Apa Sih Pentingnya Panggilan Sayang untuk Si Kecil?
Karena keseringan memanggil si kecil dengan sebutan Bunay di Kamar Kenangan ini, mungkin ada yang mengira nama anak saya Bunay. Bahkan ada yang sampai komen dan mengatakan Bunay cantik, hihi mungkin dikira Bunay nama anak cewek kali ya?
Well, saya memang belum sempat buat postingan khusus membahas nama asli Bunay. Ditambah lagi saya nggak pernah posting gambar yang jelas-jelas menampakkan wajahnya, jadi wajar saja bila ada yang menganggap demikian.
Jadi sebenarnya Bunay itu nama panggilan kesayangan saya untuk si kecil, bukan nama sebenarnya. I see, banyak ibuk-ibuk juga yang memanggil buah hatinya dengan nama kesayangan bukan nama asli, apalagi ibuk-ibuk blogger (saya sebutnya ibuk-ibuk blogger saja ya biar bisa mewakili semuanya, soalnya belum ada komunitas yang namanya ibuk-ibuk blogger kan yang ada mah cuma ibu-ibu doyan nulis *eh)
Saya sering perhatikan panggilan mereka untuk si kecil saat blogwalking. Yang anaknya masih baby biasa dipanggil dengan inisial huruf depan namanya misal baby Z, baby K, baby R, dst. Ada pula yang panggil anaknya dengan nama-nama lucu dan unik seperti si Kekok, si Emping, si Boboy, dsb. Namun ada juga yang memanggil anaknya dengan nama asli. Nah, khusus di medsos saya memilih memanggil si kecil dengan panggilan sayang, Bunay, Bunayya.
Sebutan yaa Bunayya ini juga yang diucapkan Lukman ketika menasihati anaknya agar jangan sekali-kali menyukutukan Allah dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Nasihat tersebut dapat kita jumpai pada QS Lukman ayat 13. Salah satu surah favorit saya memang surah Al-Lukman ini. Bahkan hati saya kerap bergetar, mata pun seringkali basah saat membaca atau mendengar ayat-ayat yang diwarnai dengan nasihat lembut nan indah dari Lukman untuk anaknya.
Saya memanv baru publish tentang kehamilan saya di media sosial menjelang HPL yang tinggal menghitung hari. Itu pun setelah melalui pergulatan batin terlebih dahulu. Tahu nggak kenapa? Karena saya terlalu parno dengan kehamilan saya sendiri. Saya yang terlalu takut mengumbar kebahagiaan sebagai calon ibu. Saya yang terlalu khawatir dengan nasib janin yang saya kandung.
Kisah Dibalik Panggilan Bunay
Bagi kamu yang beragama islam dan sering baca Al-Qur'an pasti familiar dengan sebutan Bunayya. Ternyata ada beberapa kisah dalam Al-Qur'an yang menyertakan Bunayya (sebagai panggilan kesayangan orang tua terhadap anaknya) seperti yang tertuang dalam QS As-Shaffat ayat 102 (panggilan kesayangan Nabi Ibrahim 'alaihissalam pada anaknya Ismail alaihissalam) dan juga terdapat dalam QS Yusuf ayat 5 (panggilan nabi Yaqub alaissalam pada anak kesayangannya Yusuf alaihissalam).
Sebutan yaa Bunayya ini juga yang diucapkan Lukman ketika menasihati anaknya agar jangan sekali-kali menyukutukan Allah dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Nasihat tersebut dapat kita jumpai pada QS Lukman ayat 13. Salah satu surah favorit saya memang surah Al-Lukman ini. Bahkan hati saya kerap bergetar, mata pun seringkali basah saat membaca atau mendengar ayat-ayat yang diwarnai dengan nasihat lembut nan indah dari Lukman untuk anaknya.
