Lima Pertanyaan yang Tidak Lepas Dari Perjalanan Hidup Kamu
Semenjak menanggalkan status jomblo single, saya menyangka diri saya udah merdeka alias terbebas dari pertanyaan-pertanyaan yang menurut sebagian besar orang menyebalkan. Eh ternyata tidak, ding! Akhir-akhir ini saya mulai ditodong lagi dengan pertanyaan yang bisa bikin saya (kembali) baper dan galau. Okelah, kalimat pertanyaannya emang beda tapi maknanya jelas sama.
Lalu saya terpaksa membiarkan pikiran saya terbang ke masa-masa yang telah lewat selama tiga tahun terakhir ini. Terhitung semenjak saya mulai berhadapan dengan yang namanya skripsweet, jadi pengacara (pengangguran banyak acara, red) hingga finally dijemput oleh sang jodoh impian. Bila kalian sedang, telah atau akan berada di fase tersebut pun, saya jamin nggak bakal lepas dari lima pertanyaan yang menyebalkan ini.
UDAH NYAMPE MANA SKRIPSINYA?
Untuk pertanyaan yang satu ini saya bingung jawabnya. Pasalnya yang menentukan lancar tidaknya skripsi bukan semata-mata ditentukan oleh si mahasiswa tingkat akhirnya doang. Peran dosen pembimbing (dosbing) juga sangat berpengaruh lho. Dan tentu ada campur tangan Tuhan di dalamnya. So, kalau lagi sibuk-sibuknya kejar skripsweet jangan sampai lupa shalat dan banyak-banyak minta doa sama Tuhan ya agar dilancarkan tugas akhirnya dan dikasih dosbing yang nggak menyulitkan mahasiswanya, hehe.
Banyak kok mahasiswa tingkat akhir yang telat skripsinya bukan karena malas atau ogah-ogahan. Malah sebaliknya, semangatnya menggebu-gebu tapi gegara dosbingnya yang super sibuk, sulit ditemui, suka coret-coret dsb, alhasil perkembangan skripsi mahasiswa tersebut jadi terhambat deh.
Dan, yah saya pernah mengalami fase tersebut. Teman saya yang belakangan diterima judulnya berhasil ujian meja (munaqasyah) duluan sementara saya yang tadinya lebih dulu diterima judul masih tertahan di bimbingan skripsi karena dosbing yang . . . ah sudahlah. Saya nggak bermaksud menyalahkan si dosbing, cuma pengen bilang aja, kalau kita udah berjuang keras agar skripsi kita segera di-ACC tapi masih terkendala di dosbing dan faktor-faktor lainnya trus ada yang sok nanya-nanya "skripsinya udah nyampe mana" itu rasanya kayak pengen gigit jari deh, hehe.
Baca juga Ketika Skripsweet Ditolak Dosbing
Baca juga Ketika Skripsweet Ditolak Dosbing
Saya yakin kok, nggak ada mahasiswa yang betah "berkarat" di kampus. Semuanya pengen segera wisuda biar bisa cepat nikah kecuali yang emang nggak mau wisuda buru-buru dan masih pengen berlama-lama menyandang status mahasiswa. Ada kok type mahasiswa karatan yang kayak gini, etapi rata-rata mahasiwa normal pasti target lulusnya tepat waktu, cuma proses yang dilalui beda-beda, makanya ada yang cepat ada yang lambat. Urusan cepat lambatnya itu biarlah menjadi urusan mereka yang menjalani. Kalau nggak bisa bantu mending kita urus aja diri sendiri 😆
KAPAN WISUDA?
credit |
Tahun 2014. In syaa Allah. Begitu jawaban saya dengan pedenya kalau ada yang bertanya. Sejak awal masuk kuliah, saya emang udah target sih. Kuliah saya maksimal harus empat tahun. Nggak boleh lewat. Alhamdulillaah, target saya tercapai tepat pada waktunya, tentu setelah melalui perjuangan yang tidak hanya menguras tenaga, waktu dan biaya tapi juga air mata. Ups.
