Muslimah Kok Doyan Nonton Drama Korea
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Judulnya nusuk banget ya? Nunjuk diri sendiri. Uhuk. Iya, saya muslimah dan saya doyan nonton drama Korea (K-drama). Etapi itu dulu, dulu sebelum saya hidup seatap bersama lelaki rada posesif yang ternyata anti dengan semua tayangan di layar kaca yang berbau korea. Jadilah sebagai kekasih halalnya saya ikut-ikutan kena getah. Dia yang nggak suka dengan Korea, saya yang dilarang nonton dramanya. Hiks. Nyesek banget tau', hehe.
Bayangkan, saya udah ketagihan nonton drama Korea sejak masih duduk di bangku sekolah, sementara dia, saya baru bertemu dengannya dua kali sebelum akhirnya kami SAH berstatus sebagai pasangan suami istri dan waktu itu belum genap dua bulan pernikahan kami ketika dia secara sepihak membuat aturan nggak boleh nonton drama korea.😕
Duh, padahal seingat saya, selang beberapa hari pasca akad nikah saat kami masih di rumah orang tua saya di Papua, saya sempat nanya baik-baik ke dia.
Boleh nggak saya nonton drama korea? Suami jawab boleh. Saya sumringah. Namun sekalinya saya udah ikut hijrah ke Sulsel dan tinggal sementara bersama suami di rumah mertua eh suami sekonyong-konyong berubah pikiran. Uhft. Saya protes.
Kok sebelumnya ngebolehin, sekarang nggak?
Ya, waktu itu terpaksa saya bilang boleh karena masih di rumah mertua, nanti kalau nggak saya bolehin ada yang nangis, lapor ke bunda, trus jadinya istriku ada yang belain saya nggak, hihi. Jawab suami sambil terkekeh.
Kalau di sini kan nggak dan yang belain, haha. Lanjut suami dengan terbahak. Saya manyun.
Ih, dasar, curang.
Ketika ditanya kenapa nggak suka Korea, jawaban suami cuma dua. Dia cemburu sama Lee Min Ho. Pertama, dia nggak mau kalau istrinya lebih suka mandangin dan memuji-muji ketampan cowok-cowok Korea yang kebanyakan imitasi, hasil bekas operasi plastik. Nggak pantas buat dieluk-eluk. Kedua, dia nggak mau gara-gara efek nonton K-drama istrinya jadi tukang baper atau yang parahnya sampai berekspektasi membangun hubungan percintaan yang romantis dan so sweet ala Korea.
Mhuahaha, saya ngakak menanggapi jawaban suami yang menurut saya lucuk tapi logis juga. Ya, suami mana sih yang rela membiarkan istrinya membanding-bandingkan ketampanan dirinya dengan ketampanan lelaki lain apalagi yang dijadikan perbandingan aktor Korea. Wong jelas perbedaannya bagai langit dan bumi. Tapi meski doyan nonton K-drama, saya juga nggak sampai kepikiran mau membanding-bandingkan suami dengan Lee Min Ho, walau secakep, setampan dan sesempurna apa pun Lee Min Ho, nggak bakal mempanlah menyaingi kecakepan, ketampanan dan kesempurnaan suami di hati saya *eaa
Tak bisa dipungkiri, daya tarik K-drama kuat memikat banyak kalangan terutama kalangan kawula muda. Boleh dibilang nonton K-drama bisa jadi hiburan yang sangat 'enak' untuk dinikmati dibanding nonton drama-drama sinetron dalam negeri yang alur ceritanya selalu monoton, membosankan, nggak masuk akal dan gampang ditebak endingnya. Eh, ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan ya, faktanya emang gitu kan?
Nah, kalau nonton drama-K itu seperti sedang membaca novel romance best seller yang tiap lembarannya menarik kita untuk terus membuka lembar-lembar selanjutnya. Serasa nggak mau berhenti menelusuri halaman demi halamannya bila belum sampai di halaman terakhir. Respon kita saat baca novel yang tidak ada ilustrasi nyatanya saja bisa bikin kita excited banget apalagi bila novel itu menjelma kisah yang ditayangkan di layar kaca. Nonton K-drama rasanya seperti itu.
