Puasa aku baru sepekan saat menulis
catatan ini, ketinggalan banget yah padahal yang lain puasanya udah dua
pekan. Kalau dari hari pertama ramadhan aku berpuasa, pastinya juga
puasaku udah 15 dong. Tapi beginilah nasib sebagai seorang perempuan
yang tiap bulan rajin disamperin sang tamu istimewa. Ketika tamu
tersebut datang 'haram' hukumnya bagiku berpuasa. Dan sayang beribu
sayang, bulan juli ini tamunya datang tepat di awal memasuki ramadhan.
Senang sih senang, asyik gak bangun sahur, gak puasa, gak tarwih, gak
tadarrus, gak ngabuburit. Namun senang yang kurasakan itu sungguh tiada
sebanding dengan kepedihan dan kesedihan yang tak terbendungkan lagi.
Ngenes banget deh. Yang lain pada bahagia menyambut datangnya bulan
ramadhan, sedang aku terpuruk sedih seorang diri dalam kamar kos, yang
lain udah pada pergi tarwih aku malah asyik ber-line- ria, yang lain
pada bangun sahur aku masih 'iler' di tempat tidur hingga matahari sudah
tinggi, dan ini yang paling tragis yang lain pada nahan lapar dan haus
cuma sampai maghrib dengan niat berpuasa, aku yang gak berpuasa, udah
gak makan sahur, siangnya juga gak makan bahkan sampai malam, yang lain
udah pada berbuka, lalu aku? biar setetes air pun belum membasahi
kerongkongan. Sungguh terlalu.
Yup,
selama belum diperbolehkan berpuasa di ramadhan kali ini, aku
benar-benar udah mendzalimi diri sendiri, orang yang berpuasa aja sehari
bisa makan tiga kali, lha aku dalam sehari cuman makan sepiring doang.
Gak tahu kenapa, sejak kehadiran 'tamu istimewaku' di bulan juli yang
datang bertepatan dengan awal ramadhan, aku malas makan lebih tepatnya
malas masak, siangnya mau keluar cari makanan eh warung-warung semua
pada tutup. Selain berdalih dengan alasan tersebut, alasan sebenarnya
sih karena aku sendiri yang gak terlalu bernafsu makan. Gimana mau
bernafsu, kalau makan sepiring sendiri, tanpa ada yang menemani. Ngenes
banget kan. Teman-teman sekelasku udah pada pulang ke kampung
masing-masing, ramadhan pertama mereka lalui bersama keluarga tercinta,
sementara aku yang melewati ramadhan tanpa keluarga berhasil membuat
perutku keroncongan lebih parah daripada orang-orang yang berpuasa.
Kalau kayak gitu, mending aku puasa, biar lapar dan haus yang sengaja
kutahan-tahan berberkah, setidaknya orang berpuasa dapet pahala,
daripada dapat bonus dari Allah diliburkan puasa, malah milih gak makan
sehari-semalam, jadi boro-boro mau dapat pahala. Itu namanya nyiksa diri
sendiri.
By
the way, tadi aku sempet singgung kalau umat islam di Indonesia ada
yang puasanya sudah masuk dua pekan, ada juga yang puasanya udah mau
lewat angka 15. Lho kok bisa? Padahal sama-sama islam, kok puasanya gak
barengan? Mengenai hal tersebut, jangan ditanya lagi. Hampir tiap tahun
di negeri kita tercinta, puasanya sering gak bersamaan. Kayak terpecah
gitu, padahal kita sama-sama islam. Lantas kenapa puasanya gak barengan
aja sih, kenapa ada pihak-pihak tertentu yang bertolak belakang
dengan keputusan pemerintah yang telah menetapkan awal ramadhan jatuh
tanggal sekian. Menanggapi hal tersebut, banyak persepsi diluaran sana
yang mungkin berpandangan negatif terhadap "pihak-pihak" yang membuat
keputusan sendiri. Sebut saja Muhammadiyah, sebagai salah satu
organisasi Islam terbesar di Indonesia, penentuan awal Ramadhan atau
Syawal yang ditetapkan oleh Muhammadiyah sering bertentangan dengan
pemerintah. Sekalipun bertentangan dengan pemerintah bukan berarti
bertentangan dengan ajaran Islam. Pemerintah punya dalil, Muhamadiyah
pun punya dalil. Setahuku dalil yang digunakan baik Pemerintah maupun
Muhammadiyah dalam menetapkan awal bulan bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadis, maka tidak patut deh untuk kita saling menyalahkan satu sama
lain. Masalahnya cuma terletak pada perbedaan mereka, para pemuka agama
dalam menafsirkan ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkenaan dengan
masuknya bulan puasa serta lebaran. Para ulama dulu pun tak jarang
berbeda pandangan, apalagi dengan ulama-ulama sekarang. Aku pikir
perbedaan merupakan hal yang wajar, gak ada yang salah kok. Mau ikut
Muhammadiyah atau pemerintah, itu hak kita tapi kalau boleh jangan cuma
selamanya memilih menjadi masyarakat awam yang pinternya cuman
berkoar-koar memihak yang satu dan menyudutkan yang lain padahal aslinya
gak tahu apa-apa, jangan cuma ikut-ikutan doang, setidaknya tahulah
dalilnya dan alasan kalau kita memilih ikut muhammadiyah, mengapa
muhammadiyah dalam menetapkan masuknya bulan menggunakan hisab atau jika
ikut pemerintah musti tahu dalil serta alasan kenapa pemerintah
menetapkan jatuhnya bulan ramadhan maupun syawal dengan melihat hilal.