Syukurnya karena selesai tepat waktu, sesuai dengan waktu yang saya targetkan, saya nggak sampai baperan dan galau dapet pertanyaan kayak gini. Etapi karena udah ngerasain gregetnya nyeseknya ditanya-tanya soal skripsi dan karena bimbingan skripisi saya juga sempat terhambat so that saya seolah bisa merasakan pedesnya pertanyaan kapan wisuda yang ditujukan kepada mahasiswa yang belum berhasil mengenakan toga.
Proses yang dilalui mahasiswa tingkat akhir emang nggak semua sama. Wong jenis penelitian dan dosbingnya aja beda-beda. Ditambah banyak faktor-faktor lain yang ikut memengaruhi proses mereka menuju wisuda. Entah itu terhambat dari bimbingan skripsi di dosbingnya, di penelitiannya, pengurusan administrasi yang ribet atau dari mahasiswanya sendiri. Apa pun hambatannya yang pasti setiap mahasiswa bakal wisuda kok asal nggak nyerah aja dengan skripsinya. Ya, daripada menambah beban dengan pertanyaan yang nggak bermutu mending kita bantu semangatin mereka. Fighting😉
Baca juga Suka Duka Menuju Wisuda
Baca juga Suka Duka Menuju Wisuda
KERJA DIMANA?
Semasa masih menyabet status mahasiswa tingkat tua kita sering diteror dengan pertanyaan "kapan wisuda". Giliran udah berhasil mengenakan toga dan menyabet gelar sarjana eh kita masih diteror dengan pertanyaan yang tak kalah ngenesnya. Uhft.
Saya awalnya santai aja nanggapin pertanyaan yang satu ini. Kalau ada yang nanya kerja di mana, saya malah pengen jawabnya di rumah, hehe. Lepas wisuda saya emang pengennya kerja di rumah aja. Mau jadi IRT bukan Ibu guru. Tapi karena keseringan ditanya, belum lagi terciprat hawa panas karena teman-teman yang lain udah pada kerja ditambah orang tua yang menghendaki anaknya yang udah disekolahkan tinggi-tinggi bisa dapet kerjaan yang mapan, saya jadi risih sendiri, lama-lama kerisihan saya berubah galau bin dilema.
Baca juga Mengejar Mimpi Pasca Wisuda
Pertanyaan "Kerja dimana" seolah menjelma beban yang harus saya pikul kemana-mana. Yap, ternyata wisuda bukanlah akhir dari segala-galanya dan sarjana barulah awal dari segala-galanya. Belum wisuda jadi beban, udah wisuda pun makin nambah beban pengangguran di negeri ini. Mana cari kerjaan sekarang juga nggak gampang. Haha. Jadi serba salah, kan?😂
KAPAN NIKAH?
Sarjana udah. Kerja juga udah. Nikah? Eng ing eng. Pertanyaan kapan nikah atau kapan nyusul sebenarnya udah basi banget. Iya nggak? Herannya orang-orang masih doyan bertanya kayak gitu. Saya dengarnya aja udah muak.
Menurut saya ini pertanyaan yang paling horor dibanding tiga pertanyaan sebelumnya. Yap, gimana nggak horor kalau yang bertanya cuma asal nanya sementara yang ditanya nggak tahu jawabannya. Boro-boro tahu tanggal nikahannya, calon aja nggak punya, huhu.
Selain horor, ditimpuk pertanyaan kayak gini juga kadang bikin saya baperan. Bukan apanya sih, namanya wanita apalagi yang masih singelillaah rentan banget bawa-bawa perasaan. Jangankan ditanya kapan nikah, dapet undangan nikah temannya aja dia udah baper duluan, ke walimahan baper, stalking profil medsos temannya yang udah nikah, baper, lihat teman-temannya pada jalan dengan pasangan masing-masing, baper lagi. Pokoknya bapernya nggak ketulungan deh. Kalau udah gitu, dia cuma berdoa kuat-kuat dalam hati. "Oh Tuhan, giliran saya kapan?"😢
Tuh kan, dia aja nanya ke Tuhannya trus kita masih suka nanya-nanya pertanyaan yang jawabannya wallaahu a'lam (baca; Hanya Allah yang tahu). Please deh!
