Tentang Satu Momen yang Membuat Saya Merasa Bangga Menjadi Narablog, Intip Juga Resolusi Blogging Saya di 2019
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Padahal menikah adalah mimpi yang telah saya genggam sejak lama. Namun lihatlah, apa yang terjadi ketika mimpi saya itu menjelma nyata. Ketika akhirnya setengah dien saya digenapi oleh lelaki pilihan Allah. Bukannya takjub, saya malah tergugu. Menangisi diri sendiri. Meratap tanpa isak. Kamu tahu apa yang saya rasakan saat menjalani bulan-bulan pertama sebagai seorang istri rumah tangga?
Ya, saat pengantin baru pada umumnya memandang pernikahan sebagai lembar baru dalam kehidupannya, saya justru menganggap pernikahan adalah akhir dari tujuan hidup saya. Alhasil, saya hanya bisa melihat masa depan dengan tatapan kosong. Setiap pagi pun saya selalu terbangun tanpa semangat menjalani hari dan kondisi tersebut berlangsung selama nyaris setengah tahun usia pernikahan saya.
Mirisnya, jangankan suami atau orang-orang terdekat, saya sendiri pun tidak menyadari bahwa kondisi psikologis yang saya alami saat itu adalah depresi. Lagipula mana saya tahu, seseorang bisa mengalami depresi setelah hari pernikahannya. Kalau depresi pasca melahirkan mah sudah sering saya dengar, tapi depresi pasca menikah itu benar-benar sesuatu yang asing dan belum pernah saya ketahui sebelumnya.
Belakangan, tepatnya setelah hidup saya kembali normal baru saya ketahui, ternyata kondisi psikologis yang pernah saya alami itu namanya postnuptial depression. Menurut Hallo Sehat, postnuptial depression adalah sebuah sindrom dimana pengantin baru cenderung merasakan kesedihan, bahkan depresi di hari-hari setelah pernikahan. Sindrom ini kebanyakan dialami oleh pengantin wanita daripada pria. Dilansir dari situs Mental Healthy, satu dari 10 wanita diperkirakan menderita postnuptial depression. Tak disangka, satu dari 10 wanita yang menderita depresi pasca menikah itu adalah saya.
Kondisi psikologis saya sudah sampai pada titik dimana hidup ini terasa sangat membosankan. Sepertinya sudah tidak ada lagi hal di dunia ini yang menarik dan menggairahkan bagi saya. Mungkin bila saya memilih berputus asa dan tidak segera mencari cara agar bisa keluar dari jeratan depresi tersebut bisa saja saya melakukan tindakan gila. Na'udzubillaah.
Saat menyadari kondisi psikologis saya sudah separah itulah baru saya mulai tergerak dan merasa harus membangkitkan gairah serta menyalakan kembali semangat menjalani hari-hari setelah menikah yang berbulan-bulan meredup. Ya, saya harus memulangkan mimpi-mimpi saya kembali atau paling tidak saya harus mulai menulis untuk mengobati psikis saya yang sepertinya sedang sakit. Apalagi saya ingat bahwa saya masih memiliki rumah di dunia maya yang sudah cukup lama saya telantarkan begitu saja.
Maka sebagai langkah awal yang saya sebut sebagai terapi saya memutuskan untuk kembali menekuni aktivitas sebagai seorang narablog.
Narablog sebenarnya merupakan istilah yang masih asing bagi saya, mengingat selama ini saya selalu menggunakan istilah blogger. Setelah cek di wikipedia baru saya tahu ternyata istilah narablog pertama kali dicetuskan oleh si bapak blogger Indonesia, Endan Nasition lewat kicauannya tahun 2013 silam.
Artinya, sudah dari lima tahun lalu padanan bahasa Indonesia dari istilah blogger ini muncul dan saya baru tahu sekarang. Itu pun tahunya setelah membaca tema kompetisi blog Nodi yang diposting Mbak Nabilla DP di akun Instagramnya Desember 2018 kemarin.
Namun baiklah, abaikan saja kekudetan saya itu, yang penting sekarang saya sudah tahu kalau Indonesia juga punya istilah sendiri untuk menyebutkan orang-orang yang memiliki blog.