See! Betapa lembutnya Lukman menasihati anaknya. Meski nasihat itu mengandung larangan sekali pun. Yaa Bunayya laa tusrik billaah. Wahai anakku jangan sekali-kali engkau menyekutukan Allah
Begitupun nasihat yang disampaikan Nabi Yaqub alahissalam ketika melarang Yusuf menceritakan mimpi (melihat matahari, bulan dan bintang semua sujud di hadapannya) kepada saudara-saudaranya. Yaa Bunayya laa taqshush ru'yaaka 'alaa ikhwatika.
Bahkan ketika Nabi Ibrahim hendak menyampaikan perintah yang diilhamkan Allah lewat mimpi untuk menyembelih Ismail, ia pun memanggil anak kesayangannya itu dengan panggilan yang lembut "Yaa Bunayya".
Yup! Sebutan Bunay saya ambil dari kata Bunayya yang dalam Al-Qur'an artinya adalah anakku. Namun menurut ustad Armanto Suryalangka, ulama dari Banjarmasin yang penuturannya saya kutip dari Banjarmasin Post "Bunayya ini berarti anak kesayangan yang dalam bahasa arab tinggi maknanya. Rangking pertama dari nama-nama bermakna anak kesayangan lainnya"
Yup! Sebutan Bunay saya ambil dari kata Bunayya yang dalam Al-Qur'an artinya adalah anakku. Namun menurut ustad Armanto Suryalangka, ulama dari Banjarmasin yang penuturannya saya kutip dari Banjarmasin Post "Bunayya ini berarti anak kesayangan yang dalam bahasa arab tinggi maknanya. Rangking pertama dari nama-nama bermakna anak kesayangan lainnya"
Sedikit Cerita Tentang Panggilan Bunay
Bunayya itu panggilan kesayangan saya untuk si kecil sejak dalam kandungan. Saya pertama kali memanggilnya dengan sebutan itu di insta story waktu usia kandungan saya sudah menginjak bulan ke sembilan.
Saya memanv baru publish tentang kehamilan saya di media sosial menjelang HPL yang tinggal menghitung hari. Itu pun setelah melalui pergulatan batin terlebih dahulu. Tahu nggak kenapa? Karena saya terlalu parno dengan kehamilan saya sendiri. Saya yang terlalu takut mengumbar kebahagiaan sebagai calon ibu. Saya yang terlalu khawatir dengan nasib janin yang saya kandung.
Baca juga Reminder Ketika Hasil Test Pack Positif
Apalagi semasa hamil itu saya berkali-kali dihadapkan dengan kabar duka dari saudari-saudari di sekeliling saya yang datang silih berganti. Saya hamil bersamaan dengan tiga saudari saya di LiSha namun qadarullaah ketiganya mengalami keguguran dalam waktu yang juga bersamaan. Pun mendapat kabar salah seorang dari kami yang terkena gangguan psikologis PPD pasca melahirkan anak pertamanya.
Baca juga Pasca Melahirkan Ibu Rentan Mengalami Baby Blues, PPD dan Pshycoshis
Pun sangat terkejut ketika mengetahui salah seorang saudari di FLP yang usia kehamilannya saat itu kurang lebih sama dengan saya. Baru memasuki bulan ke tujuh namun qadarullaah ia terpaksa harus melahirkan karena kondisi kandungannya yang berisiko. Bayinya berhasil lahir ke dunia namun dalam keadaan tidak terselamatkan. Dua hari kemudian ia juga menyusul bayinya menghadap Tuhan.
Baca juga Ujian Penantian Buah Hati
Dan duka yang tak kalah memilukan hati adalah saat saya dengan mata yang basah menatap wajah Zhahir, bayi tampan nan mungil yang belum genap setahun. Usianya bahkan baru menginjak bulan ke 10 kala itu dan dia telah kehilangan sosok ibu untuk selama-lamanya di dunia.
