyebut kata mama daripada Bunda. Toh, seperti yang sudah saya singgung di atas, bayi seusianya belum paham makna panggilan untuk orang tua.
Eniwei, panggilan mama sudah sangat familiar dalam hidup saya. Bagaimana tidak? Wong, saya dan saudara-saudara memanggil orang tua kami dengan sebutan ini.Tetanga-tetangga di sekeliling rumah kami juga memanggil ibunya dengan sebutan mama. Bahkan hampir semua teman yang saya kenali punya satu panggilan yang sama untuk perempuan yang melahirkannya.
Yup, panggilan mama sudah terlalu nge-trend dalam lingkungan sekitar saya. Ditambah lagi, saya menginginkan anak-anak memanggil saya dengan panggilan berbeda dengan panggilan saya kepada perempuan yang begitu saya cintai. Jadilah sebutan mama sama sekali tidak masuk dalam panggilan yang saya impikan setelah menjadi orang tua.
Mami
Kalau dengar panggilan mami kesannya lebih melekat pada ibu yang sering memanjakan anaknya atau panggilan ini lebih sering digunakan dalam keluarga yang kaya. Benar tidak atau kamu punya pendapat lain? Sayangnya selintas pun tidak terbersit keinginan saya untuk dipanggil mami jadi saya tidak akan mengulas panggilan ini panjang lebar.
Ummi
Bila mendengar panggilan Ummi saya selalu terngiang lagunya Sulis “ummii…. ummii”. Ummii yang dalam bahasa arab artinya ibuku, ada pula yang membahasakan dirinya sebagai ummu atau umma, keduanya bermakna ibu.
Fyi, panggilan sayang saya ke suami juga mengambil kata dari bahasa arab, yakni “Zaujii” yang artinya suamiku. Begitupula panggilan sayang saya ke si Kecil, “Bunayya” yang juga diambil dari bahasa arab (AlQuran).
Baca juga Panggilan Sayang untuk Si Kecil
Sejujurnya saya sempat tertarik membahasakan diri sebagai Ummu Zhafran dan mendengar Bunay memanggilku dengan panggilan sayang, ummii (ibuku). Terdengar manis sekali ya, sayangnya keinginan saya pada panggilan ini sebatas tertarik bukan memimpikan.
Tidak sedikit pula orang yang mengira saya dan suami akan dipanggil ummii wa abii setelah menyandang status sebagai orang tua. Mungkin karena penampilan kami yang terkesan agamis. Ayahnya berjenggot sementara saya berjilbab panjang. Panggilan ummii memang lekat pada perempuan berjilbab syari bahkan seingat saya dulu hanya anak-anak ustadz/ah yang biasa memanggil orang tuanya dengan panggilan ummi dan abi. Namun belakangan ini panggilan ummi sudah mulai umum dan banyak digunakan oleh orang tua muslim.
Teman-teman di sekitar saya juga banyak yang membahasakan dirinya dengan panggilan ini. Dan lagi-lagi karena panggilan ummi sudah mulai umum sehingga saya menginginkan panggilan berbeda. Panggilan yang lebih khusus. Panggilan yang benar-benar saya impikan.
Dan panggilan yang saya impikan itu adalah Bunda
Kenapa Bunda? Kenapa bukan Ibu, Mama, Mami, atau ummi?
Saya telah lama memimpikan ingin dipanggil Bunda oleh anak-anak saya kelak. Bahkan empat tahun sebelum si Kecil lahir, saya sempat menorehkan sekilas impian tersebut di Kamar Kenangan ini. Lalu impian yang saya pupuk itu menjelma mimpi dalam bunga tidur.
Baca juga Impian Gadis Pemimpi
Baca juga Impian Gadis Pemimpi
Yah, selain pernah menautkan impian ingin dipanggil bunda, saya juga pernah bermimpi bertemu dengan buah hati yang begitu saya rindukan. Padahal kondisi saya kala itu masih belum hamil lho. Tidak ada tanda-tanda juga saya bakal segera berbadan dua.
Saya dan suami termasuk pasangan yang tidak menunda kehadiran anak setelah hidup menggenap. Namun sama seperti pasangan lainnya yang tidak langsung diberi amanah. Kami masih harus menanti berbulan-bulan. Qadarullaah, amanah itu baru Allah berikan di usia pernikahan kami yang telah menginjak bulan ke tujuh.
Baca juga Reminder di Tujuh Bulan Pernikahan
Nah, dalam masa penantian itu, saya pernah sekali bermimpi bertemu dengan si Kecil. Mimpi itu benar-benar terasa begitu nyata. Saya memanggilnya dengan sebuah nama dan dia memanggil saya dengan panggilan bunda. Sampai-sampai keesokkan harinya, saya sempat menuangkan mimpi tersebut lewat status WA.
Siapa sangka, mimpi itu hampir menjelma nyata. Awal Agustus 2018 lalu saya telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saya beri nama ia Zhafran, persis seperti panggilan saya padanya dalam mimpi (saya hanya keliru menuliskan namanya saat itu). Kini, saya tinggal menunggu si kecil bisa bicara dan memanggil saya dengan sebutan BUNDA.
Ah, saya sungguh tidak sabar menanti hari itu :')
Selain karena mimpi, panggilan bunda di lingkungan sekitar saya terutama keluarga masih sangat jarang. Bahkan sejauh ini baru kakak sepupu dan istrinya yang menggunakan panggilan ayah bunda. Selebihnya kebanyakan bapak-mamak atau papa-mama. Lingkungan pertemanan saya pun begitu, masih sedikit orang tua di sekeliling saya yang memilih panggilan ayah-bunda.