Blog pun bukan hal yang baru bagi saya karena saya sudah mengenal platform (blogspot) ini sejak tahun 2010, meski baru benar-benar aktif dan merasakan nikmatnya ngeblog tahun 2013. Tahun-tahun pertama saya sebagai narablog memang lebih diwarnai dengan aktivitas mendandani blog ketimbang menghiasinya dengan berbagai macam tulisan. Padahal tujuan awal saya membuat blog adalah untuk menyalurkan minat menulis, alih-alih menjadikan blog sebagai ruang menulis, eh saya malah ketagihan menjadi desainer blog. Saban hari setiap kali buka dasbor kerjaan saya pasti cuma memperindah blog dengan berbagai rupa template dan widgets cantik yang saya temukan atas bantuan eyang google.
Tak dimungkiri, perkenalan perdana saya dengan platform yang tampilannya bisa digonta-ganti seperti blog membuat saya kena candu, alhasil saya luput dengan tujuan awal ngeblog dan baru benar-benar berhasil lepas dari candu tersebut setelah bergabung dengan komunitas blogger.
Jika menengok kembali masa-masa sebelum saya bergabung di komunitas blogger, keberadaan blog ini begitu mengenaskan. Sepi bak kuburan. Boro-boro ada yang baca tulisan-tulisan yang saya publish di blog ini, yang sekadar numpang lewat pun tak ada. Setelah bergabung dengan komunitas blogger baru deh blog saya mulai ramai dikunjungi narablog lain.
Oh ya, komunitas blogger yang paling berjasa di awal saya merintis blog adalah Blogger Energy (BE). Komunitas yang satu ini memang memiliki kesan tersendiri di hati saya, karena sejujurnya saya baru produktif menulis di blog setelah bergabung di BE. Yup, berada di komunitas yang semua anggotanya adalah blogger personal inilah yang menghentakkan kesadaran saya bahwa yang terpenting dari sebuah blog adalah konten bukan tampilan. Toh, percuma tampilan blog indah tapi kontennya minim.
Selain Blogger Energy saya mulai mengenal dan bergabung dengan beberapa komunitas blogger lainnya seperti Komunitas Emak2 Blogger (KEB), Warung Blogger (WB), Blogger Muslimah (BM), Mom Blogger Community (MBC) dan Blogger Perempuan Network (BPN). Tentunya, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan sebagai narablog sejak bergabung dengan berbagai komunitas blogger.
Sayangnya, kecintaan saya terhadap dunia blog sempat kandas setelah pulang kampung ke tanah kelahiran di Papua, tepatnya di Serui, Kepulauan Yapen pasca menyelesaikan kuliah di kota Daeng tahun 2015 lalu. Pasalnya jaringan di Serui buruk sekali dan itu membuat saya jadi bad mood ngeblog. Qadarullah, dua tahun kemudian saya ditakdirkan berjodoh dengan lelaki yang membawa saya kembali ke tanah Daeng. Nah, setelah hijrah ikut suami dan berbulan-bulan merasakan ada yang aneh dengan kondisi psikisku pasca ijab kabul barulah saya memutuskan kembali menekuni aktivitas sebagai narablog.
Sayangnya, kecintaan saya terhadap dunia blog sempat kandas setelah pulang kampung ke tanah kelahiran di Papua, tepatnya di Serui, Kepulauan Yapen pasca menyelesaikan kuliah di kota Daeng tahun 2015 lalu. Pasalnya jaringan di Serui buruk sekali dan itu membuat saya jadi bad mood ngeblog. Qadarullah, dua tahun kemudian saya ditakdirkan berjodoh dengan lelaki yang membawa saya kembali ke tanah Daeng. Nah, setelah hijrah ikut suami dan berbulan-bulan merasakan ada yang aneh dengan kondisi psikisku pasca ijab kabul barulah saya memutuskan kembali menekuni aktivitas sebagai narablog.
Momen Paling Berkesan yang Membuat saya Merasa Bangga Sebagai Narablog
Harus saya akui, menyembuhkan diri dari depresi bukanlah hal yang mudah. Apalagi saya benar-benar buta dengan kondisi psikologis yang saya derita kala itu. Lebih-lebih suami dan keluarga. Mereka tidak tahu-menahu mengenai apa yang saya alami setelah menikah karena memang saya tidak pernah menceritakan apa-apa.