Seolah kisahnya diangkat dari novel romance best seller , nggak ada bagian-bagian yang di-cut, mulai dari tokoh, latar, hingga alurnya semua completed. Nggak kayak novel yang diangkat jadi film layar lebar dengan durasi sekitar 90 atau 120 menit. Karena banyak bagian yang harus di-cut dan diubah, alhasil nggak sesuai dengan alur cerita novel aslinya. Akhirnya saat nonton film yang diadaptasi dari novel best seller banyak pemirsa yang kecewa karena kisah yang dilayarlebarkan nggak sama dengan yang dibaca. Ya, jelaslah, kalau semua bagian dari novel dilayarkan, durasi sejam dua jam itu nggak bakalan cukup, bagusnya sih diangkat jadi drama berseri biar sesuai atau minimal mendekati espektasi yang ada dalam bayangan kita.
Tak heran bila banyak kawula muda yang begitu meminati bahkan sampai tergila-gila menonton K-drama, karena dramanya emang memikat seakan memiliki kekuatan magis yang menghipnotis. Alur ceritanya yang mengesankan dan nggak bisa ketebak, konflik yang muncul tiap episodenya selalu mengundang rasa penasaran belum ditambah dengan aktor/aktrisnya yang selain berwajah rupawan aktingnya juga benar-benar menghanyutkan hingga penonton ikut larut terbawa suasana di dalamnya. Dan yang pasti tidak monoton dan membosankan.
Tren demam nonton K-drama akhirnya menjadi fenomenal di negeri ini. Terutama paling dahsyat menyerang kalangan kaum hawa. Bukan hanya siswi sekolahan, mahasiswi kuliahan wanita karir hingga mamah-mamah muda juga ikut terjangkit. Tentu, muslimah yang konon udah berhijrah, udah berpenampilan syar'i, udah sering ikut kajian keagamaan, udah nggak pacaran tapi masih sering kontak-kontakan dengan lawan jenis pun tidak terhindar dari demam yang kian merajalela ini.
Menganggap nonton K-drama termasuk aktivitas yang sah-sah saja, nggak dilarang oleh agama. Toh, sebatas hiburan semata. Yap, saya kemarin-kemarin beranggapan demikian. Ngelesnya ke suami juga seperti itu.
Apa salahnya nonton drama-K. Saya nonton buat hiburan doang kok.
Sebenarnya semenjak kuliah atau lebih tepatnya ketika memutuskan berhijrah selayaknya muslimah, saya udah mulai mengurangi aktivitas nonton K-drama. Paling sesekali saja selagi ada waktu luang. Tapi sesekalinya itu lho, karena setiap nonton K-drama saya bawaannya kayak baca novel romance yang seru banget, bikin ketagihan, jadi satu-dua episode nggak cukup bagi saya. Sekali nonton saya bisa putar sampai empat episode nonstop, atau dalam sehari semalam bisa sampai melahap tujuh episode. Bayangkan sekali episode biasa menghabiskan durasi lebih dari 60 menit jadi bila dikalkulasi tiga sampai tujuh episode, ada berapa banyak waktu saya yang terbuang dalam sehari hanya untuk menonton drama-K. Astaghfirullaah.
Lantas, apa tanggapan suami ketika saya sengaja ngeles meski sama sekali tiada niatan melanggar larangannya itu.
Coba cari dan tunjukkan ke saya dalil yang membolehkan nonton drama korea. Atau silakan tanya ke murabbiyahmu deh, boleh nggak nonton drama korea? Kalau dapet dalilnya atau kalau murabbiyahnya mengizinkan boleh deh. Saya izinkan.