Ibunya yang sepekan sebelumnya saya jenguk, saya peluk, saya dekap dengan hangat, saya cium pipi kiri dan kanannya, Masih sempat pula saya pijiti kakinya, saya semangati dia agar kuat, agar bertahan, agar mampu melawan sakit yang kian mengerogoti tubuhnya. Dia harus sembuh, dia harus sehat kembali. Demi Zhahir. Demi buah hati yang telah dinantinya selama kurang lebih dua tahun. Namun qadarullaah Allah jauh lebih sayang dengan saudariku itu.
Baca juga Beginikah Rasanya Hamil (Trimester Kedua)
Dengan ujian yang menimpa satu per satu saudari-saudariku terutama di LiSha, bagaimana saya bisa berpikiran bahwa saya akan terbebas dari ujian serupa atau mungkin dalam bentuk ujian yang lain. Bukan bermaksud su'udzhon tapi yah namanya ujian pasti ada.
Namun saya tidak ingin terlalu larut dalam ketakutan saya itu. Apalagi menjelang HPL. Tahu sendiri kan ibu hamil kalau sudah mendekati hari persalinan biasa deg-degan plus tegang banget. Terlebih bagi yang baru berpengalaman melahirkan pertama kali. Thats why menjelang HPL saya mulai muncul dengan postingan tentang kehamilan di insta story dan status WA. Itu pun tujuannya hanya untuk mengalihkan ketegangan dan was-was yang saya rasakan.
Apalagi semasa hamil itu saya berkali-kali dihadapkan dengan kabar duka dari saudari-saudari di sekeliling saya yang datang silih berganti. Saya hamil bersamaan dengan tiga saudari saya di LiSha namun qadarullaah ketiganya mengalami keguguran dalam waktu yang juga bersamaan. Pun mendapat kabar salah seorang dari kami yang terkena gangguan psikologis PPD pasca melahirkan anak pertamanya.
Baca juga Pasca Melahirkan Ibu Rentan Mengalami Baby Blues, PPD dan Pshycoshis
Pun sangat terkejut ketika mengetahui salah seorang saudari di FLP yang usia kehamilannya saat itu kurang lebih sama dengan saya. Baru memasuki bulan ke tujuh namun qadarullaah ia terpaksa harus melahirkan karena kondisi kandungannya yang berisiko. Bayinya berhasil lahir ke dunia namun dalam keadaan tidak terselamatkan. Dua hari kemudian ia juga menyusul bayinya menghadap Tuhan.
Baca juga Ujian Penantian Buah Hati
Dan duka yang tak kalah memilukan hati adalah saat saya dengan mata yang basah menatap wajah Zhahir, bayi tampan nan mungil yang belum genap setahun. Usianya bahkan baru menginjak bulan ke 10 kala itu dan dia telah kehilangan sosok ibu untuk selama-lamanya di dunia.
Ibunya yang sepekan sebelumnya saya jenguk, saya peluk, saya dekap dengan hangat, saya cium pipi kiri dan kanannya, Masih sempat pula saya pijiti kakinya, saya semangati dia agar kuat, agar bertahan, agar mampu melawan sakit yang kian mengerogoti tubuhnya. Dia harus sembuh, dia harus sehat kembali. Demi Zhahir. Demi buah hati yang telah dinantinya selama kurang lebih dua tahun. Namun qadarullaah Allah jauh lebih sayang dengan saudariku itu.
Baca juga Beginikah Rasanya Hamil (Trimester Kedua)
Dengan ujian yang menimpa satu per satu saudari-saudariku terutama di LiSha, bagaimana saya bisa berpikiran bahwa saya akan terbebas dari ujian serupa atau mungkin dalam bentuk ujian yang lain. Bukan bermaksud su'udzhon tapi yah namanya ujian pasti ada.
Namun saya tidak ingin terlalu larut dalam ketakutan saya itu. Apalagi menjelang HPL. Tahu sendiri kan ibu hamil kalau sudah mendekati hari persalinan biasa deg-degan plus tegang banget. Terlebih bagi yang baru berpengalaman melahirkan pertama kali. Thats why menjelang HPL saya mulai muncul dengan postingan tentang kehamilan di insta story dan status WA. Itu pun tujuannya hanya untuk mengalihkan ketegangan dan was-was yang saya rasakan.