Bagaimana saya bisa menceritakan sesuatu pada mereka kalau saya sendiri kebingungan; mengapa setelah melepas masa lajang hidup saya justru terasa hampa, atau mengapa setelah menikah saya justru merasa tidak begitu bahagia seperti pengantin baru pada umumnya, sekalipun di luar saya tampak baik-baik saja.
Realitasnya, perempuan setelah menikah memang rentan mengalami stress bahkan depresi. See! Lepas dari depresi pasca menikah ternyata saya masih berhadapan dengan dengan depresi pasca melahirkan. Bukan baby blues ya, karena umumnya syndrome ini dapat hilang dengan sendirinya dalam jangka waktu dua pekan sementara kondisi yang saya alami pasca melahirkan lebih mirip dengan gejala Post Partum Depression (PPD) karena berlangsung hingga si bunay umur dua bulan.
Nah, sudah banyak penelitian dan pengalaman orang-orang yang membuktikan bahwa menulis dapat dijadikan sebagai self healing. Maka bagi tipe ibu rumah tangga yang cenderung tertutup dan introvert kayak saya, menulis adalah pilihan yang tepat untuk mengobati gangguan psikis yang dianggap masih bisa ditangani sendiri pun belum terlalu membutuhkan bantuan psikolog.
Dan ternyata memang benar lho. Setelah kembali menekuni hobi saya sebagai narablog yang tentunya tidak lepas dari aktivitas menulis, kondisi psikis saya perlahan membaik dan akhirnya saya bisa sembuh total dari depresi pasca menikah maupun depresi yang saya alami pasca melahirkan Bunay awal Agustus lalu.
Tak heran bila momen sembuh dari depresi tersebut membuat saya sangat bersyukur bahkan bangga menjadi seorang narablog. Saking bangganya, saya sengaja memberi keterangan pada bio di semua akun media sosial saya yang aktif, bahwa saya adalah seorang ibu rumah tangga yang doyan ngeblog.
Apalagi di era digital seperti sekarang ini, aktivitas sebagai narablog tidak hanya membebaskan para ibu rumah tangga seperti saya dari stres maupun depresi namun juga dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah lho.
Dan ternyata memang benar lho. Setelah kembali menekuni hobi saya sebagai narablog yang tentunya tidak lepas dari aktivitas menulis, kondisi psikis saya perlahan membaik dan akhirnya saya bisa sembuh total dari depresi pasca menikah maupun depresi yang saya alami pasca melahirkan Bunay awal Agustus lalu.
Tak heran bila momen sembuh dari depresi tersebut membuat saya sangat bersyukur bahkan bangga menjadi seorang narablog. Saking bangganya, saya sengaja memberi keterangan pada bio di semua akun media sosial saya yang aktif, bahwa saya adalah seorang ibu rumah tangga yang doyan ngeblog.
Apalagi di era digital seperti sekarang ini, aktivitas sebagai narablog tidak hanya membebaskan para ibu rumah tangga seperti saya dari stres maupun depresi namun juga dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah lho.
Resolusi Blogging 2019 : Menjadi Narablog Profesional (Be a Part Time Blogger)
Narablog masa kini sudah dipandang sebagai profesi dengan penghasilan yang menjanjikan. Namun tentu saja tidak semua narablog mampu menghasilkan income dari aktivitas blogging. Kenapa? Karena profesi sebagai narablog hanya tertuju bagi mereka yang telah profesional dalam mengelola blognya.
Nah, sebagai ibu rumah tangga yang sudah dari sononya doyan ngeblog meski sempat hiatus beberapa waktu lalu, saya pun tergiur ingin menjadi narablog profesional. Ya, daripada blog saya cuma diisi dengan konten-konten curcol yang unfaedah sama sekali, mending saya isi dengan konten-konten positif yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah, dengan ikut lomba blog misalkan. Syukur-syukur bisa juara, kalah pun tak mengapa. Toh, narablog profesional yang langganan juara lomba blog seperti bang Nodi Harahap juga pernah kalah, namun kekalahan tidak lantas membuatnya berputus asa. Justru dari kekalahan itulah kita bisa belajar untuk menang.
