MPASI Pertama, Menu Tunggal atau Menu 4 Bintang?
MPASI pertama, menu tunggal atau menu 4 bintang? Baca cerita MPASI ini sampai selesai ya dan temukan jawabannya.
Tepat di hari ulang bulannya yang keenam, saya dan suami memberi makanan pendamping ASI (MPASI) pertama untuk Zhaf walau harus melalui drama dulu sih, hehe. Tahu nggak dramanya apa?
Suami pengen Zhaf dikasih makan tanggal 3 (sehari sebelum hari ulang bulannya), saya ngotot, MPASI pertama Zhaf harus tanggal 4 (pas hari ulang bulannya).
Suami pengen MPASI si kecil diawali dengan pisang, saya maunya kuning telur atau hati ayam kampung yang menjadi menu pertamanya.
Kalau begitu ceritanya, gimana nggak jadi drama coba? Haha.
Yup, bukan cuma waktu MPASI saja yang kami permasalahin, menu MPASI pertamanya juga jadi masalah banget.
Padahal keduanya bukan hal yang patut dipermasalahkan, apalagi sampai dibesar-besarkan.
Makanya, belajar dari pengalaman kemarin, menurut saya persiapan MPASI si kecil yang paling penting adalah ILMU. Apalagi bagi orang tua yang baru berpengalaman seperti kami.
Gambar : Go-do.com |
Bekali diri dengan ilmu MPASI dulu deh sebelum mempersiapkan yang lainnya. Namun pastikan ilmu yang dipelajari sejalan dengan ilmu yang dipelajari pasangan ya.
Jangan sampai bertentangan karena itulah yang memicu terjadinya drama😅 Terlebih lagi, bila referensi ilmu MPASI yang kamu dan suami dapatkan hanya bersumber dari google, media sosial atau apa kata orang (baca; mitos).
Mungkin saja tidak akan ada ada drama kalau suami kamu tipe ayah yang rada cuek dan memercayakan sepenuhnya urusan mengasuh si kecil ke kamu.
Namun, kalau suami kamu tipe ayah yang suka terlibat dengan setiap proses tumbuh kembang anaknya (macam suami saya) maka menyamakan persepsi itu penting. Tidak ada salahnya juga sih berbeda pandangan. Toh perbedaan pandangan itu wajar, kan? Yang penting diskusikan baik-baik ya :)
Persiapan MPASI Zhaf
Ngomong-ngomong tentang persiapan, jujur saja, saya dan suami temasuk tipe orang tua yang tidak terlalu pusing dengan persiapan MPASI terkait perlengkapan.
Kami malah lebih excited mempersiapkan diri dengan belajar. Yup, bukan cuma saya saja tapi suami juga nggak mau ketinggalan mencari berbagai macam literatur atau referensi tentang MPASI anaknya.
Nah, kalau suami cenderung mencari ilmu tentang MPASI dengan bantuan google, saya condong cari referensi MPASI di Instagram.
Bahkan sudah dari sebelum Zhaf lahir saya follow akun-akun bertema MPASI, cuma kebiasaan buruk saya ternyata masih belum hilang. Asal follow doang, menjelang Zhaf mau MPASI baru rajin stalking, ckck.
Eh tapi ada untungnya lho saya nggak stalking akun-akun MPASI itu dari awal. Pasalnya, baru stalking beberapa hari yang lalu saja, saya langsung pusing, bingung plus galau bin dilema.
Apalagi kalau stalking-nya dari pertama follow, apalah jadinya saya. Mungkin saya bakal stres dan kepikiran trus kali ya, hehe.
Kok bisa gitu? Ya, karena saya kaget juga pas liat postingan MPASI ibuk-ibuk milenial di Instagram.
Rata-rata bikin MPASI-nya pake peralatan canggih bo', yang nama-namanya itu asing banget di mata saya atau apa karena saya yang kudet yah😅
Selama ini kan saya tahunya cuma rice cooker doang, mana saya tahu ada alat yang namanya slow cooker, food processor atau baby food maker, dan bla bla bla.
Mana harganya mahal-mahal pula. Belum ditambah dengan menu MPASI di Instagram yang wow banget.
Kebanyakan saya liat menu MPASI 4 bintang ibuk-ibuk milenial di instagram pake ikan salmon. Lha, liat penampakan ikan salmon secara langsung saja kayaknya saya nggak pernah (lebih tepatnya sih saya nggak tahu mana yang namanya ikan salmon) apalagi mengonsumsinya.