Alasan lainnya, tentu saja karena saya SUKA dengan panggilan bunda. Saya suka membahasakan diri saya sebagai bunda. Hari-hari pun saya selalu membiasakan diri ngobrol dengan si Kecil dan selalu menyertai kata Bunda, termasuk ketika menyanyikan lagu untuknya.
Kasih Bunda kepada Bunay
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
*
Satu-satu Bunda sayang Bunay
Dua-dua ayah sayang Bunay
Tiga-tiga kami sayang Bunay
Satu Dua Tiga semua sayang Bunay
Nah, kalau kamu sukanya dipanggil apa sama si Kecil? Ibu, mama, mami, ummi, atau bunda juga?Namun apapun panggilannya sama saja, kan? karena itu hanya persoalan pilihan. Semoga kita bisa jadi ibu/mama/mami/ummi/bunda terbaik dalam mendidik anak-anak kita.
Salam,
Bundanya Bunay
@siskadwyta
55 komentar untuk "Berawal Dari Mimpi, Kini Panggilan Bunda Kian Menjelma Nyata"
zaman dulu, panggilan ke orang tua pasti disesuaikan dengan adat dan budaya setempat.
kayak Bune-Pakne di Jawa, Mama-Papa di Papua, Maluku dan Sulut, atau Amma-Tetta di Bugis/Makassar.
Sekarang, variannya makin banyak karena pengaruh luar.
ya kayak Ayah-Bunda, Ummi-Abi atau bahkan Mommy-Daddy.
Kalau saya di rumah, paling suka dipanggil makan.. #eh
Kalau Ummi-Abi atau Mommy-Daddy emang istilah dari luar tapi panggilan Ayah-Bunda masih panggilan dari dalam kok
Yayaya, sapa juga yang tidak suka dipanggil makan, wkwk
Soalnya saya dipanggil Mami sama anak, suami, ponakan dan beberapa teman yang udah akrab dengan saya.
Dan panggilan Mami sudah jadi panggilan turun-temurun dari keluarga Omaku yang berasal dari Manado.
Seingat saya waktu msh blum menunaikan haji, beliau dipanngil "indo" - panggilan lazim utk ibu di bahasa bugis :)
aku sih dipanggil bunda tadinya pengen ibu tp kadung suka bunda yo wes deh bunda
Semoga bunda selalu dapat menjadi bunda luar biasa dan salihah untuk bunay tercinta aamiin ☺❤
Saya manggil mama saya dengan sebutan mama, ibu mertua dengan sebutan ibu.
Mau manggil bunda kok kesannya formal banget.
Jadinya sepakat manggil mami papi hehehe
Apapun panggilannya, saya rasa sama aja, gak mengurangi artinya ya :)
Saya masih umur 20 tahun tapi sudah mau punya anak rasanya #eh XD
Sebenarnya sudah punya anak, anak tanteku tapi:( dia paling melengket sama saya, karena bapaknya kerja jauh jadi saya paling sering bersamai dirumah, pernah suatu ketika dia panggil saya papa. Langsung saya kaget, takutnya sampe besar dia panggil saya begitu. Padahal dia adik saya:(
Btw, semoga si bunay menjadi anak yang berbakti yah kak. Tetap amati pertumbuhan anak, suatu saat bunay besar akan membaca blog ini betapa dia disayangi dari sebelum lahir malahan.
Barakallahu fik kak:)
Kalau saya sendiri dari kecil sampai sekarang kebiasaannya panggil mama. Jadi, akan merasa aneh2 tiba jika saya mencoba memanggil ummi atau ibu :D
Ada teman yang sering panggil Bunda ke Ibunya ,,Kebanyakan tmn-tmn SMA, kuliah termasuk saya kebiasan panggil bunda ke beliau,,kerna orangnya memang care ke anak-anak tmn dari anak kandungnya..Dlaam organisasi dan komunitas juga ada panggilan bunda, buat cewek yang dianggap paling tua, ada tmn kuliah ku dlu di panggil bunda juga..Memang mantapp nih, pangggilan bunda..menyatukan anak-anak..
Bahasa panggilan sebagai bentuk penghormatan seseorang kepada orang lain.
Dan seketika berubah menjadi Mama karena masuk play-group.
Katanya...
"Aku pingin kaya temen-temen yang lain, manggil Mama."
Yaa...ayoklaa~
tapi kalo aku manggil ke ibuku ya Ibu, tapi kalo adekku mamah
Semoga Bunay Zhafran jadi anak sholeh dan membanggakan abah ummi nya ya...
Dulu karena masih jarang di keluarga.
Sekarang semua pada pake bunda hehehe
Eehtaapii, ponakan2 saya malah diajarin panggil Bunda ke saya, hihihih
Anak2 sy manggilnya ummi dan abi
Kemuertua manggilnya sm mmh dan bapak
Ttg ada yg dipanggil bunda, ibu , dan momy.
Awalnya saya inginnya dipanggil “Mami”, karena terkesan progresif dan merasa jadi bestie buat anak.
Tapi, suami ogah dipanggil “Papi” 😂
Jadilah, sy sok ide bikin ‘mami’ jadi ‘mima’ 😂
Dan suami dipanggil ‘papa’.
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.