Apalagi aktivitas blogging sudah saya anggap sebagai passion bukan hobi semata. Tentu bekerja sesuai passion merupakan suatu kenikmatan. Makanya, resolusi blogging saya di 2019 ini adalah menjadi narablog profesional namun cukup sebagai part time blogger. Saya memang sama sekali tidak berminat menjadi full time blogger sekalipun blog merupakan passionku karena biar bagaimanapun profesi utama saya adalah ibu rumah tangga.
Untuk menggapai resolusi tersebut saya telah membuat 10 target blogging yang hendak saya capai di tahun 2019.
Narablog masa kini sudah dipandang sebagai profesi dengan penghasilan yang menjanjikan. Namun tentu saja tidak semua narablog mampu menghasilkan income dari aktivitas blogging. Kenapa? Karena profesi sebagai narablog hanya tertuju bagi mereka yang telah profesional dalam mengelola blognya.
Nah, sebagai ibu rumah tangga yang sudah dari sononya doyan ngeblog meski sempat hiatus beberapa waktu lalu, saya pun tergiur ingin menjadi narablog profesional. Ya, daripada blog saya cuma diisi dengan konten-konten curcol yang unfaedah sama sekali, mending saya isi dengan konten-konten positif yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah, dengan ikut lomba blog misalkan. Syukur-syukur bisa juara, kalah pun tak mengapa. Toh, narablog profesional yang langganan juara lomba blog seperti bang Nodi Harahap juga pernah kalah, namun kekalahan tidak lantas membuatnya berputus asa. Justru dari kekalahan itulah kita bisa belajar untuk menang.
Apalagi aktivitas blogging sudah saya anggap sebagai passion bukan hobi semata. Tentu bekerja sesuai passion merupakan suatu kenikmatan. Makanya, resolusi blogging saya di 2019 ini adalah menjadi narablog profesional namun cukup sebagai part time blogger. Saya memang sama sekali tidak berminat menjadi full time blogger sekalipun blog merupakan passionku karena biar bagaimanapun profesi utama saya adalah ibu rumah tangga.
Untuk menggapai resolusi tersebut saya telah membuat 10 target blogging yang hendak saya capai di tahun 2019.
Itulah 10 target blogging yang hendak saya capai demi menggapai resolusi menjadi narablog profesional. Mudah-mudahan bisa terwujud tahun ini.
Terlepas dari resolusi tersebut, blog kini telah menjadi bagian dari duniaku. Bahkan, sehari saja tidak ngeblog rasanya ada yang kurang. Ya, meskipun tidak setiap hari posting tulisan tapi setidaknya setiap hari saya selalu menyempatkan diri untuk blogwalking. Intinya, kembali terjun ke dunia blog setelah mengalami depresi sungguh membuat hari-hari saya sebagai IRT menjadi lebih indah dan berwarna.
Well, kalau kamu juga punya masalah dengan kondisi psikis coba deh ngeblog dan rasakan sensasinya.
Salam,
Sumber gambar : canva
31 komentar untuk "Tentang Satu Momen yang Membuat Saya Merasa Bangga Menjadi Narablog, Intip Juga Resolusi Blogging Saya di 2019"
Terima kasih sudah ikut Kompetisi Blog Nodi. Saya doakan yang terbaik, ya. Amin.
Semoga resolusinya tercapai. Amin.
Tulisannya menginspirasi kak.. salam kenal :)
Memiliki hobbi bisa menjadi salah satu obat juga mbak. Meski memulainya itu yang sering harus berjuang dulu 🤭
Saya berharap, Mbak Siska juga tetap nulis soal curcol kayak gini. Soalnya meski curcol, hal kayak gini juga guna banget. Saya dan pembaca lainnya jadi tahu kalau ada juga yang mengalami depresi pasca menikah dan cara menanganinya.
Saya udah follow blognya mbak Siska btw. Terus menulis ya! Makasih sudah menginspirasi.
Btw sebenarnya resolusinya sama dengan saya, pengin belajar SEO, terus perpanjang domain.
tetap semangat ya, mbak berbagi manfaat lewat tulisan.
Kita jg seneng ketika dapet tanggapan
Ah seruulah
Semangat selalu mb
Makin sukses yaa
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.