Beidewei, selain terinspirasi dari nama Bunayya yang terabadikan dalam Al-Qur'an, saya juga terinspirasi memanggil Bunayya dari panggilan sayang saya ke suami. Panggilan sayang saya ke suami adalah sayangku eh maksud saya suamiku yang kalau ditranslate ke dalam bahasa arab disebut Zaujii (double i).
So, panggilan sayang saya ke suami adalah Zaujii (suamiku) sedangkan panggilan sayang suami ke saya adalah Zaujatii (istriku) tapi karena panggilan zaujatii ini kedengarannya kurang keren jadi saya minta suami panggil Zaujah saja ditambah kata ku dibelakangnya atau my di depan. (My Zaujah or Zaujahku).
Nah, saya kurang tahu apa sebutan anakku dalam bahasa arab. Sempat nanya ke sahabat saya yang alumni sastra arab, jawabannya anak laki-laki dalam bahasa arab disebut waladun atau ibnun. Berarti kalau ditambah kata kepemilikan (ku) mungkin berubah jadi waladunii/ibnunii ya.
Karena nggak terlalu paham bagaimana perubahan kata dasar dalam bahasa arab yowes saya pakai kata Bunayya saja yang dalam Al-Qur'an jelas-jelas artinya adalah anakku. Tapi pada akhirnya saya lebih sering panggil si kecil dengan sebutan Bunay (My Bunay or Bunaynya Bunda), karena menurut saya nama Bunay itu lucu, hehe.
Trus kenapa panggilan Bunay (kalau sudah bisa bicara) ke orang tuanya adalah ayah dan bunda, bukan ummii wa abii? Hehe, kalau itu lain lagi ceritanya.
Trus kenapa panggilan Bunay (kalau sudah bisa bicara) ke orang tuanya adalah ayah dan bunda, bukan ummii wa abii? Hehe, kalau itu lain lagi ceritanya.
Pentingnya Panggilan Sayang untuk Si Kecil
Tentang betapa pentingnya panggilan sayang untuk si kecil, kita bisa belajar dari ayat-ayat (QS Yusuf : 5, Ash-Shaffat : 102, Lukman : 13-19) yang sempat saya singgung di atas. Setidaknya ayat-ayat tersebut mengajarkan kita, bagaimana cara terbaik untuk mendidik anak, entah itu dalam bentuk menasihati yang berupa larangan maupun perintah.
Yup! Jawabannya adalah mengawali dengan panggilan sayang pada anak. Jadi panggilan sayang ini bukan khusus untuk pasangan saja ya, panggilan sayang untuk si kecil juga penting banget. Sama halnya ketika kita memanggil pasangan dengan panggilan sayang tentu itu akan menambah keromantisan atau semakin merekatkan hubungan antara suami dan istri.
Begitupula panggilan sayang untuk si kecil. Manfaatnya sudah pasti merekatkan hubungan orang tua dan sang anak. Namun panggilan sayang yang saya maksud di sini tidak mesti si kecil harus diberi nama khusus selain nama aslinya, sebab inti dari panggilan sayang ini adalah memanggil dengan lembut.
Sebenarnya di rumah pun saya lebih sering panggil Bunay dengan nama asli, kadang-kadang saja memanggilnya dengan sebutan Bunay. Tapi kalau di media sosial, baik di Instagram, facebook, twitter maupun blog saya memilih panggil Bunay. Mungkin karena sudah terbiasa kali ya menyebutnya dengan nama Bunay sejak masih dalam kandungan. Jadi sekalinya mau panggil Bunay dengan nama aslinya di medsos kok rasanya aneh saja gitu. Eh tapi In syaa Allaah lepas dari masa bayi saya akan memanggil Bunay dengan nama aslinya.