Jadi apakah saya harus ikut menu waw ala ibuk-ibuk milenial di instagram pada MPASI anak saya?
Belum lagi baca nama-nama jenis lemak tambahan MPASI yang sering mereka sebut dengan istilah UB, EVOO, ELOO, EVCO, dll. Itu semua apa coba? Dimana bisa dapatnya? Duh, pusing pala Bunda. au MPASI saja riwehnya minta ampun.
Kalau gitu kenapa nggak kasih Zhaf MPASI instan aja? Daripada pusing-pusing bikin MPASI homemade mending ngasihnya yang simple dan praktis, harganya juga murah meriah lho!
Ya nggaklah. Pikiran saya nggak se-instan itu kali. Lagian saya sama sekali nggak kepikiran mau kasih Zhaf makanan instan, justru sebaliknya, saya sangat excited menyambut masa MPASI karena saya pengen masak untuk dia. Saya pengen di masa golden age-nya Zhaf hanya makan masakan Bundanya.
Setidaknya masakan Bunda, selain terjamin kehigenisan dan nutrisinya, terhindar pula dari bahan pengawet. Dan sudah pasti dibuat dengan penuh cinta dan sayang. *Eaa
Tapi kalau beli makanan pabrikan saya nggak jamin yah, meski saya nggak terlalu fanatik juga. Toh, Zhaf tetap saya kasih makanan fortifikasi untuk menambah kebutuhan gizinya (terutama zat besi) yang mungkin belum maksimal terpenuhi dari MPASI homemade yang saya buat.
Toh, jika diberi pilihan, antara homemade dan instan, saya tetap akan memilih MPASI homemade sekali pun harus keluar biaya banyak atau mengalami kerempongan. See!
Ibuk-ibuk pekerja saja bisa ngasih bayinya MPASI homemade, masa IRT kayak saya nggak bisa. (Yayaya😅)
Eh tapi sebenarnya kalau kita paham ilmunya, MPASI itu nggak ribet lho, nggak mahal juga.
Beneran deh. Serius! Makanya saya bilang dari awal, persiapan MPASI yang paling penting dan utama adalah ILMU.
Yup, kalau kamu paham ilmunya, kamu nggak akan pusing menentukan waktu yang tepat untuk memulai MPASI si kecil.
Pikiran kamu pun nggak bakalan mumet hanya karena memikirkan peralatan-peralatan apa saja yang perlu kamu beli atau menu-menu apa saja akan kamu buat untuk si kecil.
Tentunya, kegalauan memilih menu tunggal atau menu 4 bintang untuk MPASI bayimu juga tidak akan kamu rasakan jika kamu tahu ilmu MPASI yang benar. You know why? Karena ilmu MPASI yang benar itu ternyata ada panduannya lho!
Saya kemarin telat paham tentang panduan MPASI ini makanya sempat dilanda pusing, bingung, galau, dilema dan merana degdegan.
Pokoknya nano-nanolah perasaan saya menjelang masa MPASI si kecil. Baru masuk masa MPASI saja reaksi saya sudah segitunya, belum yang lain-lain😅
Saya juga heran. Kok Zhaf yang mau makan, saya yang deg-degan yah, haha. Tapi wajar juga sih, bila Bunda yang baru memulai MPASI macam saya diserbu dengan peraaaan-perasaan seperti itu.
Justru yang nggak wajar itu kalau si kecil sebentar lagi MPASI sementara Bundanya masih cuek dan tidak antusias sama sekali, iya nggak?
MPASI Pertama Zhaf, Menu Tunggal atau Menu 4 Bintang?
Beberapa hari lalu saya sengaja bikin survey alias jajak pendapat via insta story tentang MPASI Pertama. Niatnya cuma pengen tahu saja, responden teman-teman mengenai menu pertama MPASI dan hasilnya seperti yang saya duga.
Lebih banyak yang memilih menu tunggal. Oke, sebenarnya saya dan suami juga sudah sepakat mau memberikan Zhaf menu tunggal di 14 hari pertama.
Alasan utama kami bukan karena takut Zhaf alergi, melainkan karena tidak ada seorang pun yang memberi kami saran untuk ngasih Zhafran MPASI langsung dengan menu 4 bintang, semuanya menyarankan menu tunggal.
