Monolog; Pada(Nya)
Petang menjemput pekat. Kaca di mataku retak, membentuk butiran-butiran kristal lalu jatuh bergelimpangan, membanjiri pipi.
Tersedu-sedu, aku mulai mempertanyakan posisiku. Dimana seharusnya aku berada, dalam ruang yang entah gelap entah terang. Gamang. Aku meyakinkan diri dengan (selalu) memercayai-Nya. Selama ini, Dia lah satu-satunya yang teramat baik padaku. Menganugerahiku nikmat, mencukupkan keperluanku pun memberiku segala-galanya. Lalu, mana berani aku meraguinya? Aku hanya mempertanyakan; keberadaanku. Masih pantaskah? masih layakkah? Masih sudikah?
Kau tentu tahu, siapa Dia yang aku maksud. Tak perlu lah aku terangkan padamu tentang Dia yang aku harap. Semoga setelah ini, kau (aku) akan lebih dalam mengenali-Nya, tidak lagi sedangkal yang sudah-sudah. Hanya dengan begitu, kita akan mengenali (diri) kita.
Lihatlah? ini adalah sebuah keajaiban. Saat sabit mulai menampakkan pesonanya, lalu bintang-bintang ikut merona, menghias langit. Tidak lebih dari seperempat jam setelah tanya itu menggaung; Dia memberiku sebuah jawaban, serupa langit malam ini. INDAH. Bahkan, meski aku tak menengok keluar jendela.
Jawaban yang indah itu, apa kau tahu? Apa kau bisa menerkanya? Ah, kau boleh anggap ini isyarat atau semacam pertanda. Tentu, aku tidak sedang mengada-ngada. Aku bicara tentang kebenaran, dan Dia adalah kebenaran itu.
Mataku sudah sembab ketika menelusuri huruf-huruf suci yang tanpa aku sadari, Dia; melalui huruf-huruf suci itu telah menuntunku menemui jawaban tentang keberadaanku. Dimana seharusnya aku memposisikan diri.
(Az-Zumar):53 - Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Az-Zumar):54 - Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)
:')
Jika kau pahami benar dua ayat di atas maka kau akan merasakan satu hal; Duhai, betapa besar kasihNya Allah. RahmatNya luas tak berhingga. Bahkan ketika kau masih saja lalai dari mengingatNya, kerapkali mengkufuri nikmatNya pun tak jarang mendzolimi dirimu sendiri. Lalu setelah semuanya terjadi mengapa masih tetap berpaling saat Dia dengan nyata-nyata memanggilmu kembali.
Tak peduli dengan dosa-dosamu yang sudah tak berbilang jumlahnya itu. RahmatNya tetap luas. Asal tak pernah kau duakan Dia, asal tak sampai kau sekutukan Dia dengan yang lain, maka selama itu Dia adalah Tuhanmu yang Maha Pengampun, Maha Pengasih.
Maka, kembalilah. Kembalilah sebelum kesempatanmu terengut dan waktumu habis. Kembalilah sebelum semuanya terlambat. Jangan pernah; kau berputus asa dari rahmat Tuhanmu, wahai diri.
###
Terngiang lah aku pada satu senandung, yang semakin melemaskan seluruh persendian. Aku luruh. Terisak dalam tangis; Mengemis Kasih - The Zikr
Tuhan dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia yang alpa jua buta
Lalu terheretlah aku di lorong gelisah
Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah
Semalam sudah sampai ke penghujungnya
Kisah seribu duka ku harap sudah berlalu
Tak ingin lagi kuulangi kembali
Gerak dosa menghiris hati
Tuhan dosaku menggunung tinggi
Tapi rahmat-Mu melangit luas
Harga selautan syukurku
Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi
Tuhan walau taubat sering kumungkiri
Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi
Bila selangkah kurapat pada-Mu
Seribu langkah Kau rapat padaku
###
Ps.
Berprasangka baiklah (selalu) padaNya; karena Dia menurut persangkaan hambaNya.
01/02/15
@SDW
Tersedu-sedu, aku mulai mempertanyakan posisiku. Dimana seharusnya aku berada, dalam ruang yang entah gelap entah terang. Gamang. Aku meyakinkan diri dengan (selalu) memercayai-Nya. Selama ini, Dia lah satu-satunya yang teramat baik padaku. Menganugerahiku nikmat, mencukupkan keperluanku pun memberiku segala-galanya. Lalu, mana berani aku meraguinya? Aku hanya mempertanyakan; keberadaanku. Masih pantaskah? masih layakkah? Masih sudikah?
Kau tentu tahu, siapa Dia yang aku maksud. Tak perlu lah aku terangkan padamu tentang Dia yang aku harap. Semoga setelah ini, kau (aku) akan lebih dalam mengenali-Nya, tidak lagi sedangkal yang sudah-sudah. Hanya dengan begitu, kita akan mengenali (diri) kita.
Lihatlah? ini adalah sebuah keajaiban. Saat sabit mulai menampakkan pesonanya, lalu bintang-bintang ikut merona, menghias langit. Tidak lebih dari seperempat jam setelah tanya itu menggaung; Dia memberiku sebuah jawaban, serupa langit malam ini. INDAH. Bahkan, meski aku tak menengok keluar jendela.
Jawaban yang indah itu, apa kau tahu? Apa kau bisa menerkanya? Ah, kau boleh anggap ini isyarat atau semacam pertanda. Tentu, aku tidak sedang mengada-ngada. Aku bicara tentang kebenaran, dan Dia adalah kebenaran itu.
Mataku sudah sembab ketika menelusuri huruf-huruf suci yang tanpa aku sadari, Dia; melalui huruf-huruf suci itu telah menuntunku menemui jawaban tentang keberadaanku. Dimana seharusnya aku memposisikan diri.
(Az-Zumar):53 - Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Az-Zumar):54 - Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)
:')
Jika kau pahami benar dua ayat di atas maka kau akan merasakan satu hal; Duhai, betapa besar kasihNya Allah. RahmatNya luas tak berhingga. Bahkan ketika kau masih saja lalai dari mengingatNya, kerapkali mengkufuri nikmatNya pun tak jarang mendzolimi dirimu sendiri. Lalu setelah semuanya terjadi mengapa masih tetap berpaling saat Dia dengan nyata-nyata memanggilmu kembali.
Tak peduli dengan dosa-dosamu yang sudah tak berbilang jumlahnya itu. RahmatNya tetap luas. Asal tak pernah kau duakan Dia, asal tak sampai kau sekutukan Dia dengan yang lain, maka selama itu Dia adalah Tuhanmu yang Maha Pengampun, Maha Pengasih.
Maka, kembalilah. Kembalilah sebelum kesempatanmu terengut dan waktumu habis. Kembalilah sebelum semuanya terlambat. Jangan pernah; kau berputus asa dari rahmat Tuhanmu, wahai diri.
###
Tuhan dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia yang alpa jua buta
Lalu terheretlah aku di lorong gelisah
Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah
Semalam sudah sampai ke penghujungnya
Kisah seribu duka ku harap sudah berlalu
Tak ingin lagi kuulangi kembali
Gerak dosa menghiris hati
Tuhan dosaku menggunung tinggi
Tapi rahmat-Mu melangit luas
Harga selautan syukurku
Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi
Tuhan walau taubat sering kumungkiri
Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi
Bila selangkah kurapat pada-Mu
Seribu langkah Kau rapat padaku
###
Ps.
Berprasangka baiklah (selalu) padaNya; karena Dia menurut persangkaan hambaNya.
01/02/15
@SDW
posted from Bloggeroid
1 komentar untuk "Monolog; Pada(Nya)"
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.