So far, kalaupun si kecil punya panggilan sayang dengan nama khusus, pastikan nama tersebut memiliki makna yang berarti ya dan usahakan tidak berkaitan dengan fisiknya. Bukan apa-apa sih, mungkin kita anggap biasa-biasa saja memanggil si kecil demikian. Misal, si ndut, si pesek, si kurus, si cebol, dsb. Namun bisa jadi panggilan tersebut terbawa hingga ia besar dan kemungkinan berefek negatif pada kondisi psikologisnya.
Pasalnya saya sudah sering baca sih pengalaman orang tua yang anak-anaknya tumbuh dengan kondisi psikologis terganggu seperti terlalu pemalu, minder atau tidak percaya diri, susah berkembang dsb akibat efek dari panggilan masa kecilnya yang justru mengundang ejekan atau bully-an dari teman-temannya.
Nah, bagaimana denganmu? Punya panggilan sayang juga untuk si kecil? Share yuk pendapatmu di kolom komentar.
56 komentar untuk "Apa Sih Pentingnya Panggilan Sayang untuk Si Kecil?"
Kalau saya ke anak-anak, memanggilnya nama saja sama semuanya.
Kalau keluarga Ibu saya juga ada panggilan khususnya..kalau keluarga ayah saya panggil nama ajha..sekrang Saya ikut keluarga ayah aja..hehe
Dipanggil Nana’, ya karena dia anak.
Jadi “mama”, “papa”, “nana” hehehe
Kadang saya suka tidak sadar panggil Nana pas dia di sekolah, biasanya teman-temannya suka bingung kenapa dipanggil Nana’ :D
sebenarnya panggilan sayang untuk anak sebagai pengingat orang tua agar berlaku lembut sekalipun si anak melakukan kesalahan.
Aku sendiri paling manggil anak2 pake Teteh dan dede aja, kalo lagi mau negur biasanya panggil mereka pake nama lengkap hahaha
Bunayya itu mengingatkanku pada lagu qosidah. Terus zaman sekolah sering banget ketemu kata Ya Bunayya. Tujuan panggilannya waktu itu buat nasihat2 gitu
Kalo anakku sih aku manggilnya nama masing-masing, ditambah sebutan kakak dan adek
Alhamdulillah tambah faham, betapa nama panggilan yang baik itu menjadikan kita tambah sayang ya.
Tapi kayanya saya mau ngikutin mba deh panggil bunayya ya. Mmg syahdu itu panggilan bunayya 😍😍😍 kok saya ga kepikiran 😆
Btw saya pas hamil percis kaya mba. Berita duka datang silih berganti. Kirain saya aja yg kaya gtu pas hamil dan memilih ga terlalu umbat kehamilan jadinya.
Kalau kata iyut dulu cempluk itu panggilan buat anak perempuan yang nyegemesin gitu
Tapi aku sellau perkenalkan nama itu ke org lain, bahkan kepada gurunya harus pakai itu :D
Seringnya aku panggil anak sulung dengan Kakak Sayang, Kakak Sholeha, atau sejenisnya.
Untuk adiknya, ya sama aja, seringnya Adek Sayang. Nah kalau pas lagi marah, panggilan sayangnya tetep tapi gini : Adeeeekkk Sayaaaaanggg.... pake nada geregetan :))
Sebenarnya panggil dengan nama asli pun sudah memiliki kadar sayang yang tak terkira loh. Apalagi nama anak-anakku sudah ada artinya masing-masing. Yang sulung namanya bermakna dewi nan cantik dan baik, sedangkan yang kedua punya makna satria pembawa rizki.
Jadi dikeluarga ku tdk ada baku panggil nama sesama saudara soalnya kebiasaan orangtua ku juga kek gitu panggil anaknya bukan sebutan nama.
Btw, semoga bisa dapat calon hawa ku kek kak siska. Peduli sekali sama sang Anak. Kak Siska Panutanquuuuuu
Saya kadang juga suka memanggil anak dgn nama kesayangan,tapi suka berubah² :)
cari nama saja berbulan-bulan, ndk ngeh lagi tuk cari nama sayang, hihihih..
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.