Mulai dari neneknya, tante-tantenya sampai artikel-artikel maupun referensi lain yang kami baca.
Yah, meski sepakat dengan menu tunggal tapi tetap saja kami masih bertentangan dalam hal menu spesifiknya.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, suami pengen Zhaf makan buah dulu selama dua pekan sebelum makan karbo, dll sementara saya mau Zhaf langsung makan makanan yang bersumber dari protein hewani.
Kalau alasan suami sih biar Zhaf nggak sembelit, buah kan bisa jadi pelumas, gitu menurutnya dan menurut referensi yang dia jadikan acuan.
Kalau alasan saya memilih daging karena itu yang direkomendasikan oleh dr. Tiwi saat mengisi seminar parenting tentang MPASI yang videonya saya lihat di chanel youtube beliau.
Menurut dr Tiwi, setelah menginjak usia 6 bulan bayi sangat membutuhkan kandungan zat besi karena komponen zat ini sudah menurun pada ASI. Oleh karena itu beliau menganjurkan setelah masuk masa MPASI sebaiknya orang tua jangan menunda pemberian daging pada anak, karena kandungan zat besi di daging (terutama daging merah) tinggi dan mudah diserap oleh tubuh.
Kita sebenarnya juga bisa kok mendapatkan kandungan zat besi pada sayuran namun sayangnya kandungan zat besi yang ada di sayur sangat buruk penyerapannya.
Kekurangan zat besi pada bayi dapat menyebabkan anemia. Tentunya, masalah anemia defisiensi besi ini tidak bisa dianggap sepele. Kurang lebih begitu penyampaian dr Tiwi yang saya tuliskan pake gaya bahasa saya sendiri.
Nah, giliran ngomong lewat rangkaian kata-kata di blog saja lincah banget, kalau menyampaikan langsung ke suami malah terbata-bata.
That's why, suami sering tidak memahami maksud istrinya ini karena saya sendiri tidak pandai membahasakan apa yang saya pahami.
Coba kalau gaya penyampaian saya jelas dan no belepotan, pasti nggak bakalan terjadi drama menjelang MPASI Zhaf (ini sudah kayak sinetron saja, main drama segala😂)
Baca juga : Drama Ketika Zhaf Sakit Pertama Kali
Jadi ceritanya malam H-2 itu saya dan suami kembali bahas menu tunggal untuk MPASI pertama si kecil.
Suami masih keukeh dengan "buah" sementara saya tetap ngotot dengan "daging". Tidak ada yang mau mengalah. Duh, kalau Zhaf bisa bicara mungkin dia bakal pilih karbo dan sayur saja kali ya😅
Yowes, karena saya dan suami sama-sama keras kepala (plis jangan ditiru kepala batu kami, hehe🙊) sedangkan waktu MPASI Zhaf tinggal menghitung jam, jadi malam itu juga saya terpaksa keluarkan senjata pamungkas (eh bukan terpaksa juga sih, tapi adalah hal yang bikin hati saya terguncang).
Keras kepala suami seketika luruh. Dia berusaha membujuk istrinya yang cengeng ini agar bisa tenang. Dipeluk, nggak mempan. Dikecup, malah makin terisak saya. Akhirnya dia mengalah.
'Terserah Sayang saja deh, mau kasih makan Bunay apa, yang penting jangan nangis dong?" bujuk suami memelas (lagi-lagi versi kata-kata saya, wkwkw)
Asyik! Ditanggapi kayak gitu saya langsung lap air mata dong, mhuaha. Dasar😅
Jadi mau kasih Zhaf menu MPASI apa nih? tanya suami
Menu 4 Bintang. Jawab saya mantap.
Kenapa Menu 4 Bintang?
Sebenarnya saat suami menanyakan kembali pertanyaan yang jawabannya sudah berkali-kali kami bahas, dalam hati saya agak ragu juga mengajukan menu 4 bintang.
Pasalnya, baru bahas menu tunggal saja kami sudah bertentangan kayak gitu, apalagi sampai menyerempet ke menu 4 bintang.
Ya, kalau dimulai dengan menu tunggal, saya mau Zhaf langsung diberi daging. Tapi karena suami menanyakan ulang pertanyaan yang jawabannya mungkin masih samar menurut dia, jadi saya jawab saja menu 4 bintang, lalu menjelaskan pelan-pelan tentang menu yang terdiri atas karbon, protein hewani, nabati dan sayuran itu seperti apa.