Ditantang suami kayak gitu saya jadi terdiam, termenung, terhenyak. Tanpa mencari atau menanyakan ke murabbiyah pun saya sebenarnya udah lama tahu jawabannya. Hati kecil saya yang bilang, yang kerap berbisik lembut setiap kali saya mulai asyik terlena dengan K-drama yang telah menjadi tontonan favorit. Tapi, dasar sayanya yang acuh dan tak peduli dengan apa kata hati. Selama ini masih condong mengikuti hawa nafsu. Mungkin karena udah kecanduan juga kali ya jadi susah lepasnya.
Tapi coba deh kalian juga tanya ke hati kecil kalian wajar nggak sih nonton K-drama? Barangkali hati kecil kalian juga bakal ngasih sentilan begini. Muslimah kok doyan nonton drama Korea.
Kenapa muslimah nggak boleh nonton drama Korea?
Pada dasarnya hukum menonton itu mubah alias boleh, meski ada sebagian ulama yang mengharamkan. Namun yang patut menjadi perhatian kita di sini adalah apakah dengan kemubahan itu mendatangkan lebih banyak manfaat atau kemudharatan dalam diri kita. Atau singkatnya apa manfaat yang kita dapatkan dari berjam-jam menonton K-drama? Ada nggak? Atau jangan-jangan lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya.
Hmm kalau saya pribadi setiap selesai dari menonton sekian banyak drama-K merasa senang, puas, terhibur karena emang rata-rata K-drama yang episodenya hingga belasan atau puluhan itu berujung happy ending. Cuma ya itu, efeknya luar biasa. Saya makin sering baperan dan pikiran saya ikutan liar. Tidak jarang saya membayangkan bahkan menginginkan kehidupan percintaan yang saya jalani nanti seperti kisah-kisah yang ada dalam drama Korea itu. Betapa so romantisnya. Duh, mustahil banget kan? Apalagi sampai berkhayal pengen punya pasangan yang gantengnya kayak oppa Lee Min Ho.
Ini nih mudharatnya. Terlebih sebagai muslimah, seharusnya kita bisa lebih menjaga haya, izzah, iffah, dan maruah kita. Jangan sampai karena doyan nonton K-drama kita jadi ikut-ikutan mengidolakan, histeria sampai tergila-gila dengan mereka yang notabenenya bukan dari kalangan Islam. Jangan sampai karena saking sukanya nonton kita sampai lalai dan luput mengerjakan kewajiban-kewajiban kita yang lain. Alangkah baiknya bila waktu luang yang ada kita alihkan dengan mengerjakan hal-hal yang lebih mendatangkan manfaat. Misal, membaca Al-Qur'an, berdzikir, menulis, membaca buku, mendengarkan murottal atau mura'jaah hapalan. Tentu, waktu luang kita itu bakal lebih produktif dibanding berjam-jam menonton K-drama.
So, bagi muslimah yang masih ketagihan nonton K-drama. Yuk, kita sama-sama belajar berhijrah secara kaffah. Bukan sebatas hijrah penampilan dan pergaulan saja. Melainkan hijrah juga dari candu-candu yang melalaikan kita dari mengingat Allah.
Lepas dari candu memang susah namun susah bukan berarti nggak bisa lepas, kan? Cukup diusahakan dan dibiasakan. Lama-lama nggak bakal kecanduan lagi kok. Yang penting ada komitmen dari dalam diri sendiri dan dukungan dari orang-orang terdekat kita, pasti bisa. In syaa Allah. Keep Hamasah😊
*notemyself
9 komentar untuk "Muslimah Kok Doyan Nonton Drama Korea"
ga suka bangat si sama DRAkor
Semua genre saya suka kalo jalan ceritany seru
Ambil yg baikny buang yg burukny 😅
Intinya buat hiburan aj
DRAkor drachin dorama Turki India drama barat Arab semua juga sama aj untuk hiburan ga sampai bucin atau menggilai pemainnya
Cukup suka akting d dramany d luar itu yaudah balik k masing masing aj
Jgn sampai apa yg kita tonton itu sampai melupakan kewajiban dan tugas sebagai istri dan peran ibu dalam mendidik agama k anak anak
.tetep no satu adalah agama .
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.