Baca juga Basa Basi Nikah
Baca juga Basa Basi Nikah
UDAH ISI BELUM?
credit |
Dan ternyata status menikah alias nggak jomblo singelillaah lagi tidak berhasil memerdekakan saya dari pertanyaan sejenis yang efeknya benar-benar sangat bisa memengaruhi pikiran dan perasaan saya.
Coba deh bayangin. Ada sepasang suami istri yang begitu mendamba hadirnya buah hati namun sekian tahun lamanya Allah belum jua memberikan "amanah" itu dalam rumah tangga mereka trus kita dengan entengnya ceplas ceplos bertanya, "udah isi belum?" Kira-kira apa yang mereka rasakan?
Saya dan suami baru membina rumah tangga setengah tahun, belum genap setahun, belum ada apa-apanyalah dibanding pasangan lain yang telah menanti momongan bertahun-tahun lamanya. Namun di usia pernikahan kami yang masih berbilang bulan aja hati saya rasanya udah mulai sensitif gimana gituu bila ditanya masalah isi di perut saya, apalagi mereka yang pernikahannya telah berbilang tahun dan belum punya anak.
Baca juga Tuhan Selalu Tahu yang Terbaik buat Hamba-Nya
Baca juga Tuhan Selalu Tahu yang Terbaik buat Hamba-Nya
Well, misalkan saya telah diamanahi buah hati (aamiin) pun pertanyaan-pertanyaan yang bermakna serupa dari orang-orang sekitar masih tetap akan meneror. Misal; si anak lahirannya normal atau caesar? Anaknya giginya udah berapa? Anaknya udah bisa jalan belum? Ainaknya ada berapa? Kok cuma satu? Kok nggak mau nambah anak lagi? Dan bla bla bla.
Pertanyaan-pertanyaan yang demikian nggak bakal habis-habisnya meneror kita. Kenapa? Ya mungkin karena dasarnya manusia emang suka bertanya kali yee, hehe. Baiklah, sejauh pengamatan saya setidaknya ada tiga alasan yang bikin orang-orang doyan mengajukan lima pertanyaan menyebalkan kayak di atas.
1. KEPO
Kepo alias serba ingin tahu apa aja. Dari hal-hal yang gaje sampai yang nggak penting-penting amat. Termasuk semua hal yang bukan menjadi urusannya pun pengen di-kepo-in.
Orang yang tukang kepo emang selalu ingin tahu kehidupan orang-orang di sekitarnya. Entah mereka bertanya sekadar memuaskan hasrat kepo-nya atau dengan maksud-maksud tertentu. Kalau maksud keponya baik sih nggak masalah. Misal; keponya karena emang beneran pengen tahu kabarnya kita dan pertanyaannya itu sebagai bentuk care-nya dia sama kita. Tapi ada juga sih orang yang sengaja kepo dengan maksud jelek. Pengen membanding-bandingkan kehidupannya dengan kehidupan kita, udah gitu dia ceritakan hasil kekepoannya pula ke orang lain. Ckck.
2. BASA-BASI
credit |
Nggak ada yang salah sih dengan basa-basi , yang salah itu kenapa orang-orang menjadikan pertanyaan yang menurut saya sifatnya sensitif semacam kapan wisuda, kapan nikah, udah isi belum dan bla bla bla ke dalam obrolan basa-basi. Padahal masih banyak kok pertanyaan lain yang lebih general nggak personal dan menyudutkan pihak yang ditanya. Iya, kan banyak yang bertanya kayak gitu sebatas basa-basi doang.
Kan nggak lucu ya, Lo ke pesta dan dapet kenalan baru di sana trus dia tiba-tiba langsung nodong lo dengan pertanyaan udah nikah belum? Kapan nyusul. Basi banget kan? Atau lo udah lama nggak ketemuan sama teman seangkatan lo sekalinya reunian eh dia langsung nyergap lo dengan pertanyaan udah punya anak berapa? Gleg.
Basa-basi sih boleh-boleh aja tapi nggak usah berbasa-basi yang bikin basi. Nanya tentang kapan nikah, kapan nyusul, kapan punya anak dll itu udah basi banget lho. Seriusan. Jadi kalau masih ada yang nanya kayak gitu coba balik nanya.