Tak disangka, reaksi suami di luar dugaan saya. Kali itu dia nggak banyak protes. Daripada protes, nanti saya nangis lagi mending ikut saja.
Lagipula yang nanti sibuk di dapur buat MPASI untuk si kecil itu saya bukan dia jadi keputusannya terserah saya. Begitu kata dia, saya cuma tertawa geli.
Baiklah, bukan tanpa alasan ketika tiba-tiba saya mengubah haluan ke menu 4 bintang padahal sebelumnya sudah sepakat dengan suami akan memberikan Zhaf MPASI menu tunggal selama dua pekan pertama.
Jadi ceritanya malam itu, sebelum bahas masalah menu MPASI Zhafran yang sempat mengundang drama namun berujung happy ending, saya asyik stalking akun-akun MPASI di Instagram hingga kesasarlah saya di akun @kanayaernesta.
Akun ini merupakan akun mom yang suka sharing tentang MPASI anaknya, Kanaya Ernesta Satrio. Sudah banyak sih akun-akun bertema MPASI yang saya kunjungi tapi akun @kanayaernesta yang paling menarik perhatian saya.
Kenapa?
Karena semua kegalauan, kebingungan dan kebimbangan saya tentang menu MPASI pertama Zhaf terjawab di akun ini.
Jadi bagi kamu yang juga baru akan memulai MPASI dan dilanda bingung, galau juga bimbang harus memulai darimana seperti yang saya alami kemarin, boleh banget stalking akun tersebut.
Lumayan bisa nambah ilmu dan pencerahan buat kamu yang masih belum bisa menentukan antara menu tunggal atau menu 4 bintang.
At least, setelah menemukan akun @kanayaernesta saya punya alasan mantap dan yakin mengapa langsung memberikan Zhaf menu 4 bintang tanpa didahului dengan menu tunggal.
Syukur pula suami mengiyakan, kalau tidak mungkin bakal panjang lagi drama menjelang MPASI Zhaf yang kami lakoni, haha.
Nah, kalau kamu masih bingung memilih antara menu tunggal dan menu 4*, mungkin tiga option yang saya paparkan di bawah ini bisa jadi bahan pertimbangan buat kamu.
Temukan Alasan yang Jelas
Mau mulai dengan menu tunggal atau menu 4 bintang tentu ada alasannya, kan?
Kalau ibuk-ibuk yang mulai dengan menu tunggal mungkin alasannya karena takut bayinya alergi dan sembelit atau ingin mengenalkan si kecil dengan satu jenis rasa saja dulu atau bisa jadi karena belum tahu kalau masuk usia 6 bulan si kecil sudah bisa diberi menu 4 bintang.
Nah, kalau alasan saya langsung memulai MPASI si kecil dengan menu 4 bintang adalah karena tidak ingin menunda pemberian makanan dengan gizi yang lengkap.
Misal, kalau saya hanya memberi buah atau sayur selama 14 hari pertama, berarti kebutuhan gizi /asupan nutrisi Zhaf yang lain tidak terpenuhi dong.
Ingat Kembali Tujuan MPASI
Tujuan MPASI sebenarnya apa sih? Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil, kan? Karena sejak usia sekitar 6 bulan, energi si kecil semakin bertambah sehingga ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Si kecil butuh tambahan nutrisi dan itu bisa dia dapatkan dari berbagai variasi bahan makanan.
Ikut Panduan MPASI WHO
MPASI juga ternyata ada panduannya lho. Saya kurang tahu ada beberapa macam panduan MPASI yang tersedia, karena sejauh ini yang saya tahu hanya panduan MPASI WHO.
Panduan MPASI ini juga yang direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa kita harus mengikuti panduan MPASI WHO?
Karena selain merupakan rekomendasi dari IDAI, manfaat dari mengikuti panduan MPASI WHO tidak perlu diragukan lagi.
Toh, yang menyusun panduan ini sudah pasti para ahli/pakar-nya di tingkat dunia. Apalagi panduan ini sama sekali tidak ribet, sebaliknya justru dengan mengikuti panduan MPASI WHO kamu akan tersadar bahwa MPASI yang sesungguhnya itu gampang banget. Tidak ribet dan tidak mahal.