Setidaknya ketika ditanya kenapa ikut pemerintah, kenapa ikut
muhammadiyah; kita punya jawaban tersendiri berdasarkan dalil yang
kita yakini, bukan sekadar asal ngikut. Mana yang benar? wallahua'lam
deh, bukan urusan kita mengklaim mana yang benar, mana yang salah
karena kebenaran itu datangnya dari Allah azza wa jalla, only Allah who knows.
Sekian
prolognya, sengaja aku singgung masalah yang kayaknya udah "basi"
dibahas, apalagi ini udah masuk pertengahan ramadhan, padahal bukan itu
inti topik dari catatanku kali ini. Kenapa aku menyisipkannya?
jawabannya sih karena ini postingan kali pertama aku di bulan ramadhan
1434 H ini. Jadi kalau para blogger yang lain udah sering-sering
memposting catatan bertemakan ramadhan, aku baru sempat nih nulisnya,
maklum bulan ini aku lagi sok sibuk gitu ngurus judul skripsi aku yang
alhamdulillah udah di acc plus SK pembimbingku juga udah keluar *sekedar
info*. Sebelumnya emang udah ada niat kalau mau nulis catatan pertama
bertemakan ramadhan bakalan nyinggung hal di atas tanpa bermaksud
mengulasnya. Cuma menyinggung lho.
Nah, inti catatan ini sengaja aku tulis special untuk diikutkan dalam best article of Blogger Energy, mengenai kisah cinta
di bulan ramadhan. Dari sekian banyak kisah ramadhan yang telah
kulewati tiap tahun, selalu terselip kesan-kesan indah yang rasanya
sulit kuterjemahkan dengan kata-kata. Pokoknya bagiku ramadhan adalah
bulan yang paling indah. Tiada bulan lain yang mampu menandingi
keindahan bulan ramadhan. Apalagi kata Allah, Ramadhan dijadikan sebagai
bulan special bagi orang-orang beriman, dimana hanya di bulan ramadhan
Allah menganugerahkan satu malam yang kemuliaannya lebih baik dari 1000
bulan, tentunya yang bisa merasakan kemuliaan malam yang dinamai lailatul-qadr adalah
hamba-hamba-Nya yang benar-bener taat. Pengen juga merasakannya, tapi
baru belajar taat nih. Tidak hanya itu semua amal ibadah kita bulan ini
dilipatgandakan lho makanya ramadhan seharusnya menjadi momen yang
tepat buat kita terkhusus diri pribadi agar mengumpulkan pundi-pundi amal baik
sebanyak-banyaknya. Selain sebagai momen yang tepat untuk beramal
banyak, ramadhan juga semestinya menjadi momen yang paling tepat untuk
berkumpul dengan keluarga. Kesannya itu lho, berasa banget. Buka puasa
bareng, sahur bareng, tarwih bareng, mana bisa aku melupakan
momen-momen ramadhan yang tak pernah tak meninggalkan kesan berarti
dalam hidupku. Tiap tahun aku ramadhannya selalu bersama keluarga, sama
mama, papa dan saudara-saudaraku. Kalaupun ada tahun dimana aku gak bisa
puasa bareng mereka, itupun karena aku harus merantau ke pulau seberang
dan terpaksa tinggal berjauhan dari orang tua, mereka di pulau Papua,
aku nya di Pulau Sulawesi.