Emang masih jaman ya nanya-nanya kayak gitu😮
3. KEBIASAAN
credit |
Bahkan tanpa disadari pun, kadang kita sendiri juga suka ikut-ikutan bertanya demikian. Iya nggak? Hehe. Niatnya mau balas dendam mungkin, dulu kan kita yang ditodong-todong dengan serentetan pertanyaan tersebut, sekarang, giliran kita lagi yang nanya ke genarasi di bawah kita. Biar mereka bisa merasakan betapa tidak enaknya ditanya-tanya pertanyaan yang bikin hati jadi kelabakan, haha. Lha, ini kok kayak tradisi MOS di sekolahan yaak, hihi.
Intinya sih, menurut saya kebiasaan mengajukan pertanyaan yang sensitif sebatas untuk kepo (pengen tahu aja) dan basa-basi doang termasuk bad habbits. Nggak baik dipelihara. Efeknya emang nggak ngaruh apa-apa sama sekali ke kita tapi ke orang yang kita tanyain, dampaknya bisa besar lho! Atau bila kita berada di pihak yang ditanya, pasti kita udah ngerasain sendiri betapa menyebalkan ditanya-tanya dengan pertanyaan yang kadang kita sendiri bingung jawabnya karena kita emang nggak tahu jawabannya.
Ibaratnya lo kayak ngasih pertanyaan tingkat mahasiswa ke anak TK. Gimana seorang anak TK bisa menjawab pertanyaan tersebut kalau dia aja belum kuliah😕 You know that, Anak TK tersebut baru bisa menjawab pertanyaan tingkat mahasiswa itu kalau dia udah kuliah di perguruan tinggi.
Mana kita tahu kapan kita akan wisuda, kapan kita nikah, kapan kita kerja, kapan kita punya anak, bahkan kapan kita akan mati kalau kita sendiri belum tiba di masa itu. Masa depan manusia sepenuhnya masih merahasia. So, yang bisa kita lakukan hanyalah tetap berdoa, berikhtiar dan tawakal.
In syaa Allaah, Takdir Tuhan akan Datang di Waktu yang Tepat😊
20 komentar untuk "Lima Pertanyaan yang Tidak Lepas Dari Perjalanan Hidup Kamu"
Tp nyantai sih..hi2..anggep basa basi aja.
Soalnya kan kdng bingung mo nanya apaan..
Pernah ditanya kapan hamil? padahal sy abis keguguran..hiks. Giliran hamil, mereka bilang, nah gitu dong kan enak biar nggak sepi..mungkin mereka kurang kerjaan aja sih..hehe
tenang..tenang.. semua akan indah pada waktunya..
dulu ku jg begitu.. hehe
barangkali beliau punya solusi atau skdar masehat buat kita biar bisa enjoy nulis skripsi.. gtu jg ditanya kapan nikah..brngkali yg nanya pnya calon buat kita.. #eaaaaangarep😅😅😅
Dan, sekarang masih ditanyain, kapan hamil lagi? (lirik usia udah kepala 4 plus), senyumim ajaa...
Btw, salam kenal yaaa...
#becanda
ya, pada dasarnya semua itu kan karna alur kehidupan yang masih dalam keadaan normal.
kan gak ada to kak pertanyaa, eh kapan sakit, eh kapan ninggal di depan orangnya langsung?
Sambil muhabasah, apa jangan-jangan dulu juga pernah nyakitin orang dengan pertanyaanku 😢
Tanya balik aja, 'lu kapan mati?'.
Wkwkwkwk xD
Sama sih soalnya, bergantung pada ketetapan Allah. Nah nunggu kapan nikah, kapan mati.....di waktu2 penantian itulah gimana kita bisa survive buktikan kalau kita ini single available yg berkualitas huehehe.
Tapi kalau soal kapan kerja, kapan nikah sama kapan isi, wah itu nda pernah lagi saya mau tanyakan.
Nda enak dan nda etis hahaha
Mungkin juga saya pernah khilaf bertanya seperti itu. Kapan skripsimu beres, tapi seingat saya pertanyaan itu saya ajukan ke anak, dompet emaknya sudah mulai menipis sebenarnya hahaha...
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.