Menurut MPASI WHO, bayi boleh makan apa saja dari menu meja makan keluarga. Jadi kalau menu yang terhidang di meja makan keluarga adalah nasi, ikan, tempe, sayur bening ya bayi kita juga makannya itu. Tapi ingat ya, cara makan bayi yang masih MPASI (6-12 bulan) tidak sama dengan cara makan orang dewasa.
That's why, WHO mengeluarkan panduan berupa tujuh poin penting yang harus orang tua perhatikan ketika hendak memberi MPASI pada anaknya. Tujuh poin tersebut antara lain:
- Age (umur)
- Frequency (frekuensi MPASI)
- Amount (jumlah takaran MPASI)
- Texture (teksture makanan MPASI)
- Variety (variasi/jenis bahan makanan MPASI)
- Active-Responding Feeding (aktif dan respon si kecil saat pemberian MPASI)
- Hygienic (kebersihan makanan MPASI)
Salah satu poin dari panduan MPASI WHO adalah variety (berbagai jenis bahan makanan MPASI).
Artinya apa? Bukan satu jenis saja, kan? Ya, panduan MPASI WHO ini tidak mengenal menu tunggal (dan tidak ada penjelasan detail tentang anjuran memulai memberikan MPASI pada si kecil dengan menu tunggal selama 14 hari).
Jangan Khawatir Bayi Mengalami Alergi dan Sembelit
Sebenarnya sebelum masuk masa MPASI, kamu bisa tahu reaksi bayimu terhadap suatu jenis makanan. Sebab apa yang kamu makan itu juga yang dimakan si kecil (lewat ASI).
Jadi jika selama memberikan ASIX si kecil tidak mengalami gejala alergi dan sembelit seharusnya kamu tidak perlu khawatir.
Namun jika memang ada jenis makanan tertentu yang kamu konsumsi menimbulkan alergi bahkan sembelit pada si kecil ya makanan itu yang seharusnya kamu hindari.
Alhamdulillah, makanan yang saya konsumsi saat Zhaf masih ASIX tidak ada yang bikin dia alergi, sembelit juga nggak pernah, cuma nggak tahu ya kalau makanannya diberi langsung. Kita lihat saja nanti.
Akhir kata, semua pilihan kembali ke kamu tapi boleh ya saya tutup artikel ini dengan mengutip fakta yang terdapat pada salah satu artikel di situs idai.co.id
"Tidak ada urutan tertentu dalam pemberian MPASI. Karbohidrat, protein (daging, ayam, telur, ikan, dll), sayuran dan buah-buahan dapat diberikan sejak usia 6 bulan. Penundaan pemberian ikan dan telur sampai usia satu tahun tidak berguna untuk mencegah alergi"
Salam,
25 komentar untuk "MPASI Pertama, Menu Tunggal atau Menu 4 Bintang?"
Yap, ratarata panduan yang ada di buku itu pake buah dulu
Jadi kepikiran, dulu waktu saya umur 3-4 bulan dikasih MPASI apa ya sama bapak-ibu. hehe
Makasih ya mbak sudah berbagi pengalamannya. Kalau aku skrg masih pusing dengan asupan ibu hamil nya. Aku masih suka jajan dan ga gitu doyan makanan rumah. Gak kreatif atau banyak ide buat makanan. Jadi sejauh ini suami yg masak. Dan aku mau ga mau makan yg dibuatin.
Tapi aku dalan hati kecil pengen masak dan bikin sendiri biar kaya istri baik2. Hehe... apalagi nanti kalau sudah punya anak. Pengen... makasih ya sudah menginspirasi saya utk membuat makan sendiri
Satu bilang begini satu bilang begitu
Bingung :)))
Tapi saya salut sama senjata pamungkas yang bikin ayahnya menyerah, hahaha
Untung suamiku gak lebay soal makanan atau perawatan anak. Dia cukup percayain ke saya tanpa perlu ada drama ngotot2an kayak gitu 😁
Asik dapet ilmu nih. Detail ya, Teh. Dari poling banyak yang milih mpasi tunggal ya. Meskipun belum berkeluarga, setidaknya tahu tentang mpasi gak ada ruginya juga ya.
Kok jadi kepikiran dulu waktu bayi ibuku kasih mpasi apa ya..hehe
Dengan adanya artikel ini saya sangat terbantu untuk bisa lebih semangat membuat mpasi yg aslinya gak ribet, dan gak dibikin ribet dari menu sehari2 saja sudag bisa dibikin mpasi ya ternyata
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.