Yah ,namanya juga demi
menuntut ilmu. Teman-teman sekelasku sih enak, kampung mereka dekat
dengan kota Daeng, tempat kami menuntut ilmu. Setidaknya mereka gak
sampai naik kapal selama 5 hari 5 malam, cuma naik mobil dengan
perjalanan gak sampai seharian, paling-paling sekitar 5-6 jam doang. Beginilah konsekuensinya, aku yang milih melanjutkan study jauh
dari kampung kelahiran, jadi kalau saat ini aku gak bisa melewati
ramadhan bersama keluargaku, mau gak mau aku harus terima dengan lapang
dada. Kalau jauh kan bisa lewat udara, paling cuma makan waktu sejam atau dua jam perjalanan naik pesawat? Iya
sih, maunya juga gitu, tapi sayang aja uangnya mending dipakai buat
pembayaran kuliahku yang sisa dua semester, lagian juga aku tinggal
setahun doang di Kota daeng. Insya Allah tahun depan udah mengenakan
toga dan kembali ke kota Serui tercinta.
Eniwei,
Ramadhan tanpa keluarga memang menyisakan kehampaan, rasanya ada yang
kurang, namun tanpa kehadiran mereka tidak mesti aku jadikan ramadhan
ini berwarna kelabu. Seperti sudah kukatakan, bagiku ramadhan adalah
bulan yang paling indah. Tidak bisa melewati ramadhan bersama keluarga,
alhamdulillah Allah masih meninggalkan orang-orang yang bernasib sama denganku. Meskipun tidak semua dari mereka adalah teman kelasku, tapi karena kami sejurusan dan sama-sama bergabung di Matrix SC, salah satu kelompok belajar matematika, kami jadi saling mengenal kemudian akrab sehingga di kota perantauan ini, aku sudah menganggap mereka sebagai keluarga sendiri, selain teman-teman kelasku tentunya. Dan dari sekian ratus warga Matrix SC di ramadhan kali ini hanya ada beberapa kepala yang masih betah dan bertahan di kota Daeng yang lainnya sudah pada pulang kampung. Jadilah kami yang tersisa bersepakat untuk mengadakan acara BUBAR MATRIX SC di hari ketiga ramadhan versi pemerintah. Yup, acara buka puasa bareng MATRIX SC termasuk hal berkesan bagiku di ramadhan kali ini, sehingga kisah ini yang hendak aku tuturkan, mumpung kisahnya masih hangat walau agak telat postingnya. Berhubung cuap-cuapku sudah kebangetan, khawatirnya akan semakin panjang kali lebar sehingga meluas dan berefek samping membuat para membaca mulutnya berbusa maka kisah di bawah ini akan aku suguhkan dengan menayangkan
beberepa kenangan yang sudah kuabadikan via jepretan dengan sedikit pendeskripsian.
***
Jumat, 12 Juli 2013
Di suatu sore nan mendung, beberapa anak manusia berkumpul di Sekret Matrix SC yang letaknya tepat berhadapan dengan kampus UIN ALAUDDIN Samata. Hujan sedari pagi tidak menyurutkan langkah anak-anak tersebut untuk menghadiri acara buka puasa bersama. Bersyukur, sebelum ke sekret, seharian aku nongrong di kampus, dan bukan suatu kebetulan aku singgah di Perpustakaan dan berpapasan dengan Dhy, teman akrab aku di Matrix. Langsung aja aku ajak tuh anak ikut acara berbuka di sekret meskipun dia bilang lagi gak puasa. Sama dong, aku juga belum puasa, but no problem, yang penting datang ikut meramaikan, lumayan kan bisa makan gratis, hehe. Oh yah, Dhy bilang seharian itu dia belum makan, waah perutkuku juga sebenarnya sudah mengamuk sejak pagi tapi di kampus semua kantin gak ada yang buka. Ternyata benar kan, nasib orang tidak berpuasa lebih parah dibandingkan orang yang berpuasa. Acara buka bareng kami ini, sejujurnya tidak ada persiapan sama sekali. Aku yang di bidang humas cuma kebagian job menyebarkan informasi, selebihnya mengenai urusan konsumsi i don't know. Terbukti, sesampai di sekret penghuninya pada santai, gak ada yang sibuk di dapur, terlebih tak ada tanda-tanda mau buat acara berbuka. Ternyata menu berbuka puasa kami hari itu telah disponsori oleh senior kami yang dengan ringan tangan menyerahkan dua lembar uang berwarna merah yang segera kami sulap dengan membeli beberapa menu berbuka ala kadarnya. Alhamdulillah yah:)
|
ini dia menu berbuka kami, serba instan |
|
ceweknya sibuk ngatur-ngatur, cowoknya malah asyik ngeliatin |
|
si ketua kami lagi narsis dengan es buah-nya |
|
sambil menyiapkan berbuka tak lupa berpose haha |
Iya, ceweknya cuman aku dan Dhy. Makanya setelah beberapa cowok yang ditugaskan berburu makanan berbuka pulang membawa berbagai jenis kue yang semuanya serba jadi alias dibeli, gilirin aku dan Dhy yang sibuk ngatur-ngatur makanannya. Berikut ini cuplikan saat-saat kami menanti berbuka puasa.
