Ada Apa Dengan Jilbab Syar'i
take picture via Instagram |
Emangnya ada apa dengan jilbab syar'i? Ya, nggak apa-apa sih. Cuma pengen ngelanjutin aja postingan saya tentang jilbab syar'i yang di jaman now telah menjadi tren muslimah kekinian.
Dulu, setiap melihat wanita-wanita muslimah berjilbab syar'i panjang nan lebar, tahu nggak apa yang terbetik di benak saya? Ibadahnya rajin, akhlaknya menawan, keshalihannya melangit. Wah, saking perfectnya wanita-wanita muslimah yang berbusana demikian dalam pandangan saya. Bahkan saya sampai mengira wanita-wanita muslimah yang mengenakan jilbab panjang nan lebar itu adalah wanita-wanita yang jauh dari dosa. Mereka suci, mereka alim, mereka shalihah. Jaminan surga mungkin sudah ada dalam genggaman mereka.
So that, saya yang diam-diam kagum dan terpesona pun ingin berbusana layaknya wanita-wanita muslimah itu namun terhalang oleh perasaan tak pantas karena merasa diri belum menjadi wanita yang sempurna baik, masih sering berbuat dosa, akhlak saya juga masih belum sepenuhnya karimah. Pokoknya banyaklah pertimbangan-pertimbangan yang bikin saya nggak berani mengambil langkah hijrah dengan mengubah penampilan berjilbab saya yang masih alakadarnya.
Barangkali yang saya rasakan ketika itu persis dengan wanita-wanita yang mengaku muslimah namun masih enggan menutupi aurat dengan alasan yang sama. Alasan yang semacam ini persis tidak ada duanya dengan mereka yang berdalih mau hijabin hati dulu baru hijabin diri. Percuma kan kalau memutuskan berjilbab tapi akhlak masih jelek, sering berbohong, doyan bergosip, suka nenyebar fitnah, bebas bergaul dengan lawan jenis, dll.
Seolah-olah jilbab hanya pantas dikenakan oleh muslimah suci yang nggak pernah berbuat dosa. Etapi buktinya, meski sudah berjilbab saya tetap merasakan hal serupa. Jilbab alakadarnya yang telah saya kenakan bertahun-tahun toh tidak bikin saya terhindar dari kekhilafan berbuat dosa, saya pun tak pernah menganggap diri saya suci, akhlak saya sudah sempurna, keshalihan saya sudah tak dipertanyakan lagi. Aih, saya masih jauh dari kata baik meski begitu saya tetap berjilbab karena mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan setidaknya dengan mengenakan jilbab sebagai busana sehari-sehari itulah bentuk usaha saya untuk menjadi muslimah yang baik.
Ketika akhirnya saya berani berhijrah dengan memesiunkan semua jilbab saya yang alakadarnya lalu mengganti dengan jilbab yang menjuntai ke seluruh tubuh berupa gamis dan khimar yang panjangnya melebihi dada, saya baru tersentak, ternyata penilaian saya terhadapap wanita-wanita muslimah yang berjilbab panjang nan lebar adalah keliru besar.
Kenapa?
Ya karena nggak ada manusia di dunia ini yang nggak pernah berbuat dosa. Nabi-nabi utusan Allah saja pernah terjerumus dalam dosa. Nabi Adam as yang diusir dari surga karena memakan buah terlarang, nabi Musa as pernah membunuh, nabi Yunus as yang ditelan ikan paus sebagai hukuman dari Allah karena meninggalkan kaumnya. Bahkan Nabi Muhammad saw pun pernah ditegur oleh Allah di QS Abasa : 1-11 karena telah bermuka masam dan mengabaikan seorang buta yang tua yang bernama Abdullan bin Ummi Maktum.
Well, kita tahu nabi-nabi utusan Allah itu ma'sum (terjaga dari kemaksiatan). Namun bukan berarti dengan kema'suman itu mereka tak pernah luput dari berbuat salah. Mereka juga manusia biasa yang sama seperti kita cuma bedanya setiap kali para nabi berbuat kesalahan mereka langsung ditegur oleh Allah dan langsung bertaubat sehingga Allah mengampuni dan mereka pun terbebas dari dosa-dosa. Oleh karena kema'suman hanya dimiliki para nabi sehingga hanya mereka pulalah yang mendapat jaminan surga.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ÙƒُÙ„ُّ بَÙ†ِÙŠ آدَÙ…َ Ø®َØ·َّاءٌ ÙˆَØ®َÙŠْرُ الْØ®َØ·َّائِينَ التَّÙˆَّابُونَ
Setiap anak Adam pasti banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah mereka yang banyak bertaubat. [HR. Ibnu Mâjah, dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ; dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam al Misykah dan Shahîh Sunan Ibni Mâjah]
Selain para nabi, tidak ada manusia yang ma'sum. Artinya tidak ada manusia yang mampu terhindar dari perbuatan dosa. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk para alim ulama, syeikh, kiai, ustad, pendakwah, dll. Apalagi kita yang masih awam dengan agama? Duh, bagaimana mungkin menganggap diri baik sementara dosa-dosa kian bertambah tiap harinya.
Namun seperti yang disabdakan Rasul sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah yang banyak bertaubat.
Nggak bisa dipungkiri, ketika saya telah berhijrah dan menutup aurat dengan busana muslimah yang sesuai syariat, penampilan saya yang terkesan alim dan agamis itu sama sekali tidak menunjukkan kalau saya sudah sempurna baik, sudah nggak pernah berbuat dosa lagi, sudah sucilah istilahnya. Sungguh, sungguh keliru sekali jika ada yang berpandangan demikian.
So, siapa bilang hanya wanita-wanita baik, wanita-wanita suci, wanita-wanita yang tak pernah berbuat dosa yang berhak menutup aurat. Kalau menunggu akhlak sempurna dulu baru mau menutup aurat (dengan berjilbab panjang nan lebar) niscaya tak seorang muslimah pun yang pantas berjilbab (sesuai syariat).
Bahkan wanita yang telah sempurna jilbabnya pun belum dapet jaminan masuk surga, apalagi yang belum berjilbab atau sudah berjilbab tapi masih pas-pasan atau malah bongkar pasang. Astaghfirullaah. *reminder
#ODOPOKT11
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia
2 komentar untuk "Ada Apa Dengan Jilbab Syar'i"
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.