|
tarara, makanannya udah siap |
|
udah pada ambil tempat masing-masing nih |
|
pak ketua kami yang akan memimpin acara BUBAR haha |
|
peace kanda |
|
duuuh, kapan bukanya sih, gak nahan lagi nih >,< |
|
|
|
ayo berpose, senyumnya Dhy manis yah :-P |
|
daripada ngeliatin makanannya mending sini liat kamera haha |
|
tssstt, cowoknya pada serius nyimak makanan masing-masing |
|
kuenya untuk sepiring berdua, asyiiikkk |
Alhamdulillah setelah sekian menit menunggu, di radio menggema doa berbuka puasa, tanpa ba bi bu si ketua segera memimpin dan tanpa perlu dikomando tangan-tangan itu sigap meraih kue yang cukup lama menganga dihadapan mereka. Aku dan Dhy yang gak berpuasa juga gak mau ketinggalan dong.
|
wuidih dalam sekejap kuenya hampir ludes |
|
piringnya ikutan ludes yah ckckck |
Menu berbuka puasa kami ala kadarnya, tapi siapa sangka tidak sampai 10 menit piringnya bersih euyy, es buahnya juga laris manis. Selanjutnya karena perut sudah terisi giliran ruh yang mau dikasih makan, Jangan sampai berbuka menghalangi shalat maghrib:)
|
si ketua yang jadi imam |
|
kalau ada yang liat ke kamera aku pasti ngakak, syukurnya semua tampak khusyuk |
***
Hari itu memang bukan kali pertama aku ikut acara buka puasa, namun selama tiga tahun tinggal di Kota Daeng baru kali itu aku ikut acara buka puasa bersama orang-orang yang tak pernah kukenal di kehidupanku sebelumnya. Entah kapan momen serupa akan terulang, mungkin tahun depan, dua tahun kedepan atau bahkan tidak akan pernah lagi? Bisa berbuka puasa dan melewati awal ramadhan dengan mereka yang berasal dari berbagai penjuru daerah. sempat membayangkan pun tidak. Allah yang mempertemukan kami dalam suatu wadah, tempat kami menampung inspirasi, aspirasi dan gagasan-gagasan kami. Wadah dimana kami saling berbagi satu sama lain. Bukan hanya tentang matematika, juga tentang arti kebersamaan. Pokoknya hari itu aku senang banget, meskipun kebanyakan yang hadir cowok namun kehadiran mereka sedikit mengobati kerinduanku pada orang tua serta saudari-saudariku kala menyadari bahwa aku tidak sedang melewati ramadhanku sendiri di sini. Dengan makanan ala kadarnya pun mengingatkan aku akan nasehat mama pada anak-anaknya, "puasa itu sayang, bukan melatih kita untuk balas dendam karena seharian tidak makan dan minum, puasa melatih kita agar dapat merasakan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita di luar sana yang sehari, dua hari jarang menyentuh nasi, bersyukurlah nak". Jika ditanya mengapa kisah hari itu termasuk
kisah berkesan bagiku di ramadhan kali ini, maka aku akan menjawab,
sungguh kebersamaan itu akan selalu terasa indah, sekalipun hangatnya
tak sehangat saat ramadhan bersama keluarga namun setidaknya aku
masih bisa merasakan sepercik kehangatan.
Sekian kisah ini tertoreh
Makassar, 14 Ramadhan 1434 H
10 komentar untuk "Sepenggal Kisah di Ramadhan Kali ini"
seru bgt bareng-bareng gitu kak
kalau boleh saran, font tulisanmu agak kekecilan dan rengket rengket gitu, bisa di agak besarin terus dikasih variasi gitu cc biar nggak monoton :)
.........................
yagak kak zhie?
tapi menurut gue sih nggak puasa itu kaya kurang afdol, apalagi di bulan ramadahan yg penuh barokah ini.. ceilehhh
thanks ya hehe
prolognya curhatan anak wanita rantauan dibulan ramadhan banget :))
sempet tuh dibahas diwhatsapp BE masalah tanggal penentuan puasa hahaa ya beginilah
alangkah lucunya negri ini ,toh kita sama2 berpedoman 1 Al-Qur'an kan hmmm
asik buka bareng gitu :D rameeekk
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.